Mengenal 6 Jenis Insomnia: Jenis, Penyebab, dan Dampaknya bagi Kesehatan
![]() |
Foto: Shutterstock |
serkit-sehat - Tidur adalah kebutuhan dasar manusia yang sama pentingnya dengan makan dan minum. Saat tidur, tubuh melakukan proses pemulihan, memperbaiki sel-sel yang rusak, hingga menjaga keseimbangan hormon.
Idealnya, orang dewasa membutuhkan waktu tidur antara 7 hingga 9 jam setiap malam. Sayangnya, tidak semua orang bisa menikmati tidur dengan mudah. Salah satu gangguan tidur yang paling banyak dialami adalah insomnia.
Insomnia merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik meskipun sudah berusaha.
Penderitanya bisa terjaga hingga larut malam, sering terbangun di tengah tidur, atau bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur kembali.
Menurut data dari berbagai penelitian, jutaan orang di seluruh dunia menderita insomnia dengan berbagai tingkat keparahan. Masalah ini tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga dapat berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental jika terjadi dalam jangka panjang.
Apa Itu Insomnia?
Dilansir dari WebMD, insomnia dapat dibagi menjadi dua kategori besar:
-
Insomnia akut → berlangsung sementara, mulai dari satu malam hingga beberapa minggu.
-
Insomnia kronis → terjadi setidaknya tiga kali dalam seminggu selama tiga bulan atau lebih.
Meski sering dianggap sepele, insomnia sebenarnya bisa merusak kualitas hidup. Bayangkan, tubuh tidak mendapatkan cukup waktu istirahat untuk memulihkan diri. Akibatnya, penderita mudah lelah, sulit konsentrasi, dan berisiko tinggi mengalami berbagai penyakit serius, termasuk hipertensi, serangan jantung, diabetes, hingga depresi.
Jenis-Jenis Insomnia
Dilansir dari Healthline dan Sleep Foundation, insomnia dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis dengan gejala dan penyebab yang berbeda.
1. Insomnia Akut (Short-Term Insomnia)
Jenis ini berlangsung singkat, biasanya antara 3 hingga 14 hari. Penyebab utamanya adalah stres atau perubahan besar dalam hidup, seperti kehilangan pekerjaan, kematian orang terdekat, pindah rumah, atau jet lag akibat bepergian jauh.
Selain itu, faktor lain seperti sakit, konsumsi obat-obatan tertentu, atau tidur di tempat yang tidak familiar juga bisa memicu insomnia akut. Meski sering hilang dengan sendirinya, insomnia jenis ini berpotensi berkembang menjadi insomnia kronis jika tidak ditangani dengan baik.
2. Insomnia Kronis (Chronic Insomnia)
Insomnia kronis terjadi ketika kesulitan tidur berlangsung setidaknya tiga kali seminggu selama tiga bulan atau lebih. Kondisi ini bisa bersifat:
-
Primer, yakni tidak terkait dengan penyakit lain.
-
Sekunder, yakni dipicu kondisi medis tertentu, seperti diabetes, depresi, gangguan tiroid, sleep apnea, atau penyakit kronis lainnya.
Faktor gaya hidup, misalnya bekerja dengan pola shift atau sering bepergian lintas zona waktu, juga meningkatkan risiko insomnia kronis.
3. Onset Insomnia
Onset insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur meskipun sudah berada di tempat tidur. Biasanya, penderita bisa menghabiskan waktu 20–30 menit hanya untuk mencoba memejamkan mata.
Penyebab paling umum adalah stres, kecemasan, atau depresi. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi kafein, alkohol, atau stimulan lain juga bisa memperburuk kondisi ini. Pada sebagian kasus, onset insomnia berkaitan dengan gangguan tidur lain, seperti restless leg syndrome.
4. Maintenance Insomnia
Maintenance insomnia ditandai dengan kesulitan mempertahankan tidur sepanjang malam. Penderita sering terbangun di tengah malam dan butuh waktu lama untuk tidur kembali.
Tidur yang terputus-putus membuat kualitas tidur menurun sehingga tubuh tetap merasa lelah di pagi hari. Lebih buruk lagi, rasa khawatir karena sulit tidur sering memperparah kondisi ini dan menciptakan siklus insomnia yang sulit diputus.
Penyebab maintenance insomnia antara lain depresi, gangguan pernapasan saat tidur (sleep apnea), GERD, asma, hingga gangguan gerakan saat tidur seperti periodic limb movement disorder.
5. Terminal Insomnia
Terminal insomnia atau late insomnia adalah kondisi ketika seseorang terbangun terlalu dini dari waktu yang diinginkan dan tidak bisa tidur kembali.
Durasi tidur yang kurang tentu mengganggu fungsi fisik dan mental di keesokan harinya. Jika berlangsung terus-menerus, penderita bisa mengalami siklus kelelahan di siang hari, tidur lebih awal di malam berikutnya, lalu kembali bangun dini keesokan harinya.
6. Mixed Insomnia
Meski tidak termasuk dalam istilah medis resmi, mixed insomnia digunakan untuk menggambarkan penderita yang mengalami kombinasi gejala, seperti sulit tidur di awal malam, sering terbangun di tengah malam, sekaligus bangun terlalu pagi.
Dalam praktiknya, banyak penderita insomnia mengalami pola tidur yang tumpang tindih, sehingga sulit dikategorikan secara ketat. Gejala insomnia juga bisa berubah-ubah seiring waktu, membuat pola tidur semakin tidak menentu.
Penyebab Insomnia
Insomnia bisa dipicu oleh berbagai faktor, baik dari sisi fisik maupun psikologis. Beberapa penyebab umum antara lain:
-
Stres dan kecemasan: tekanan pekerjaan, masalah keluarga, atau kekhawatiran berlebihan.
-
Kondisi medis: asma, arthritis, kanker, GERD, atau nyeri kronis.
-
Gangguan mental: depresi, gangguan kecemasan, PTSD.
-
Gaya hidup tidak sehat: konsumsi kafein berlebihan, merokok, atau kebiasaan begadang.
-
Lingkungan tidur: kamar terlalu terang, berisik, atau suhu tidak nyaman.
-
Pola tidur tidak teratur: sering tidur larut malam, kerja shift, atau bepergian lintas waktu.
Dampak Insomnia pada Kesehatan
Insomnia tidak hanya membuat tubuh lemas, tetapi juga menimbulkan dampak serius jika berlangsung lama, di antaranya:
-
Gangguan kognitif: sulit konsentrasi, daya ingat menurun, mudah bingung.
-
Masalah emosional: mudah marah, cemas, hingga depresi.
-
Risiko penyakit fisik: tekanan darah tinggi, serangan jantung, diabetes, obesitas.
-
Menurunnya produktivitas: kinerja di sekolah maupun pekerjaan terganggu.
-
Kualitas hidup memburuk: sulit menikmati aktivitas sehari-hari karena selalu merasa lelah.
Cara Mengatasi Insomnia
Kabar baiknya, sebagian besar kasus insomnia bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup tanpa perlu obat-obatan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
-
Menjaga kebersihan tidur (sleep hygiene) → tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari.
-
Menciptakan lingkungan tidur nyaman → kamar gelap, sejuk, dan tenang.
-
Menghindari kafein dan alkohol beberapa jam sebelum tidur.
-
Batasi penggunaan gadget menjelang tidur.
-
Lakukan relaksasi seperti meditasi, membaca buku, atau mandi air hangat.
-
Olahraga teratur di siang atau sore hari, bukan menjelang tidur.
Jika insomnia tidak kunjung membaik, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau spesialis tidur untuk penanganan lebih lanjut.
Kesimpulan
Insomnia adalah gangguan tidur yang umum tetapi serius. Kondisi ini bisa bersifat sementara maupun kronis, dan dapat menimbulkan dampak besar pada kesehatan fisik, mental, serta kualitas hidup seseorang.
Dengan mengenali jenis-jenis insomnia, memahami penyebabnya, dan menerapkan pola hidup sehat, kita bisa mengurangi risiko gangguan tidur ini. Jangan anggap remeh kurang tidur, karena tubuh membutuhkan istirahat yang cukup untuk tetap sehat dan bugar.
👉 Simak penjelasan lengkap seputar kesehatan tidur dan cara mengatasi insomnia di: serkit-sehat
Artikel ini sudah saya kembangkan menjadi ±1000 kata dengan struktur rapi: definisi, jenis-jenis, penyebab, dampak, hingga cara mengatasi.
Mau saya tambahkan juga tips praktis harian untuk memperbaiki pola tidur supaya lebih menarik bagi pembaca blog?
Posting Komentar