Sushi Era Global: Berkembang, Bersaing, dan Mengikuti Tren Kuliner

Perkembangan Pasar Sushi di Berbagai Wilayah
Sushi kini tidak lagi hanya menjadi makanan tradisional Jepang, tetapi telah menjadi fenomena global yang terus berkembang. Salah satu bukti nyata dari tren ini adalah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan perdagangan Jepang, Sojitz, terhadap bisnis takeout sushi bernama Sushi Avenue Inc. di Amerika Serikat (AS). Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memperluas operasi produk lautnya, terutama tuna dan sushi.
Dalam laporan terbaru, bisnis seafood Sojitz mencatatkan keuntungan bersih sekitar 1,2 miliar yen pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2024. Perusahaan menargetkan peningkatan signifikan hingga 4 miliar yen pada Maret 2027 melalui strategi ekspansi internasional dan peningkatan efisiensi produksi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sushi dalam industri makanan yang menguntungkan di pasar global.
Di sisi lain, dinamika berbeda terjadi di Thailand. Menurut laporan The Nation, jumlah restoran Jepang di negara tersebut meningkat menjadi hampir 6.000 pada tahun 2024. Namun, jumlah restoran sushi justru mengalami penurunan sebesar 6,8 persen menjadi 1.279 outlet. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun makanan Jepang semakin populer, segmen sushi menghadapi tantangan serius.
Salah satu faktor penyebab penurunan tersebut adalah perubahan tren kuliner masyarakat Thailand. Restoran bergaya kafe Jepang yang lebih santai justru mengalami peningkatan sebesar 13,1 persen. Model ini dianggap lebih sesuai dengan gaya hidup generasi muda dan wisatawan, berbeda dengan restoran sushi tradisional yang dianggap lebih formal.
Selain itu, faktor harga dan kualitas juga sangat berpengaruh. The Nation menekankan bahwa konsumen Thailand tetap menyukai sushi, tetapi mereka kini menuntut standar yang lebih tinggi, baik dari segi kualitas maupun variasi menu. Munculnya sushi dengan konsep “premium tapi terjangkau” membuat banyak restoran tradisional kesulitan untuk bersaing.
Pertumbuhan Pasar Sushi di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, pasar sushi justru berkembang pesat. Reuters mencatat bahwa nilai pasar sushi di negara tersebut kini hampir 1,6 kali lebih besar dibandingkan Jepang. Jenis sushi seperti California rolls bahkan sudah menjadi menu standar yang diterima luas oleh masyarakat Amerika. Hal ini membuka peluang besar bagi perusahaan seperti Sojitz untuk memperluas bisnisnya.
Langkah Sojitz mengakuisisi bisnis takeout sushi di AS juga tidak terlepas dari tren konsumsi praktis. Menurut laporan Reuters, banyak konsumen Amerika lebih memilih membeli sushi dari supermarket atau toko swalayan karena dianggap cepat, praktis, dan terjangkau. Model konsumsi inilah yang diprediksi akan terus tumbuh pesat di masa mendatang.
Tantangan di Thailand
Sementara di Thailand, pertumbuhan restoran Jepang tidak otomatis berarti keberhasilan bagi sushi. The Nation menegaskan bahwa persaingan yang ketat, terutama dengan kafe Jepang dan konsep kuliner baru, membuat restoran sushi yang tidak mampu beradaptasi menghadapi tantangan besar. Mereka yang tidak mengikuti perubahan selera konsumen terancam ditinggalkan pasar.
Bagi Sojitz, akuisisi di Amerika Serikat juga bertujuan memperkuat rantai pasok dan pengadaan bahan baku. Reuters melaporkan bahwa perusahaan berharap bisa mengembangkan produk laut berkualitas tinggi dan inovatif untuk memenuhi selera pasar internasional. Dengan langkah ini, Sojitz ingin memastikan sushi tetap relevan dan kompetitif di luar Jepang.
Perjalanan Sushi di Era Global
Dari kedua wilayah tersebut, jelas terlihat bagaimana sushi berkembang secara berbeda. Di Thailand, The Nation menunjukkan bahwa adaptasi konsep bisnis menjadi kunci agar sushi tetap diminati, sementara di Amerika Serikat, laporan Reuters menegaskan bahwa ekspansi dan inovasi menjadi strategi utama untuk meraih pasar yang lebih luas. Perjalanan sushi di era global ini membuktikan bahwa kuliner tradisional pun harus bertransformasi agar tetap bertahan dalam persaingan yang ketat.
Posting Komentar