4 Fakta Menarik Gunung Lhotse dengan 3 Puncak di Atas 8.000 Meter

AdinJava - Gunung Lhotse merupakan salah satu puncak tertinggi di dunia yang menarik perhatian para pendaki. Meskipun tidak sepopuler Everest, gunung ini memiliki daya tarik tersendiri karena keindahan alam dan tantangan yang menghadang.
Terletak di kawasan Pegunungan Himalaya, Lhotse berada di Nepal dan berbatasan dengan wilayah Tibet, Tiongkok. Nama "Lhotse" berasal dari bahasa Tibet yang berarti "puncak selatan", mengacu pada posisinya yang berada di sebelah selatan gunung Everest.
Sejarah pendakian di Lhotse juga sangat menarik. Pada tahun 1956, pendaki asal Swiss bernama Ernst Reiss dan Luchshinger berhasil melakukan pendakian pertama ke puncaknya. Mereka harus melewati salju tebal dan suhu ekstrem untuk mencapai tujuan.
Selain itu, ada juga tokoh penting seperti Reinhold Messner yang berhasil mencapai puncak tanpa menggunakan oksigen tambahan pada tahun 1981. Ape Sherpa, seorang pendaki lokal, juga telah mencapai puncak Lhotse beberapa kali. Sementara itu, Junko Tabei, pendaki perempuan pertama dalam sejarah, juga berhasil menaklukkan gunung ini.
Informasi Geografis Lhotse
Gunung Lhotse terletak di Distrik Solukhumbu, Nepal, dalam kawasan Taman Nasional Sagamatha yang termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Wilayah ini juga berbatasan dengan Tibet, Tiongkok. Lhotse terhubung dengan Everest melalui jalur yang disebut Lhotse Face, yaitu jalur batu tinggi yang cukup menantang.
Ketinggian Lhotse mencapai lebih dari 29 ribu kaki (sekitar 8.848 meter). Gunung ini memiliki tiga puncak utama: puncak utama mencapai 8.516 meter, puncak shar sepanjang 8.383 meter, dan puncak tengah sepanjang 8.410 meter. Ketiga puncak ini berdampingan langsung dengan Everest.
Lhotse berada di sebelah selatan Everest dan kedua gunung tersebut dihubungkan oleh South Col, sebuah punggung bukit yang curam dan tinggi. Koordinat geografis Lhotse adalah sekitar 27° 56' Lintang Utara dan 86° 56' Bujur Timur.
Cuaca dan Iklim di Lhotse
Cuaca di Lhotse sangat ekstrem dan sering berubah-ubah. Di ketinggian 27.900 kaki, tekanan udara dan kadar oksigen jauh lebih rendah dibandingkan permukaan laut. Suhu di siang hari bisa naik di atas titik beku, sementara di malam hari bisa turun hingga -30 derajat Celsius, bahkan saat musim panas.
Angin kencang sering terjadi di lereng atas dan punggung bukit yang terbuka. Kondisi cuaca bisa berubah secara tiba-tiba, dari cerah menjadi badai yang deras. Hal ini membuat pendaki rentan terkena hipotermia atau radang dingin. Oleh karena itu, persiapan fisik dan mental sangat penting bagi mereka yang ingin mendaki Lhotse.
Fakta tentang Pendakian Lhotse
Musim terbaik untuk mendaki Lhotse biasanya terjadi pada musim semi dan musim gugur. Pada musim semi (Maret hingga Mei), cuaca relatif stabil dengan suhu sedang dan salju mulai mencair, sehingga membuka jalan setapak.
Sementara itu, musim gugur (September hingga November) menawarkan cuaca yang lebih cerah dan kelembapan rendah, memberikan jarak pandang yang lebih luas.
Selama masa pendakian, para pendaki dapat tinggal di desa Sherpa seperti Namche Bazar yang berada di zona pegunungan. Desa ini menjadi tempat istirahat dan persiapan sebelum memulai perjalanan ke puncak.
Makna Budaya di Lhotse
Lhotse memiliki makna budaya yang mendalam bagi masyarakat setempat, terutama suku Sherpa. Mereka dikenal sebagai para pemandu dan pendaki handal yang sudah menjalani tradisi ini selama ratusan tahun.
Bagi suku Sherpa, Lhotse dianggap sebagai tempat tinggal para dewa. Para peziarah dan umat Hindu sering melakukan ekspedisi spiritual ke gunung ini untuk memohon berkah.
Suku Sherpa percaya bahwa Lhotse digambarkan sebagai roh prajurit yang melindungi Everest. Deretan gunung besar di Himalaya dipercaya dijaga oleh dewa penjaga bernama Yul lha.
Jalur pendakian yang paling menantang adalah Lhotse Face, yang terkenal dengan kemiringan curam dan permukaan es. Jika merasa lelah, sebaiknya istirahat di desa Sherpa sebelum melanjutkan perjalanan.
Posting Komentar