Tools:
Powered by AdinJava

Mahasiswa Unpad Kembangkan Mesin Deteksi Sapi Perah Sakit Mastitis

Table of Contents
Featured Image

Inovasi Mahasiswa Unpad dalam Mendeteksi Penyakit Mastitis pada Sapi Perah

Sejumlah mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) berhasil menciptakan alat pendeteksi dini penyakit mastitis pada sapi perah. Alat yang diberi nama PertraScan ini telah diuji coba dengan sampel susu dari 60 ekor sapi. Tingkat akurasi deteksi yang dicapai mencapai 95 persen, menunjukkan potensi besar dari inovasi ini.

Pembuatan PertraScan dimulai sejak Juli 2025 dan melibatkan mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan. Mereka adalah Athifah Ari Ghumaisha dari Teknik Informatika, Muhamad Hilmy Al Hafidz dan Adlina Rohadatul Aisy (Biologi), Umar Abdurrahmannasrulloh (Ilmu Peternakan), serta M. Luthfi Firdaus (Teknik Elektro). Proyek ini didampingi oleh dosen Novi Mayasari dan mendapat dukungan pendanaan dari program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi sebesar Rp 7.450.000 dan dari Unpad sebesar Rp 1,5 juta. “Dananya cukup untuk membuat prototipe alat kami,” ujar Adlina kepada Tempo, Selasa, 30 September 2025.

Masalah yang Diangkat

Penelitian ini muncul dari masalah penyakit mastitis yang menjangkiti sekitar 63,42 persen sapi perah di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan penurunan kualitas susu dan bahkan menghentikan produksi susu. Menurut Adlina, penyebab utamanya adalah mikroorganisme yang menyerang ambing atau kelenjar penghasil susu pada sapi betina, menyebabkan peradangan. Penyakit ini bisa menular antarsapi melalui tangan pemerah susu atau lingkungan kandang yang tidak bersih.

Metode Pemeriksaan Saat Ini

Saat ini, pemeriksaan indikasi mastitis dilakukan di laboratorium. Peternak juga biasanya menggunakan California Mastitis Test untuk pemeriksaan cepat apakah sapi terkena mastitis secara subklinis. Namun, proses ini membutuhkan waktu dan pengobatan dengan suntikan antibiotik. “Susunya masih bisa diperah tapi tidak bisa dikonsumsi karena masih mengandung antibiotik,” jelas Adlina.

Cara Kerja PertraScan

PertraScan dirancang menggunakan biosensor multiparameter dengan metode spektroskopi yang terintegrasi dalam mesin pemerah susu. Indikator deteksinya menggunakan fluorosensi atau warna kuning dan jingga yang dikeluarkan dari reagen, serta absorbansi atau jumlah cahaya yang diserap sensor.

Alat ini memiliki ukuran 60 x 40 x 32 sentimeter dan berbobot sekitar 25 kilogram. Dirancang dengan roda untuk memudahkan pergerakan ke kandang-kandang sapi perah. Tahap awal pemakaiannya, selang dihubungkan dari pompa ke puting sapi betina untuk diperah susunya oleh mesin. Susu kemudian ditampung dalam wadah lalu dimasukkan ke kompartemen yang disebut laboratorium mini.

Sambil diperah, susu diperiksa dengan reagen dan sensor cahaya. “Somatic Cell Count atau SCC susu akan memancarkan fluorosensi dan absorbansi sehingga saat pemerahan akan bersamaan dengan pendeteksian penyakit,” kata Adlina.

Hasil dan Pengembangan Lanjutan

Sampel susu yang diperiksa sesuai rasio 1:10 dengan susu yang dihasilkan sapi. Kapasitas produksi susu tiap sapi beragam. Hasil pemeriksaan yang keluar dalam waktu 10 menit kemudian ditampilkan datanya pada layar LCD mesin. Tim juga mengembangkan website agar pengguna bisa memantau hasil pemeriksaan sapi lewat layar ponsel.

Penyempurnaan mesin akan dilakukan hingga November 2025. Selanjutnya tim akan mengajukan hak paten dan edukasi ke masyarakat soal pentingnya susu. Rencananya tahun depan alat deteksi penyakit mastitis itu akan dikomersialkan. Harganya, menurut Adlina, ditaksir bisa jauh lebih murah daripada alat sejenis yang dijual saat ini.

Posting Komentar