4 Fakta Menarik Burung Antipodes Parakeet, Endemik Selandia Baru yang Tidak Terbang!

Burung Endemik Selandia Baru yang Unik dan Berumur Panjang
Burung endemik asal Selandia Baru ini dikenal memiliki usia hidup yang cukup panjang jika berhasil bertahan di alam liar. Nama ilmiahnya adalah Cyanoramphus unicolor, dan mereka juga dikenal dengan sebutan antipodes parakeet atau antipodes islands parakeet. Nama tersebut berasal dari Kepulauan Antipodes, tempat asal mereka. Burung ini termasuk dalam famili Psittacidae dan merupakan spesies terbesar dalam genusnya. Panjang tubuhnya bisa mencapai 30 sentimeter.
Meski penampilannya tidak begitu mencolok dengan warna hijau polos, burung ini memiliki ciri khas seperti paruh yang besar dan sayap yang lebar. Jantan lebih besar daripada betina, sehingga ukuran menjadi salah satu faktor pembeda antara jantan dan betina.
Berikut beberapa fakta menarik tentang burung endemik ini:
1. Hewan Endemik Kepulauan Antipodes
Antipodes parakeet hanya dapat ditemukan di Kepulauan Antipodes, Selandia Baru. Mereka lebih sering berada di pulau utama, meskipun ada juga populasi kecil di pulau-pulau kecil seperti Bollons Island. Menurut Animalia, di Leeward Island dan Archway Island, populasinya hanya terbatas pada area sekitar 0,1 km². Hal ini menunjukkan bahwa habitat mereka sangat terbatas dan rentan terhadap ancaman lingkungan.
2. Menu Makanan yang Beragam
Meskipun tinggal di wilayah yang sempit, makanan antipodes parakeet sangat beragam. Mereka mengonsumsi dedaunan, tunas, rerumputan, biji-bijian, dan bunga. Tidak hanya itu, mereka juga tidak terlalu pemilih dalam memilih makanan. Terkadang, mereka bahkan memakan bangkai burung laut yang sudah mati.
Menariknya, antipodes parakeet adalah satu-satunya jenis parakeet yang melakukan perburuan. Mereka tidak ragu menyerang burung laut kecil seperti grey-backed storm petrel. Burung hijau ini akan masuk ke liang mangsanya dan bahkan memperlebar sarangnya jika terlalu sempit.
3. Kemampuan Terbang yang Terbatas
Meski bisa terbang, antipodes parakeet lebih sering menghabiskan waktu di tanah. Mereka lebih suka berjalan atau memanjat tumbuhan untuk mencari makan. Namun, kemampuan terbang mereka terbatas hanya untuk jarak pendek. Ketika merasa terancam, mereka cenderung melarikan diri dengan masuk ke balik tanaman atau lorong yang dibuat oleh hewan laut sebagai jalan pintas.
Selain itu, mereka juga suka mandi dan berjemur. Mereka membersihkan bulu di tempat yang sejuk dan menghabiskan banyak waktu untuk menjaga kebersihan diri. Gaya hidup ini membuat kehidupan mereka tidak selalu tenang karena sering terjadi perselisihan untuk merebut wilayah.
4. Sistem Perkawinan yang Spesifik
Antipodes parakeet mulai berkembang biak pada bulan Oktober hingga Maret. Saat itulah mereka mulai menggali liang sedalam satu meter di tanah gambut berserat sebagai sarang. Jika tidak membuat sarang sendiri, mereka menggunakan terowongan alami yang berada di pangkal rumpun tussock atau pakis.
Betina bertelur sebanyak 5-6 butir dan mengeraminya sendirian. Selama masa ini, betina cenderung agresif dan bertindak sebagai pelindung utama. Sementara itu, tugas jantan adalah memberikan makanan kepada anak-anak mereka sebelum dan setelah keluar dari sarang.
5. Populasi yang Stabil tapi Rentan
Meskipun populasi antipodes parakeet tergolong stabil, mereka tetap diklasifikasikan sebagai "vulnerable" oleh IUCN sejak tahun 1994 hingga 2022. Pada tahun 2021, diperkirakan hanya ada sekitar 2.000-3.000 burung dewasa. Suara khas mereka terdengar seperti 'kok-kok-kok-kok-kok', dan ada juga celotehan lembut yang jarang terdengar.
Dengan semua fakta di atas, antipodes parakeet menunjukkan keunikan dan keberagaman hayati yang luar biasa. Meski hidup dalam lingkungan yang terbatas, mereka mampu bertahan dan membentuk kehidupan yang cukup harmonis.
Posting Komentar