7 Komplikasi Serius yang Bisa Terjadi Akibat Campak yang Mengancam!

Campak sering dianggap sebagai penyakit ringan yang hanya menyebabkan ruam dan demam. Namun, kondisi ini bisa berujung pada komplikasi kesehatan yang serius, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak di bawah usia 5 tahun, orang yang tidak divaksinasi, ibu hamil, serta individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), jumlah kasus campak di seluruh dunia meningkat sebesar 20% pada tahun 2023, dengan sekitar 10,3 juta kasus dilaporkan.
Campak disebabkan oleh virus dalam keluarga paramyxovirus, yang menyebar melalui kontak langsung atau udara. Setelah menginfeksi saluran pernapasan, virus dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan berbagai komplikasi serius. Berikut adalah beberapa komplikasi yang bisa muncul:
1. Diare
Diare adalah komplikasi paling umum dari campak, terjadi pada sekitar 1 dari 12 pasien. Dalam penelitian, 83,3% kasus mengalami diare selama empat hari sebelum dan setelah ruam muncul. Studi kasus dari India menunjukkan bahwa bayi berusia 34 hari mengalami diare parah, pneumonia, dan ensefalitis setelah terinfeksi campak. WHO mengklasifikasikan diare parah dan dehidrasi sebagai komplikasi serius yang berkontribusi pada tingginya angka kematian akibat penyakit ini, terutama di negara berkembang.
2. Infeksi Telinga Tengah
Infeksi telinga tengah (otitis media) terjadi pada sekitar 14% anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena campak. Gejalanya termasuk sakit telinga, pendengaran berkurang, dan drainase telinga. Dalam kasus terburuk, infeksi ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen.
3. Pneumonia
Pneumonia menjadi penyebab kematian paling umum akibat campak pada anak kecil. CDC mencatat bahwa sekitar 1 dari 20 anak yang terkena campak mengalami pneumonia. ECDC melaporkan bahwa pneumonia terjadi pada 1–6 persen kasus campak dan menyebabkan 60 persen kematian terkait penyakit ini. Studi dalam jurnal Viruses menyebutkan bahwa pneumonia merupakan komplikasi fatal paling umum dari campak.
4. Ensefalitis
Ensefalitis bisa terjadi selama atau setelah infeksi campak, terutama pada individu yang tidak diimunisasi. Ini bisa disebabkan oleh infeksi virus di otak atau peradangan yang dimediasi oleh sistem imun. Selain itu, campak juga bisa memicu subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), kondisi langka yang berkembang bertahun-tahun setelah infeksi. SSPE menyebabkan kerusakan saraf progresif dan hampir selalu berujung pada kematian.
5. Kematian
Tahun 2023, diperkirakan 107.500 orang meninggal akibat campak, sebagian besar anak-anak di bawah usia 5 tahun. Tingginya angka kematian ini disebabkan oleh cakupan vaksinasi yang rendah. Pada tahun tersebut, sekitar 22 juta anak tidak mendapatkan dosis pertama vaksin campak, sehingga hanya 83% yang menerima dosis awal dan 74% yang menyelesaikan dua dosis yang direkomendasikan. Angka ini masih jauh dari target 95% untuk mencegah wabah.
6. Komplikasi Keamanan
Infeksi campak selama kehamilan bisa menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi. Ibu hamil lebih rentan mengalami pneumonia, rawat inap, dan bahkan kematian. Campak juga meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Selain itu, campak bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh ibu.
7. Komplikasi Jangka Panjang
Dalam kasus jarang, seseorang bisa mengembangkan SSPE, penyakit neurologis degeneratif yang berkembang bertahun-tahun setelah infeksi campak. Risiko ini lebih tinggi pada anak-anak yang terinfeksi sebelum usia 5 tahun.
Siapa Saja yang Rentan Mengalami Komplikasi?
Kelompok yang lebih rentan mengalami komplikasi campak meliputi: - Anak-anak di bawah usia 5 tahun. - Orang dewasa yang berusia lebih dari 20 tahun. - Perempuan hamil. - Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap leukemia atau HIV.
Cara terbaik untuk mencegah campak dan komplikasi potensialnya adalah dengan vaksinasi. Vaksin MMR diberikan dua kali untuk orang dewasa, dengan jarak empat minggu antar dosis. Untuk anak-anak, dosis pertama biasanya diberikan saat usia 12 bulan, dan dosis kedua sebelum masuk taman kanak-kanak. Jika anak berusia di bawah 12 bulan dan bepergian ke daerah dengan wabah campak, dosis pertama bisa diberikan pada usia 9 bulan.
Posting Komentar