Tools:
Powered by AdinJava

Sekolah Beri Hadiah Rp2,2 M untuk Siswa Masuk Kampus Top, Dikritik

Table of Contents
Featured Image

Pendidikan di China kembali menjadi perhatian masyarakat setelah sebuah sekolah menengah swasta menggelar upacara kelulusan dengan pemberian hadiah uang tunai yang sangat besar. Hal ini memicu berbagai reaksi, baik positif maupun negatif, dari publik dan otoritas pendidikan.

Hadiah yang Membuat Semua Terkejut

Dalam upacara kelulusan Kelas 2025, salah satu momen yang mencuri perhatian adalah pemberian hadiah uang tunai kepada siswa yang diterima di universitas ternama. Salah satu lulusan, Luo, mendapatkan hadiah sebesar satu juta yuan (sekitar Rp2,2 miliar) yang diserahkan melalui spanduk merah bertuliskan nama universitas dan jumlah uang tersebut. Selain itu, tumpukan uang kertas juga ditampilkan di panggung, menciptakan suasana yang sangat heboh.

Seorang saksi lokal mengatakan bahwa ia terkejut melihat jumlah uang yang diberikan. "Saya terkejut melihat pemandangan itu," katanya. Reaksi publik pun bermunculan, dengan banyak orang menyatakan rasa iri terhadap lulusan tersebut.

Angka Hadiah yang Berbeda-Beda

Tidak hanya Luo, siswa lainnya juga mendapatkan hadiah dalam jumlah yang besar. Beberapa lulusan lainnya menerima hadiah senilai Rp345 juta dan Rp23 juta. Jumlah hadiah ini disesuaikan dengan peringkat universitas yang dimasuki para lulusan. Misalnya, siswa yang diterima di Universitas Peking atau Tsinghua bisa mendapatkan hadiah hingga Rp1,14 miliar, sedangkan lulusan dari universitas tingkat rata-rata biasanya menerima sekitar Rp6,9 juta.

Peran Gaokao dalam Penerimaan Mahasiswa

Di China, penerimaan mahasiswa ke universitas bergantung pada skor ujian masuk nasional yang dikenal sebagai "gaokao". Ujian ini diadakan setiap awal Juni dan menjadi penentu utama prestasi akademik. Oleh karena itu, sekolah-sekolah menengah sering kali fokus pada penerimaan siswa ke universitas top.

Kritik terhadap Praktik Pemberian Hadiah Besar

Meski beberapa orang mengapresiasi inisiatif sekolah ini, ada juga yang mengkritik praktik pemberian hadiah besar. Seorang pakar pendidikan dari Shanghai, Xiong Bingqi, menyatakan bahwa sekolah seharusnya tidak menggunakan hadiah besar untuk menanamkan persepsi utilitarian pada siswa. Menurutnya, sekolah harus lebih memperhatikan pengembangan jangka panjang siswa dan membimbing mereka untuk membuat rencana belajar serta hidup sendiri.

Selain itu, kasus di Provinsi Jiangxi juga menjadi sorotan. Di sana, tiga siswa ditegur secara online karena memilih universitas dengan peringkat lebih rendah meskipun memiliki nilai tinggi. Alasan mereka adalah fokus pada jurusan dengan prospek kerja yang lebih menjanjikan. Hal ini memicu pertanyaan tentang apakah nama besar universitas lebih penting daripada kualitas pendidikan.

Tantangan dalam Sistem Pendidikan

Selain pemberian hadiah, guru wali kelas juga bisa mendapat bonus jika siswanya diterima di universitas ternama. Ini menunjukkan betapa besarnya tekanan pada sistem pendidikan China. Namun, banyak ahli berpendapat bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada hasil instan, tetapi juga pada pengembangan diri siswa secara holistik.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan yang seimbang semakin meningkat, meskipun masih ada tantangan besar dalam mengubah pola pikir masyarakat dan sistem pendidikan yang sudah mapan.

Posting Komentar