Tools:
Powered by AdinJava

Spesifikasi Jet Tempur Gripen Thailand Hancurkan Posisi Artileri Kamboja di Phu Ma Kua

Table of Contents
Spesifikasi Jet Tempur Gripen Thailand Hancurkan Posisi Artileri Kamboja di Phu Ma Kua

AdinJava, BANGKOK- Tentera Thailand mengonfirmasi penggunaan pesawat tempur Saab JAS39/C Gripen dalam konflik militer dengan Kamboja di sempadan antara dua negara.

Dengan demikian, Thailand dipastikan mengirimkan dua jenis pesawat tempur generasi 4.5, yaitu Gripen dan F-16.

Pesawat-pesawat itu menjalani tugas serangan terhadap sasaran darat di sekitar wilayah perbatasan.

Serangan itu mengarahkan perhatian pada aset Kamboja yang berada di dekat Phu Ma Kua dan kuil Ta Muen Thom, yang keduanya menjadi sasaran serangan senjata artileri dan roket lintas batas belakangan ini, menyebabkan banyak korban jiwa baik sipil maupun militer.

Phu Ma Kua merupakan kawasan dataran tinggi yang penting secara strategis berada di provinsi Si Sa Ket, Thailand, dekat dengan batas wilayah Kamboja.

Lokasinya dianggap penting karena letaknya yang tinggi dan berdekatan dengan tempat bersejarah serta jalur transportasi utama.

Keterlibatan pesawat Gripen dalam operasi militer Thailand ini sekaligus menjadi "pembukaan" jet tempur buatan Swedia tersebut di medan perang.

Sejauh ini, Gripen yang dioperasikan oleh Swedia, Republik Ceko, Afrika Selatan, Thailand, Brasil, dan Hongaria, hanya digunakan dalam operasi internasional tanpa melakukan serangan terhadap musuh.

Angkatan bersenjata Thailand telah memperoleh dua belas pesawat JAS 39C/D Gripen, yang dikirimkan pada tahun 2016, dengan sebelas unit masih beroperasi setelah satu unit hilang akibat kecelakaan pada tahun 2017.

Pada bulan Juni tahun ini, pemerintah Thailand mengumumkan perjanjian dengan Saab terkait pembelian dua belas pesawat tempur JAS 39E/F Gripen yang lebih modern.

Pesawat tempur Gripen

Pesawat tempur Saab Gripen dibuat pada masa Perang Dingin. Versi pertamanya terbang pada tahun 1988 dan mulai digunakan oleh Angkatan Udara Swedia pada 1996.

Pesawat tempur dirancang agar mampu lepas landas dan mendarat di jalan raya. Hanya dibutuhkan landasan sepanjang 800 meter untuk lepas landas.

Operasinya juga sederhana, hanya membutuhkan enam orang petugas untuk persiapan. Untuk pengisian ulang, rata-rata hanya memerlukan 10 menit saja.

Jika disiapkan untuk menyerang target di darat, persiapan hanya memakan waktu 20 menit.

Biaya operasional Saab Gripen per jam terbang mencapai 4.600 dolar AS, jauh lebih murah dibandingkan F-16 Fighting Falcon yang sebesar 7.000 dolar AS.

Jangkauan terbang Gripen memang lebih pendek dibandingkan F-16, yaitu hanya mencapai 3.200 kilometer, sementara F-16 Viper dapat menjangkau jarak hingga 4.220 kilometer.

Pada tahun 2008, Thailand mengadakan perjanjian untuk membeli pesawat JAS-39 Gripen C/D yang dibuat oleh Saab Swedia sebagai langkah dalam memperluas portofolio senjata dan mengurangi ketergantungan terhadap Amerika Serikat.

Ada 12 unit Gripen saat ini berada di Skuadron 7, Surat Thani, dan telah menggantikan pesawat F-5E/F yang sebelumnya bertugas.

Pesawat Gripen Thailand telah terhubung dengan sistem pengendalian perang Deteksi Dini Udara (AEW) Erieye dan jaringan C2 (Komando dan Kontrol), sehingga seluruh sistem menjadi lebih terpadu dan efisien.

Pesawat ini mampu menjalankan operasi "perang yang berbasis jaringan" yang memungkinkan pertukaran data secara langsung antara platform udara, laut, dan darat.

Pesawat Gripen Thailand dilengkapi dengan radar PS-05/A, rudal IRIS-T, serta rudal AIM-120 AMRAAM, selain mampu membawa rudal anti-kapal RBS-15 dan bom presisi yang dikendalikan oleh sistem GPS.

Perang Thailand dan Kamboja

Pemicu perang antara Thailand dan Kamboja pada Juli 2025 adalah hasil dari perselisihan perbatasan yang berlangsung selama beberapa dekade, khususnya mengenai sengketa wilayah di sekitar kuil tua Preah Vihear dan Ta Moan Thom2.

Sengketa Candi Preah Vihear dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perselisihan.

Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) mengambil keputusan bahwa candi tersebut termasuk dalam wilayah Kamboja.

Thailand memang menerima keputusan tersebut, namun batas wilayah sekitar candi masih tidak jelas, sehingga menimbulkan perselisihan di kawasan seluas 4,6 km².

Pada bulan Juli 2025 terjadi pertikaian militer. Kamboja mengklaim pasukan militer Thailand menyerang terlebih dahulu, sedangkan Thailand menyatakan bahwa Kamboja melanggar batas wilayah.

Update dari medan perang

Laporan terkini mengungkapkan bahwa Komandan Divisi ke-7 Angkatan Darat Kamboja, Mayor Jenderal Duong Somneang, gugur akibat serangan artileri di kawasan Chong Ta Thao–Phu Ma Kua.

Pertikaian antara pasukan Thailand dan Kamboja dilaporkan terus berlangsung sepanjang hari di wilayah perbatasan yang sedang diperebutkan.

Pada 26 Juli, para wartawan membenarkan bahwa pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja terjadi di pagi hari di sekitar wilayah Phu Ma Kua dan Chong Ta Thao.

Tentara Thailand mampu mempertahankan posisi mereka di Phu Ma Kua serta mengusir pasukan Kamboja dari daerah tersebut.

Pasukan Kamboja selanjutnya melakukan serangan balasan guna memperoleh kembali wilayah tersebut, namun banyak anggota pasukannya yang gugur.

Pasukan militer Thailand tidak hanya memanfaatkan pesawat tempur F-16 A/B serta JAS39 Gripen untuk melakukan serangan terhadap posisi dan aset militer Kamboja di sepanjang perbatasan yang menjadi sengketa antara kedua negara, tetapi juga menggunakam pesawat tanpa awak (drone) dalam operasi serangan tersebut.

Video yang dikeluarkan oleh Angkatan Bersenjata Thailand menampilkan drone senjata buatan dalam negeri yang melemparkan bom mortir M261 dan M472 ke posisi militer Kamboja serta gudang senjata milik pasukan tetangganya.

Bom mortir yang dilepaskan oleh drone milik Tentara Thailand berhasil merusak pos dan aset militer Kamboja di kawasan perbatasan antara kedua negara.

"Drone tempur milik Angkatan Darat Thailand dilaporkan berhasil mengenali beberapa target penting, seperti gudang senjata, pusat peluncuran artileri, dan kendaraan peluncur roket, termasuk unit RM-70 GRAD yang sedang diisi dan siap ditembakkan kembali," kata perwakilan militer Thailand sebagaimana dilaporkan oleh media setempat.

Melalui serangan menggunakan drone, satuan drone bersenjata TNI Angkatan Darat Thailand berhasil merusak gudang senjata utama Kamboja yang diperkirakan sebagai tempat penyimpanan roket 122 mm dan peralatan pendukung peluncuran lainnya.

Keberhasilan menghancurkan rudal RM-70 GRAD Kamboja yang dalam keadaan "aktif dan terisi" menunjukkan ketepatan dan efisiensi operasi udara tanpa awak Thailand, sehingga mengurangi kemungkinan ancaman serangan berulang di wilayahnya.

Di sisi lain, laporan media setempat menyebutkan bahwa Angkatan Darat Kamboja melakukan serangan roket besar terhadap posisi militer Thailand dengan menggunakan sistem peluncur roket ganda RM-70 GRAD yang dibuat oleh Cekoslowakia.

Berdasarkan laporan intelijen yang didapatkan dari sumber militer regional, sistem peluncur roket RM-70 GRAD Kamboja menggunakan roket artileri 9M22U, yang juga disebut SHE-40, merupakan sistem roket tak berpemandu berukuran 122 mm dengan jangkauan tembak efektif mencapai 20 kilometer.

Roket 9M22U/SHE-40 memiliki kepala ledak berat 18,4 kilogram dan dirancang khusus untuk operasi penghancuran area luas seperti benteng infanteri, gudang logistik, serta kendaraan lapis baja ringan. Serangan ini tidak hanya menantang tetapi juga membahayakan keamanan wilayah Thailand.

Para ahli militer percaya bahwa penggunaan sistem RM-70 GRAD oleh Kamboja menunjukkan tanda yang jelas bahwa negara tersebut telah meningkatkan kesiapan perangnya dan siap memanfaatkan senjata artileri berat untuk menjaga atau merebut wilayah yang sedang diperebutkan.

RM-70 GRAD merupakan sistem peluncur roket multi (MRLS) yang dibuat oleh Cekoslowakia pada masa Perang Dingin, dan mengacu pada desain BM-21 GRAD Soviet yang terkenal.

Sistem ini dilengkapi dengan 40 peluncur roket berukuran 122 mm, mampu melepaskan seluruh roketnya dalam waktu kurang dari 30 detik, serta memiliki jangkauan kerusakan yang luas, menjadikannya senjata penghancur wilayah yang sangat ditakuti dalam pertempuran darat.

Posting Komentar