Tools:
Powered by AdinJava

Panen Kacang Hijau Hitam di Malaka: Terobosan Agroteknologi untuk Gizi dan Ekonomi

Table of Contents
Panen Kacang Hijau Hitam di Malaka: Terobosan Agroteknologi untuk Gizi dan Ekonomi

Inovasi Kacang Hijau Berbiji Hitam dari Universitas Nusa Cendana

Inovasi dalam perakitan varietas kacang hijau berbiji hitam yang dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Nusa Cendana (Undana) mencatat kemajuan signifikan dalam upaya memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah lahan kering. Proyek ini dilaksanakan melalui program Riset Inovatif-Produktif (RISPRO) yang didanai oleh LPDP Kementerian Keuangan RI.

Lokasi Uji Coba dan Partisipasi Masyarakat

Panen perdana dilakukan di lokasi uji daya hasil di Kabupaten Malaka, tepatnya di Desa Alkani, Kecamatan Wewiku. Lokasi ini menjadi salah satu dari empat titik uji coba yang tersebar di wilayah lahan kering NTT, yaitu Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), dan Manggarai Barat. Acara panen dihadiri oleh Perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka, Ir. Yustinus Nahak, M.Si, serta para petani setempat dan tim peneliti dari Undana.

Evaluasi Karakteristik Tanaman

Sebelum proses panen, dilakukan pengamatan sistematis terhadap galur-galur kacang hijau generasi F8. Evaluasi mencakup karakter vegetatif seperti tinggi tanaman, umur berbunga, dan umur panen serta karakter morfologis seperti warna daun, bunga, dan polong. Pengamatan juga dilakukan pada fase generatif seperti jumlah buku produktif per tanaman, jumlah kelompok polong, dan jumlah polong per tanaman. Setelah panen, bobot hasil biji diukur dan dikonversi menjadi hasil per hektar.

Hasil Uji Coba dan Potensi Galur Unggul

Hasil uji menunjukkan bahwa beberapa galur F8 memiliki daya hasil sekitar 1,0–1,6 ton/ha dengan umur panen pendek (sekitar 57–65 hari setelah tanam). Daya hasil galur F8 hasil persilangan antara Fore Belu dan Lokal Sabu melebihi varietas pembanding Vima 4 dan Vima 5 yang diuji dalam penelitian ini, dengan daya hasil berkisar 0,7–0,9 ton/ha.

Galur-galur unggul ini sebelumnya mencapai hingga 2 ton/ha di lokasi uji Manggarai Barat dan 1,6 ton/ha di lokasi uji Timor Tengah Utara. Warna biji hitam pada beberapa galur menunjukkan kandungan antosianin dan polifenol tinggi, menjadikannya kandidat kuat untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional guna meningkatkan gizi dan mengurangi stunting.

Keterlibatan Mahasiswa dan Alumni

Panen perdana ini juga menjadi ajang aktualisasi alumni dan mahasiswa Prodi Agroteknologi Faperta Undana. Empat alumni muda seperti Gervasilus Verino Asa, Aprianto Nana, Frida Seran, dan Mario J.R.Kune aktif dalam pendampingan teknis, pencatatan data lapangan, dan komunikasi dengan petani. Di sisi lain, empat mahasiswa aktif Prodi Agroteknologi seperti Adriana Abuk Natonis, Anggelina do Santos, Liggiria Jenisia Nahak, dan Satriana Nahak terlibat dalam pengambilan data sebagai bagian dari skripsi mereka.

Agustinus Herikus Hane, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris, juga turut berkontribusi dalam kegiatan ini karena minatnya terhadap isu agroteknologi dan kerja kolaboratif lintas disiplin.

Kolaborasi dan Diskusi Bersama Petani

Kehadiran para petani di sekitar lokasi menambah semangat kolaboratif. Diskusi hangat antara petani, peneliti, mahasiswa, dan alumni berlangsung alami di tengah ladang panen, menciptakan ruang dialog dua arah dan refleksi atas kebutuhan nyata di tingkat tapak. Salah satu petani, Hanemasin, menyampaikan rasa senangnya bisa langsung melihat dan memanen sendiri, mengapresiasi cepatnya waktu panen dan banyaknya polong yang dihasilkan.

Langkah Berikutnya dan Visi Program

Sehari setelah panen, tim peneliti melakukan diskusi strategis bersama Plh. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka, Bapak Laurens Bere, S.P., M.Si. Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa Kabupaten Malaka siap mendukung pengembangan lebih lanjut dan menjadi salah satu lokasi uji multilokasi tahun depan.

Program ini sejalan dengan visi Program Studi Agroteknologi Faperta Undana: “Pada tahun 2030 menjadi lembaga penyelenggara Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang Agroteknologi Lahan Kering Wilayah Semiringkai Kepulauan yang berkelanjutan, berwawasan wirausaha, dan berdaya saing global.” Melalui pendekatan ilmiah, keterlibatan multi-aktor, dan respons terhadap tantangan agroklimat lokal, kegiatan ini tidak hanya mendekatkan hasil riset dengan masyarakat tetapi juga membuka jalur nyata menuju ketahanan pangan, peningkatan ekonomi petani, dan perbaikan gizi di wilayah lahan kering Indonesia.

Ke depan, galur-galur unggul yang lolos seleksi akan mengikuti uji multilokasi sebagai tahap lanjutan sebelum dipersiapkan untuk diusulkan menjadi calon varietas unggul nasional pertama untuk kacang hijau berbiji hitam. Keunggulan adaptasinya di lahan kering NTT memberi harapan besar untuk pengembangan di wilayah lain yang memiliki karakter agroklimat serupa.

Posting Komentar