Aturan 80/20 untuk Orang Tua: Mengatur Emosi dengan Efisien

Prinsip 80/20 dalam Pengasuhan Balita
Bunda pasti pernah merasa kewalahan menghadapi tingkah laku balita yang membuat pusing. Mereka bisa terlihat lucu, namun beberapa momen bisa memicu emosi orang tua menjadi tidak stabil. Terlebih ketika anak menunjukkan sifat keras kepala atau sedang mengalami tantrum di tempat umum. Hal ini bisa membuat kesabaran terus diuji setiap saat.
Namun, Bunda jangan khawatir. Perilaku seperti ini adalah hal wajar dan banyak orang tua mengalaminya. Masa balita memang penuh dinamika, sekaligus menjadi kesempatan untuk belajar baik bagi anak maupun orang tua. Pertanyaan yang sering muncul adalah, kapan sebaiknya memberikan batasan dan kapan cukup membiarkan anak bereksplorasi? Jawaban dari pertanyaan ini bisa ditemukan melalui prinsip sederhana yaitu aturan 80/20.
Apa Itu Aturan 80/20 dalam Pengasuhan Balita?
Tingkah laku Si Kecil memang bisa bikin gemas sekaligus membuat kepala pening. Untuk menjaga agar momen bersama tetap menyenangkan, diperlukan pendekatan yang tepat agar anak tetap bisa belajar dengan nyaman. Namun, dibutuhkan strategi agar orang tua tetap tenang menghadapi tantangan sehari-hari. Dengan begitu, anak pun bisa belajar dan berkembang dari setiap pengalaman mereka.
Aturan 80/20 merupakan panduan sederhana yang direkomendasikan oleh dr. Mike Milobsky, seorang dokter anak dan pakar pengasuhan di Amerika Serikat. Dalam video TikTok terbarunya, ia menjelaskan bahwa aturan ini berarti 80 persen interaksi dengan balita sebaiknya netral atau positif, dan hanya 20 persen saja yang perlu mendisiplinkan atau memberi batasan. Artinya, satu dari lima interaksi harus memiliki tujuan disiplin.
"Kita sebagai orang tua perlu menyesuaikan ekspektasi dan perilaku supaya bisa mencapai keseimbangan itu," tambahnya.
Cara Menjaga Keseimbangan Emosi Orang Tua dengan Aturan 80/20
Setelah memahami konsep aturan 80/20, Bunda bisa mulai menerapkannya untuk menjaga keseimbangan emosi dan interaksi positif dengan balita. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Membedakan Situasi Berbahaya dan Tidak
Bunda dapat menilai apakah situasi yang terjadi benar-benar berisiko bagi anak atau tidak. Dengan demikian, orang tua bisa tetap tenang dan tidak bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil. Ini akan membantu mengurangi rasa ingin terus-menerus mengoreksi atau memberi batasan pada anak. -
Gunakan Pertanyaan Reflektif Saat Emosi Memuncak
Ketika Bunda merasa ingin bereaksi, cobalah berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri apakah reaksi itu benar-benar diperlukan. Langkah ini membantu mengontrol emosi dan menjaga interaksi tetap harmonis. Anak juga bisa belajar bereksplorasi tanpa takut selalu ditegur. -
Atur Lingkungan dan Aktivitas Anak
Memberikan ruang bagi anak untuk eksplorasi tanpa terlalu banyak larangan membuat mereka lebih bebas belajar dan bermain. Bunda bisa memilih tempat aman yang memungkinkan anak untuk bergerak dan mencoba hal-hal baru. -
Temukan Keseimbangan dalam Memberikan Batasan
Bunda bisa mulai dengan memberi anak kesempatan mencoba hal-hal kecil sendiri sambil tetap mengamatinya. Ini membantu anak belajar mengambil keputusan dan merasakan konsekuensi dari tindakannya. Dengan keseimbangan ini, interaksi sehari-hari menjadi lebih menyenangkan.
Dengan menerapkan prinsip 80/20, suasana di rumah akan lebih nyaman dan interaksi dengan anak terasa lebih menyenangkan. Anak bisa belajar lebih banyak, orang tua tetap tenang, dan keluarga pun lebih bahagia. "Rumahmu akan lebih bahagia. Kamu akan lebih bahagia. Anakmu juga akan lebih bahagia," kata dr. Mike Milobsky.
Dalam proses pengasuhan, penting untuk terus belajar dan menyesuaikan gaya pengasuhan sesuai kebutuhan anak. Dengan prinsip 80/20, Bunda tidak hanya menjaga kesehatan mental diri sendiri, tetapi juga memberikan lingkungan yang optimal untuk perkembangan anak.
Posting Komentar