Tools:
Powered by AdinJava

Pernah Pikir Dijajah Negara Lebih Maju? Itu Hanya Ilusi

Table of Contents
Featured Image

Banyak orang sering mengungkapkan pandangan bahwa jika suatu negara pernah dijajah oleh negara lain, maka akan lebih maju. Mereka mungkin berkata, “Coba dulu kita dijajah oleh negara Y, pasti sekarang lebih maju!” atau “Coba kita masih ada di bawah jajahannya negara Z, pasti tidak sengsara seperti sekarang!” Meski terdengar menarik, argumen ini sebenarnya tidak logis dan penuh kesalahan. Kolonialisme bukanlah tindakan yang bertujuan untuk membangun bangsa jajahan, melainkan eksploitasi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa logika ini salah.

1. Kolonialisme Tidak Pernah Bertujuan untuk Membangun

Sejarawan ekonomi seperti Daron Acemoglu menjelaskan bahwa penjajah selalu menciptakan sistem yang bertujuan untuk mengambil untung sebesar-besarnya. Mereka membuat infrastruktur seperti sekolah atau jalan, tetapi hanya untuk memudahkan proses eksploitasi. Tidak ada penjajah yang benar-benar baik hati; tujuan utama mereka selalu berorientasi pada keuntungan, bukan pembangunan bangsa jajahan.

2. Kemajuan Tidak Dipengaruhi Oleh Penjajah

Negara-negara bekas jajahan yang kini maju, seperti Singapura, bukan karena penjajahnya lebih baik. Faktor-faktor seperti posisi strategis, pemimpin setelah merdeka, dan kebijakan internal menjadi penyebab utamanya. Riset dari Sunny John Kaniyathu menunjukkan bahwa kolonialisme justru sering menyebabkan ketimpangan ekonomi dan sulitnya mandiri. Jadi, kemajuan tidak bergantung pada siapa yang menjajah, tetapi bagaimana kita membangun diri setelah merdeka.

3. Warisan Kolonialisme Lebih Buruk Daripada Baik

Buku Walter Rodney, How Europe Underdeveloped Africa, membuktikan bahwa kolonialisme justru membuat masyarakat lokal semakin miskin. Sumber daya alam dieksploitasi, ekonomi lokal dihancurkan, dan rakyat dipaksa bekerja keras. Bahkan infrastruktur yang tersisa sangat sedikit dibanding kerusakan sosial dan ekonomi yang ditinggalkan.

4. Kolonialisme Merusak Budaya dan Identitas Lokal

Selain ekonomi, kolonialisme juga mengacaukan budaya dan ilmu pengetahuan lokal. Sebelum kolonialisme masuk, masyarakat Bugis memiliki sistem gender yang kompleks dengan lima kategori: Oroané (laki-laki), Makunrai (perempuan), Calalai (perempuan yang berperan sebagai laki-laki), Calabai (laki-laki yang berperan sebagai perempuan), dan Bissu (pendeta androgini). Namun, setelah kolonialisme masuk, norma Barat yang hanya mengakui dua jenis gender menggantikan sistem ini. Hal ini menyebabkan penghapusan keragaman budaya dan pengerdilan identitas.

5. Kenapa Leluhur Kami Berjuang untuk Merdeka?

Banyak akademisi mengklaim bahwa kolonialisme memberikan manfaat seperti jalan, rel kereta, dan sekolah. Namun, mayoritas peneliti sepakat bahwa manfaat tersebut jauh lebih kecil dibanding kerusakan dan ketidakadilan yang ditinggalkan. Jika kolonialisme benar-benar bermanfaat, leluhur kita tidak akan mati-matian berjuang untuk merdeka.

Kesimpulan

Argumen bahwa kolonialisme membawa kemajuan adalah narasi yang simplistik dan berbahaya. Kolonialisme adalah sistem eksploitasi yang mengubur potensi lokal, menciptakan ketergantungan, dan mewariskan struktur sosial yang timpang. Alih-alih mengapresiasi kolonialisme sebagai alat maju, kita perlu memahami bahwa kemajuan sejati lahir dari rekonstruksi institusional, penguatan lokal, dan pelepasan diri dari warisan kolonial.

Posting Komentar