Apakah KB IUD Menyebabkan Depresi?

Jenis-Jenis IUD dan Perbedaannya
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim sudah lama menjadi salah satu metode KB yang paling efektif. Dengan tingkat keberhasilan hingga 99 persen, alat ini bisa melindungi dari kehamilan selama bertahun-tahun tanpa perlu mengingat jadwal minum pil atau mengganti alat setiap bulan. Namun, meskipun efektivitasnya tinggi, tidak berarti IUD sepenuhnya bebas risiko. Terutama untuk jenis hormonal, ada kemungkinan kaitan dengan perubahan suasana hati dan risiko depresi.
Ada dua jenis utama IUD yang umum digunakan, yaitu IUD tembaga dan IUD hormonal. Masing-masing memiliki mekanisme kerja yang berbeda.
IUD Tembaga
IUD tembaga dilapisi logam tembaga yang mampu melumpuhkan sperma sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Alat ini bisa bertahan hingga 12 tahun tanpa perlu diganti. Karena tidak mengandung hormon, IUD tembaga tidak dikaitkan dengan risiko depresi. Efek samping yang sering terjadi biasanya terkait proses pemasangan, seperti rasa sakit tajam atau kram perut.
IUD Hormonal
Berbeda dengan IUD tembaga, IUD hormonal melepaskan hormon sintetis bernama progestin. Hormon ini membuat lendir di leher rahim lebih tebal, sehingga sperma sulit menembus masuk. Penggunaannya bisa bertahan antara 3 hingga 7 tahun, tergantung merek. Meski efektif, beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan kaitan antara IUD hormonal dengan perubahan suasana hati dan risiko depresi pada sebagian pengguna.
Hubungan IUD dengan Depresi
Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan IUD hormonal dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Misalnya, sebuah studi di Swedia yang melibatkan 700 ribu partisipan selama tujuh tahun menemukan bahwa penggunaan IUD hormonal meningkatkan risiko depresi sebesar 57 persen. Risiko ini lebih tinggi pada remaja dan perempuan yang baru pertama kali menggunakan kontrasepsi hormonal.
Studi lain yang melibatkan lebih dari satu juta partisipan juga menemukan hubungan antara berbagai kontrasepsi hormonal (termasuk IUD, patch, cincin) dengan peningkatan risiko depresi. Sekitar 2,2 persen pengguna kontrasepsi hormonal mulai memakai antidepresan dalam satu tahun, dibanding 1,7 persen yang tidak menggunakannya.
Tahun 2020, sebuah studi menyarankan pemantauan berkala terhadap pengguna kontrasepsi hormonal karena kadar hormon dalam tubuh bisa berubah seiring usia. Dokter juga disarankan memberikan informasi tertulis tentang risiko depresi atau perubahan mood pada pasien IUD hormonal.
Efek Samping Lain dari IUD Hormonal
Selain potensi kaitan dengan depresi, IUD hormonal juga bisa menyebabkan efek samping fisik. Beberapa yang umum terjadi antara lain:
- Rasa sakit tajam saat pemasangan
- Kram perut atau nyeri punggung bawah selama beberapa hari
- Menstruasi tidak teratur, bercak di luar siklus, atau haid lebih deras disertai kram lebih parah
Jika gejala tersebut tidak kunjung membaik, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Efek samping lain yang mungkin terjadi termasuk amenore (tidak menstruasi), penyakit radang panggul, kehamilan ektopik, serta kista ovarium.
Faktor Risiko Tambahan
Beberapa faktor risiko tambahan bisa meningkatkan risiko depresi pada pengguna IUD hormonal, antara lain:
- Usia remaja: Meski jarang memakai IUD, remaja yang menggunakan IUD hormonal berisiko lebih tinggi mengalami depresi dibanding kelompok usia lain.
- Pengguna baru kontrasepsi hormonal: Risiko depresi bisa lebih tinggi pada mereka yang baru pertama kali memakai kontrasepsi berbasis hormon.
- Metode kontrasepsi lain: Pil KB, implan, suntikan, patch, hingga cincin vagina juga mengandung hormon. Karena dosisnya bisa lebih tinggi, risikonya pun serupa atau bahkan lebih besar.
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter
Jika kamu merasa ada perubahan suasana hati setelah pemasangan IUD, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Depresi memiliki berbagai tanda, baik yang jelas maupun tersembunyi.
Tanda yang lebih mudah dikenali: - Perasaan sedih, kosong, atau putus asa yang berlangsung lama. - Kehilangan minat pada aktivitas yang dulu menyenangkan. - Rasa cemas, mudah marah, frustrasi, atau terus-menerus merasa khawatir.
Tanda yang sering tidak disadari: - Perasaan bersalah berlebihan atau tidak berharga. - Perubahan pola makan dan tidur (bisa jadi lebih banyak atau lebih sedikit). - Berat badan naik/turun tanpa sengaja. - Tubuh sering terasa lelah dan kurang energi.
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala ini setelah memakai IUD, jangan ragu untuk mencari pertolongan medis.
IUD tetap menjadi salah satu kontrasepsi paling aman dan efektif. Namun, untuk IUD hormonal, penting untuk memahami efek sampingnya, termasuk risiko pada kesehatan mental. Diskusikan dengan dokter mengenai pilihan kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisi fisik dan mentalmu.
Posting Komentar