Sejarah Bubur Lemu, Kuliner Legendaris Solo

Sejarah dan Keunikan Bubur Lemu Khas Solo
Bubur lemu adalah salah satu kuliner khas Solo yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang dalam. Meskipun banyak orang mengenal sate kere, timlo, atau tengkleng sebagai makanan legendaris kota ini, bubur lemu juga menjadi bagian penting dari warisan leluhur yang masih bertahan hingga saat ini.
Bubur, atau dalam bahasa Jawa disebut jenang, bukan hanya sekadar makanan biasa. Sejak ribuan tahun lalu, bubur sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Nusantara, baik dalam ritual, tradisi, maupun kehidupan sehari-hari. Tekstur lembut dan rasa khas yang khas membuat bubur menjadi pilihan yang istimewa.
Sejarah Bubur Lemu di Solo
Catatan tertua tentang bubur dapat ditemukan dalam naskah Serat Lubdaka, karya Mpu Tanakung pada abad ke-12. Dalam naskah tersebut, terdapat berbagai jenis bubur seperti bubur susu, bubur gula, hingga nasi liwet yang disajikan dengan lauk unik seperti katak hijau. Hal ini menunjukkan bahwa teknik memasak bahan makanan menjadi bubur sudah dikenal sejak zaman klasik.
Pada abad ke-19, naskah Serat Centhini, sebuah ensiklopedia kebudayaan Jawa yang ditulis pada masa Kasunanan Surakarta, kembali menyebutkan keberadaan bubur atau jenang sebagai makanan penting. Bubur tidak hanya digunakan untuk sarapan pagi, tetapi juga menjadi sajian utama dalam ritual dan sesaji adat.
Menurut Heri Priyatmoko, dosen sejarah dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bubur lemu memiliki makna lebih dari sekadar makanan. Ia merupakan warisan budaya yang mencakup aspek historis, antropologis, fisiologis, biologis, dan sosiologis. Contohnya, jenang sumsum dipercaya mampu memulihkan tenaga usai bekerja, sedangkan bubur sesaji diyakini sebagai bentuk doa dan ucapan syukur kepada Sang Pencipta.
Solo telah konsisten melestarikan jenang melalui Festival Jenang tahunan. Acara ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk merayakan keberagaman jenang sekaligus memperkenalkan kuliner tradisional kepada generasi muda dan wisatawan.
Tempat Menikmati Bubur Lemu Terenak di Solo
Jika ingin mencoba bubur lemu, berikut lima tempat yang direkomendasikan:
-
Bubur Lemu & Nasi Gudeg Bu Prapti
Alamat: Jl. Honggowongso No.55C, Panularan, Laweyan, Solo.
Jam buka: 17.00–22.00 WIB.
Harga: Rp15.000–25.000.
Tempat ini sangat populer dan sering jadi favorit warga lokal. Nikmati semangkuk bubur lemu hangat yang dipadukan dengan gudeg manis dan kuah opor gurih. -
Bubur Lemu Bu Harso
Alamat: Jl. Dr. Rajiman No.601, Sondakan, Laweyan, Solo.
Jam buka: 09.00–21.00 WIB.
Harga: Rp20.000–50.000.
Kombinasi ayam kampung, semur tahu, dan sayur telur menjadikan bubur Bu Harso pilihan wajib pecinta bubur lemu. Jangan lupa mencoba ketan juruhnya. -
Nasi Liwet & Bubur Lemu Mbok Mami Mbak Kus
Alamat: Jl. Dr. Radjiman No.580, Sondakan, Laweyan, Solo.
Jam buka: 17.00–02.00 WIB.
Harga: Rp15.000–35.000.
Tempat ini terkenal oleh wisatawan karena menyediakan nasi liwet dan bubur lemu dengan sambal tumpang yang mantap. -
Bubur Lemu Mbak Lusi
Alamat: Jl. Letjen Sutoyo No.17, Nusukan, Banjarsari, Solo.
Jam buka: 16.00–20.00 WIB.
Harga: Rp20.000.
Bubur lemu dipadu dengan sambal krecek, gudeg, dan tumis sayur hijau. Tambahkan sate telur puyuh untuk sensasi kenikmatan lebih. -
Bubur Lemu Mbah Narti – Kartasura
Alamat: Jl. Wimboharsono, Dusun III, Kartasura, Sukoharjo.
Jam buka: 17.00–05.00 WIB.
Harga: Rp20.000–35.000.
Mbah Narti menawarkan bubur lemu legendaris dengan rasa gurih yang melekat di ingatan. Cocok sebagai destinasi malam hari setelah menjelajah kota.
Posting Komentar