Tingkatkan Literasi Kesehatan, TBIG Gelar Pelatihan di Kalimantan

Peran Literasi Kesehatan dalam Peningkatan Kualitas Hidup
Keterampilan kognitif dan sosial yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami dan menggunakan informasi kesehatan secara efektif menjadi salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dalam World Health Promotion Glossary, WHO menjelaskan bahwa literasi kesehatan merupakan faktor kunci dalam menentukan motivasi dan kemampuan individu dalam menjaga kesehatan mereka sendiri.
Tingkat literasi kesehatan di kalangan masyarakat memiliki dampak signifikan terhadap kualitas kesehatan suatu wilayah. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal berjudul Health literacy and associated factors among patients with chronic diseases in Indonesia pada Maret 2025 menunjukkan bahwa sekitar 33% pasien termasuk dalam kategori problematik dan 16,2% dalam kategori tidak memadai. Dengan demikian, hampir 49% responden memiliki tingkat literasi kesehatan yang rendah.
Selain itu, penelitian lain di beberapa puskesmas di Indonesia menunjukkan angka yang lebih mengkhawatirkan. Sebanyak 60% hingga 80% responden memiliki literasi kesehatan yang tidak memadai. Angka ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan cara merawat diri secara mandiri.
Program CSR TBIG untuk Peningkatan Literasi Kesehatan
Untuk menjawab tantangan tersebut, TBIG mengembangkan program Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang kesehatan dengan fokus pada edukasi kesehatan dan peningkatan kualitas gizi masyarakat, terutama di wilayah 3T (terpencil, tertinggal, dan terluar). Selama bulan Agustus, TBIG melaksanakan program CSR berupa edukasi Pola Hidup Sehat, Pola Konsumsi Sehat, dan Pola Sanitasi Sehat (3P), yang memberikan dampak positif bagi 4.204 masyarakat di Pulau Kalimantan.
Eva, warga Desa Tumbang Tukun, Kapuas Tengah, Kalimantan Tengah, menyampaikan rasa terima kasih atas pelaksanaan program Bangun Sehat Bersama. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini memberikan pengalaman baru tentang cara menjaga kesehatan mulut dan gigi serta teknik mencuci tangan yang benar. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut agar masyarakat semakin teredukasi dalam hal kesehatan.
TBIG juga memberikan bantuan makanan bergizi kepada 2.400 warga di enam desa di berbagai provinsi Kalimantan, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari program Bakti Sosial Bersama Untuk Indonesia yang menjangkau 80 desa dari Aceh hingga Papua dalam rangka memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia.
Visi dan Target TBIG dalam Program CSR
Lie Si An, Chief of Business Support Officer TBIG, menjelaskan bahwa program CSR TBIG bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui edukasi kesehatan. “Kami ingin memastikan masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang konsumsi sehat, sanitasi, dan pola hidup sehat. Selain itu, bantuan makanan bergizi kami salurkan untuk mendukung tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Hingga akhir 2025, TBIG menargetkan pelaksanaan lebih dari 500 kegiatan serupa di seluruh Indonesia. Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi, menegaskan bahwa kesehatan adalah fondasi dari pembangunan manusia. “Literasi kesehatan menjadi kunci agar masyarakat dapat menjaga dirinya secara mandiri,” katanya.
Menurut data terbaru, hampir separuh masyarakat Indonesia masih memiliki literasi kesehatan rendah. Fakta ini menjadi alarm bagi seluruh pihak, termasuk dunia usaha, untuk turut serta dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. “Melalui program edukasi kesehatan dan bantuan gizi, TBIG ingin hadir bukan hanya sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi, tetapi juga mitra strategis pemerintah dalam membangun masyarakat yang lebih sehat dan berdaya,” ujarnya.
Pendekatan Berkelanjutan dalam Program CSR
TBIG mendasari seluruh program CSR dengan prinsip-prinsip ESG, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta panduan ISO 26000. “Dengan pendekatan ini, kami memastikan setiap program CSR tidak hanya berdampak sesaat, tetapi berkelanjutan, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.
Posting Komentar