Wabah Campak di Jawa Timur: Fakta Penting yang Perlu Diketahui
Jawa Timur sedang menghadapi wabah campak yang menimbulkan kekhawatiran serius. Di Kabupaten Sumenep, jumlah kasus campak meningkat secara signifikan hingga pemerintah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini terjadi setelah jumlah kasus suspek melonjak menjadi 2.035 dalam waktu singkat, dengan 17 anak meninggal dunia. Wabah ini menyebar di 26 kecamatan, menjadikannya salah satu ledakan campak terbesar di Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir.
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang hidup di lendir hidung dan tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus ini sangat mudah menular dan dapat menyebar melalui berbagai cara. Meski sudah ada vaksin yang aman dan efektif, penyakit ini masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Berikut adalah fakta penting seputar campak yang perlu diketahui untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar.
Penyebab dan Cara Penularan
Campak disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Penularan campak sangat cepat dan mudah melalui:
- Percikan air ludah: Saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, virus dapat menyebar ke udara dan menginfeksi orang lain yang berada di dekatnya.
- Kontak langsung: Kontak langsung dengan cairan tubuh penderita bisa menjadi sumber penularan.
- Benda yang terkontaminasi: Virus campak bisa bertahan hidup di permukaan benda selama beberapa jam. Bayi atau balita yang menyentuh benda tersebut kemudian memegang mulut atau hidungnya dapat terinfeksi.
Penularan sangat cepat, hingga jika ada satu orang terkena campak, sekitar 9 dari 10 orang di sekitarnya yang belum punya kekebalan juga berisiko besar tertular. Masa penularannya cukup panjang: penderita sudah bisa menyebarkan virus sejak empat hari sebelum ruam muncul, dan tetap menular hingga empat hari setelah ruam terlihat. Masa inkubasi penyakit ini adalah sekitar 7–18 hari.
Gejala Campak
Gejala campak dapat berupa:
- Demam dengan suhu badan biasanya >38 derajat Celcius (bisa mencapai 40 derajat Celcius) selama tiga hari atau lebih dan akan berakhir setelah 4–7 hari. Demam tinggi terjadi setelah 10–12 hari setelah tertular. Bisa juga mengalami batuk, pilek, serta mata merah atau mata berair.
- Ada tanda khas berupa Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam.
- Muncul ruam makulopapular. Ruam muncul pada muka dan leher, dimulai dari belakang telinga, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Ruam dapat bertahan selama tiga hari atau lebih pada kisaran hari ke-4 sampai ke-7 demam. Ruam muncul saat demam mencapai puncaknya. Ruam berakhir dalam 5–6 hari, dan menjadi berwarna seperti tembaga atau kehitaman.
Diagnosis dan Pengobatan
Dokter dapat mendiagnosis campak dengan menanyakan gejala yang kamu alami dan memeriksa ruam pada kulit. Dokter juga mungkin akan menanyakan apakah kamu pernah kontak dengan seseorang yang terinfeksi campak dan riwayat vaksinasi. Jika dokter mencurigai kamu terkena campak, mereka bisa merujukmu untuk menjalani tes darah. Hasil tes inilah yang akan memastikan diagnosis campak.
Hingga saat ini, belum ada obat antivirus khusus untuk menyembuhkan campak. Perawatan lebih difokuskan pada meredakan gejala dan menangani komplikasi yang mungkin muncul, misalnya infeksi bakteri yang menyertai. Pada kasus campak yang berat, terutama pada anak-anak yang harus dirawat di rumah sakit, dokter kadang memberikan vitamin A. Tujuannya bukan untuk menyembuhkan campak, melainkan membantu memperkuat daya tahan tubuh dan menurunkan risiko kematian akibat penyakit ini. Namun, penting dipahami bahwa pemberian vitamin A hanya boleh dilakukan oleh dokter setelah diagnosis campak ditegakkan. Perannya adalah sebagai bagian dari perawatan suportif—membantu tubuh pulih—bukan sebagai obat penyembuh.
Komplikasi yang Bisa Terjadi
Komplikasi campak paling sering dialami oleh bayi, ibu hamil, serta anak-anak yang kurang gizi atau memiliki sistem imun lemah. Salah satu komplikasi yang paling umum adalah pneumonia. Kondisi ini bisa langsung disebabkan oleh virus campak itu sendiri, atau muncul sebagai infeksi bakteri sekunder, seperti dari Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus grup A, hingga Staphylococcus aureus.
Selain pneumonia, komplikasi lain yang bisa terjadi adalah croup (radang saluran napas), otitis media (infeksi telinga tengah), diare, dan yang lebih jarang berupa radang otot jantung (miokarditis), radang selaput jantung (perikarditis), radang usus buntu (apendisitis), serta kelainan darah thrombocytopenic purpura.
Bagi ibu hamil, campak membawa risiko yang jauh lebih serius. Infeksi ini bisa meningkatkan kemungkinan kematian ibu, keguguran, kematian janin dalam kandungan, hingga bayi lahir dengan berat badan rendah. Pada anak dengan kekurangan vitamin A, campak juga dapat menimbulkan keratokonjungtivitis, yang bisa berujung pada kebutaan.
Komplikasi pada sistem saraf pusat adalah yang paling mengkhawatirkan. Ada tiga kondisi utama yang perlu diwaspadai:
- Acute disseminated encephalomyelitis (ADEM): Penyakit autoimun yang menyerang selubung saraf (demyelinating disease), biasanya muncul beberapa hari hingga minggu setelah infeksi.
- Measles inclusion body encephalitis (MIBE): Infeksi otak progresif yang terjadi pada pasien dengan kekebalan tubuh lemah, muncul dalam hitungan bulan setelah campak.
- Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE): Penyakit neurologis progresif yang muncul 5–10 tahun setelah sakit campak. Penyebabnya diduga karena respons tubuh yang abnormal terhadap virus campak yang bermutasi. SSPE umumnya menyerang anak-anak yang terkena campak sebelum usia 2 tahun, dengan gejala berupa kejang serta penurunan fungsi kognitif dan motorik yang makin parah.
Cara Mencegah Campak
Perlindungan terbaik dari campak adalah vaksinasi. Vaksin MR atau MMR terbukti aman dan efektif dalam mencegah penyakit ini. Pastikan anak mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. Jadwal vaksinasi anak menurut IDAI tahun 2024: Vaksin MR disuntikkan subkutan mulai umur 9 bulan, dosis kedua umur 15-18 bulan, dosis ketiga umur 5-7 tahun. Bila sampai usia 12 bulan belum mendapat MR dapat diberikan MR/MMR, dosis kedua dengan interval 6 bulan, dan dosis ketiga usia 5–7 tahun.
Remaja yang belum pernah divaksin sebelumnya disarankan mendapat dua dosis dengan jarak minimal 28 hari. Jika sebelumnya baru menerima satu dosis, maka perlu ditambah satu dosis lagi agar perlindungan lebih optimal.
Meski begitu, tidak semua orang boleh divaksin. Pengecualian berlaku bagi mereka yang memiliki sistem imun sangat lemah, ibu hamil, atau pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap vaksin campak sebelumnya. Karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum menerima vaksin.
Singkatnya, vaksinasi adalah perisai utama yang bisa memutus rantai penularan campak. Vaksin tidak cuma melindungi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar kamu. Cara pencegahan lainnya, jika ada anggota keluarga yang terinfeksi, sebaiknya diisolasi agar tidak menularkan ke anggota keluarga yang lain, terutama bayi dan balita.
Posting Komentar