Tools:
Powered by AdinJava

Mengapa Keracunan Mirip Kejang? Ini Penjelasannya!

Table of Contents
Featured Image

Keracunan dan Kejang: Apa Hubungannya?

Keracunan bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk anak-anak, baik secara sengaja maupun tidak. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan rasa sakit tetapi juga berpotensi mengancam jiwa. Terlebih jika racun yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan kejang, maka diperlukan penanganan khusus agar kondisi tidak semakin memburuk.

Lantas, mengapa keracunan sering dikaitkan dengan kejang? Bagaimana cara menangani kejang saat terjadi? Berikut ini adalah penjelasan tentang hubungan antara keracunan dan kejang, beserta gejala dan penanganan medisnya.

Keracunan Terjadi Saat Tubuh Terpapar Zat Beracun

Keracunan terjadi ketika tubuh terpapar zat-zat yang beracun, seperti dari tumbuhan, hewan, atau bahan kimia. Zat-zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui cara-cara seperti dimakan, diminum, atau dihirup. Contoh zat beracun meliputi tumbuhan beracun seperti poison ivy, gigitan hewan seperti ular atau kalajengking, logam berat seperti merkuri, karbon monoksida, makanan terkontaminasi bakteri seperti E. coli, nikotin, alkohol, pestisida, dan produk kebersihan.

Gejala Keracunan

Tubuh yang terpapar racun, baik melalui mulut, hidung, atau kulit, bisa menunjukkan berbagai gejala. Mulai dari perubahan suhu tubuh dan detak jantung, batuk, mual, diare, muntah, hingga pusing, lemas, pingsan, sakit kepala, kemerahan, bengkak, kejang, dan bahkan tidak sadarkan diri. Dari gejala-gejala tersebut, kejang menjadi salah satu hal yang perlu diwaspadai. Kejang ditandai dengan perubahan perilaku serta gerakan menyentak pada lengan dan kaki yang tidak bisa dihentikan. Jika kejang disertai demam tinggi dan berlangsung lebih dari lima menit, segera cari pertolongan medis.

Kenapa Keracunan Identik dengan Kejang?

Untuk memahami hubungan antara keracunan dan kejang, penting untuk mengetahui arti dari kejang itu sendiri. Kejang merupakan lonjakan aktivitas listrik abnormal yang terjadi di otak. Hal ini bisa terjadi karena adanya racun yang bersifat neurotoksik, yaitu racun yang mengganggu sistem saraf. Racun tersebut dapat mengganggu sinyal saraf dan memicu aktivitas listrik yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan gerakan tak terkendali pada tubuh yang dikenal sebagai kejang.

Penanganan Pertama Saat Kejang

Jika seseorang mengalami kejang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera memanggil petugas medis atau membawanya ke rumah sakit. Namun, sebelum kedatangan tenaga medis, lakukan beberapa langkah pertolongan pertama:

  • Jika berada di tempat berbahaya, segera pindahkan ke tempat aman.
  • Pastikan kepala korban aman dan terlindungi, misalnya dengan meletakkan bantal atau handuk yang digulung.
  • Longgarkan kerah atau dasi agar pernapasan lancar.
  • Setelah kejang berhenti, miringkan badannya untuk membuka jalan napas.
  • Jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut korban hingga ia benar-benar pulih.
  • Tetap berada di sampingnya dan bicara dengan tenang hingga ia sadar.
  • Perhatikan durasi kejang. Jika berlangsung lebih dari lima menit, segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan lanjutan.

Tanda-Tanda yang Harus Segera Mendapat Perhatian Medis

Kejang tidak boleh disepelekan karena bisa memburuk seiring waktu. Beberapa tanda yang menunjukkan kebutuhan segera mendapatkan pertolongan medis antara lain:

  • Kejang disertai demam tinggi.
  • Korban sedang dalam keadaan hamil.
  • Korban menderita diabetes.
  • Kejang terjadi di dalam air.
  • Durasi kejang lebih dari lima menit.
  • Tidak bernapas atau bernapas tapi tidak normal setelah kejang berhenti.
  • Penyebab kejang tidak diketahui.
  • Kejang terjadi berulang kali.

Hubungan antara keracunan dan kejang terletak pada sifat racun yang masuk ke dalam tubuh. Jika racun tersebut menyerang sistem saraf, kejang tidak bisa dihindari. Untuk mencegah kondisi semakin parah, lakukan penanganan pertama saat kejang terjadi.

Posting Komentar