Tools:
Powered by AdinJava

Pertolongan Pertama untuk Terkena Gas Air Mata, Ini Dia Cara Mengatasinya

Table of Contents
Featured Image

AdinJava - Gas air mata sering digunakan untuk membubarkan atau mengendalikan kerumunan massa di tempat publik. 

Tujuan utama dari penggunaan gas air mata adalah untuk mengusir kerumunan tanpa menyebabkan cedera permanen, seperti saat terjadinya protes, demonstrasi, atau kerusuhan. 

Meskipun tidak menyebabkan cedera permanen, gas air mata dapat menyebabkan rasa sakit untuk orang yang terpapar.

Bersiap dan mengetahui pertolongan pertama saat terkena gas air mata sangat penting karena memungkinkan kita untuk bertindak cepat dan efektif dalam situasi kritis. 

Pasalnya, gas air mata dapat menyebabkan gejala langsung dan intens, seperti mata terasa terbakar, gangguan pernapasan, dan iritasi kulit. 

Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat meminimalkan dampak dari gejala-gejala tersebut, mengurangi risiko kesehatan jangka panjang, dan menghindari kepanikan.

Berikut ini adalah informasi tentang jenis-jenis gas air mata dan cara menghadapi paparan mereka:

1. Mengenal Gas Air Mata dan Bahan Kimia Penyusunnya

Gas air mata, juga dikenal sebagai agen lachrymatory, adalah senjata kimia yang dirancang untuk mengiritasi selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Wujud zat dari gas air mata bukanlah gas, melainkan senyawa padat atau cair yang diaerosolisasi.

Bahan kimia penyusun gas air mata yang paling umum digunakan adalah 2-chlorobenzalmalononitrile, yang biasa disebut sebagai gas CS. 

Zat kimia ini merupakan padatan putih pada suhu ruangan dan biasanya didispersikan sebagai partikel mikroskopis atau dilarutkan dalam pelarut seperti metil isobutil keton (MIBK) untuk digunakan sebagai semprotan.

Selain gas CS, terdapat beberapa jenis gas air mata seperti:

  • Gas CN (Chloroacetophenone): Salah satu gas air mata pertama yang dikembangkan dan digunakan untuk pengendalian kerumunan. Bahan ini menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Pada konsentrasi tinggi, gas ini dapat menyebabkan kerusakan epitel kornea dan kemosis.
  • Gas CR (Dibenzoxazepine): Gas CR adalah agen gas air mata yang lebih jarang ditemukan yang menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta iritasi kulit jika terkena. Gas ini lebih sulit dihilangkan dari kulit dibandingkan dengan gas CS.
  • Semprotan OC (Oleoresin Capsicum): Semprotan OC, umumnya dikenal sebagai pepper spray, berasal dari cabai dan mengandung capsaicinoid. Zat aktif dari semprotan ini dapat menyebabkan rasa terbakar yang intens dan iritasi pada mata, hidung hingga kulit.
  • Semprotan PAVA (Pelargonic Acid Vanillylamide): PAVA adalah senyawa sintetis yang memiliki efek serupa dengan semprotan OC. Senyawa ini digunakan sebagai agen gas air mata dan menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan kulit.

2. Dampak Gas Air Mata pada Manusia

Saat gas air mata kontak dengan tubuh manusia, zat 2-chlorobenzalmalononitrile (CS) mengaktifkan reseptor Transient Receptor Potential Ankyrin 1 (TRPA1), yang ditemukan pada saraf sensorik di mata dan jaringan lainnya. Aktivasi reseptor ini menyebabkan rasa sakit dan gatal, terutama pada mata dan kulit.

Reaktivitas elektrofilik CS menyebabkan pembentukan ikatan kovalen dengan komponen seluler. Ikatan kovalen tersebut membuat rusaknya komponen seluler dan memicu terjadinya respons inflamasi (peradangan). 

Peradangan ini menyebabkan peningkatan produksi lendir dan pembengkakan saluran napas, yang selanjutnya membatasi aliran udara dan memicu terjadinya sesak napas.

Beberapa dampak gas air mata pada manusia termasuk:

  • Mata: Keluarnya air mata, blefarospasme parah, sensasi terbakar dan gatal yang sangat hebat, kebutaan sesaat, dan pandangan kabur.
  • Sistem pernapasan: Batuk, keluarnya cairan dari hidung disertai lendir, sensasi terbakar di hidung dan tenggorokan, serta sesak napas.
  • Kulit: Sensasi terbakar, eritema (kemerahan), dan melepuh.

Sebagian besar dampak paparan gas air mata akan hilang dalam waktu 15 hingga 30 menit. Namun beberapa gejala dapat bertahan selama beberapa jam, terutama jika paparan berlangsung lama atau pada konsentrasi tinggi.

3. Pertolongan Pertama Saat Terpapar Gas Air Mata

Setelah terpapar gas air mata, kita perlu mengambil tindakan secara cepat dan tepat karena dapat mempengaruhi efek dari gas air mata tersebut. 

Tanpa intervensi secara cepat, gejala tersebut dapat memburuk, meningkatkan risiko kerusakan jangka panjang, dan komplikasi bagi individu yang rentan.

Berikut langkah-langkah pertolongan pertama saat terkena gas air mata:

  • Tetap tenang: Ketika kita panik, laju pernapasan kita akan meningkat. Cobalah untuk tetap tenang dan bernapas secara perlahan untuk mengurangi inhalasi gas air mata pada sistem pernapasan.
  • Jauhkan diri dari area yang terkontaminasi: Menjauhlah dari area yang terkontaminasi ke udara segar secepat mungkin. Pergilah melawan arah angin atau ke tempat yang lebih tinggi jika memungkinkan.
  • Lepaskan pakaian yang terkontaminasi: Partikel gas air mata dapat menempel di pakaian kita, sehingga dapat mengiritasi kulit dan sistem pernapasan. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi sesegera mungkin secara hati-hati.
  • Cuci mata menggunakan air bersih mengalir: Jika mata terkena gas air mata, lepaskan lensa kontak dan siram mata yang terkena gas dengan air hangat setidaknya selama 10 hingga 15 menit.
  • Cuci daerah kulit menggunakan air bersih mengalir dan sabun: Cuci kulit yang terpapar dengan sabun dan air dingin bersih untuk menghilangkan sisa gas air mata.
  • Minta bantuan medis jika gejala terus berlanjut: Jika gejala terus berlanjut selama lebih dari 30 menit, mintalah bantuan medis. Hal ini sangat penting terutama jika dirasa sudah telah menghirup gas air mata atau gejala bertambah parah.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat meminimalkan efek langsung dari paparan gas air mata dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

Posting Komentar