Ketagihan Berita Buruk, Ini Penjelasan Psikolog tentang Doomscrolling

Apa Itu Doomscrolling dan Mengapa Bisa Menjadi Kebiasaan Buruk?
Apakah kamu pernah merasa waktu berlalu begitu cepat saat tangan terus menggulir layar ponsel, beralih dari satu berita buruk ke berita lainnya? Terlebih di tengah situasi yang sering kali memicu ketidaknyamanan, seperti unjuk rasa yang berujung ricuh, isu politik yang memicu perdebatan, hingga kabar tentang kematian. Meski kamu sadar bahwa informasi tersebut bisa membuatmu cemas, tetapi sulit untuk berhenti. Inilah yang disebut sebagai doomscrolling.
Doomscrolling bukan hanya sekadar kebiasaan buruk, melainkan hasil dari interaksi kompleks antara teknologi modern dan insting psikologis manusia. Seperti ada magnet yang menarikmu untuk terus mencari informasi negatif. Tapi mengapa seseorang justru terjebak dalam lingkaran tanpa akhir ini?
Algoritma yang Memperkuat Kecemasan
Setiap kali membuka media sosial, kamu bukan hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari sebuah eksperimen yang tak berkesudahan. Di balik layar, algoritma canggih sedang bekerja, mengamati setiap interaksi, mulai dari video apa yang ditonton hingga postingan mana yang dibagikan atau diklik. Saat mata terpaku pada video kerumunan massa atau berita yang membuat dada sesak, algoritma mencatatnya sebagai sinyal ketertarikan.
Algoritma tidak peduli apakah konten itu membuatmu cemas atau tidak, yang penting adalah kamu menontonnya. Akibatnya, sistem akan terus menyajikan lebih banyak konten serupa, menciptakan siklus yang nyaris mustahil untuk dihentikan. Kamu mungkin merasa perlu terus menggulir agar tetap terhubung dengan realitas, padahal sebenarnya kamu sedang diberi umpan terus-menerus oleh sistem yang dirancang untuk menjaga kamu tetap berada di aplikasi selama mungkin.
Tanpa sadar, rasa ingin tahu dimanipulasi dan kecemasan diperkuat oleh teknologi yang seharusnya mendekatkan kamu pada dunia.
Reward yang Membuatmu Terus Menggulir
Terkadang, saat melihat kekacauan di luar sana, ada dorongan kuat untuk merasa memiliki kendali. Kamu terus menggulir, mencari informasi, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Di balik semua itu, kita punya keyakinan bahwa jika kita punya semua data, kita akan lebih siap.
Ironisnya, di balik semua kecemasan itu, ada sedikit "reward" yang membuat kamu terus melakukannya. Setiap kali kamu menemukan informasi baru, otak melepaskan zat kimia yang memberikan sensasi reward. Rasa puas sesaat ini membuat kamu merasa bahwa usaha yang telah dilakukan tidak sia-sia dan mendorong kamu untuk terus menggulir. Perilaku ini perlahan berubah menjadi kompulsif karena otak terus menuntut reward itu.
Kamu jadi terjebak dalam lingkaran yang dibuat oleh diri sendiri, hanya demi mendapatkan ilusi kendali yang fana.
Dampak Jangka Pendek dan Panjang
Doomscrolling adalah perilaku kompulsif yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam waktu singkat, doomscrolling dapat menyebabkan beberapa efek langsung pada kehidupan sehari-hari:
- Kelelahan fisik: Mata bisa terasa lelah dan capek karena terlalu lama menatap layar.
- Gangguan rutinitas harian: Waktu yang dihabiskan untuk scrolling bisa membuat kamu melewatkan atau menunda aktivitas penting, seperti makan atau tidur.
- Penurunan produktivitas: Energi dan waktu yang terkuras habis dapat mengganggu kinerja, baik saat bekerja, kuliah, atau melakukan tugas lainnya.
Seiring waktu, kebiasaan ini bisa memicu masalah yang lebih serius, seperti:
- Meningkatkan kecemasan dan kekhawatiran: Doomscrolling tidak memberikan solusi, melainkan memperkuat kecenderungan untuk merasa cemas.
- Merusak hubungan sosial: Saat kamu lebih fokus pada gadget daripada orang di sekitar, kualitas hubungan dengan teman, pasangan, atau keluarga bisa menurun.
- Dampak pada kesadaran politik: Ada kemungkinan doomscrolling dapat meningkatkan kesadaran terhadap isu politik, tetapi ini tidak selalu berarti akan berujung pada keterlibatan yang positif atau solusi nyata.
Kesimpulan
Doomscrolling tidak bisa diabaikan. Ini adalah cerminan dari bagaimana interaksi antara naluri bertahan hidup dan teknologi modern dapat menciptakan siklus kecemasan yang sulit dihentikan. Kesadaran diri adalah langkah awal yang paling penting. Dengan memahami mengapa kamu melakukan doomscrolling, kamu bisa mulai mengambil kendali. Saatnya menyadari bahwa alih-alih terus mencari kabar buruk, kamu bisa memilih untuk memutus siklusnya demi kesehatan mental dan kualitas hidup yang lebih baik.
Posting Komentar