Tools:
Powered by AdinJava

Proyek P5 Kearifan Lokal: Melestarikan Budaya Lewat Makanan dan Permainan Tradisional

Table of Contents

AdinJava - Di tengah derasnya arus modernisasi, warisan budaya leluhur tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Salah satunya lewat makanan dan permainan tradisional yang mampu menjadi penghubung antar generasi.

Momen sederhana, seperti melihat anak tertawa saat bermain egrang, bukan hanya menghadirkan kebahagiaan, tetapi juga menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengenalkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini.

Program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hadir sebagai salah satu cara untuk menghidupkan kembali kearifan lokal di sekolah. Melalui pendekatan berbasis proyek, anak-anak diajak belajar sambil bermain, sekaligus menanamkan rasa cinta terhadap budaya bangsa.

Dengan begitu, mereka bukan hanya tumbuh sebagai generasi kreatif, tetapi juga memiliki karakter kuat yang berakar pada nilai-nilai luhur Pancasila.


Apa itu Proyek P5 Kearifan Lokal?

Menurut buku Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) karya Heni, SSTPar, MPar, dkk., P5 adalah program pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu tema utama yang diangkat dalam proyek ini adalah kearifan lokal, termasuk makanan khas daerah dan permainan tradisional. Lewat kegiatan ini, peserta didik dapat belajar sambil menjaga warisan budaya agar tidak hilang ditelan zaman.


25 Contoh Catatan Proses P5 Kearifan Lokal

Fase A – Permainan Tradisional

  1. Ananda sudah mahir mengingat lagu-lagu permainan tradisional, seperti Cublak-cublak Suweng dan Injit-injit Semut.

  2. Meski awalnya kesulitan, Ananda menunjukkan kemajuan saat bermain bekelan bersama teman-temannya.

  3. Kemampuan Ananda mengenali dan membedakan permainan tradisional semakin berkembang.

  4. Kreativitas Ananda tampak saat membuat permainan tradisional dari batok kelapa.

  5. Ananda aktif bertanya jika belum memahami aturan permainan, menunjukkan semangat belajar tinggi.


Fase B – Dongeng & Legenda Nusantara

  1. Ananda percaya diri membacakan dongeng di depan kelas, memotivasi teman-temannya untuk ikut tampil.

  2. Bakat menulis Ananda terlihat dalam dongeng hewan dengan alur yang rapi dan karakter unik.

  3. Ananda mampu merangkum legenda daerah serta menyimpulkan pesan moralnya.

  4. Dongeng yang dibuat Ananda dikemas kreatif sehingga menarik pembaca.

  5. Pengetahuan Ananda tentang legenda Nusantara terus bertambah berkat minat belajarnya yang tinggi.


Fase C – Peninggalan Sejarah dan Jalur Wisata

  1. Ananda tekun membaca buku sejarah dan menunjukkan minat tinggi pada peninggalan budaya.

  2. Ia juga mengenal beragam cerita rakyat dari berbagai daerah.

  3. Saat kunjungan ke candi, Ananda aktif bertanya dan membaca informasi pada papan penjelasan.

  4. Ananda menghargai peninggalan sejarah dengan tidak menyentuh benda berharga sembarangan.

  5. Minatnya pada jalur rempah Nusantara terlihat dari keseriusannya membaca ensiklopedia terkait.


Fase D – Akulturasi Budaya

  1. Sebagai ketua kelas, Ananda menunjukkan sikap toleransi luar biasa dalam memahami akulturasi.

  2. Ia percaya diri menjelaskan perkembangan budaya Indonesia kepada teman-temannya.

  3. Melalui tarian kombinasi tradisional-modern, Ananda memahami makna akulturasi budaya.

  4. Ia ikut melestarikan budaya dengan membuat konten positif di media sosial.

  5. Ananda kreatif memadukan lagu daerah dengan musik populer tanpa menghilangkan nilai budaya asli.


Fase E/F – Seni dan Teknologi dalam Budaya

  1. Ananda berinisiatif mempelajari pranata acara adat Jawa lewat buku di perpustakaan.

  2. Kemampuan menari Ananda berkembang pesat meski tidak memiliki latar belakang keluarga seni.

  3. Ia aktif mempelajari gamelan dan ikut tampil dalam acara lingkungan.

  4. Pertunjukan kelompok Ananda sederhana namun sarat kreativitas dan nilai budaya.

  5. Ia semakin mengenal tarian daerah dengan berdiskusi langsung bersama penari asli.


Penutup

Melalui Projek P5 Kearifan Lokal, peserta didik bukan hanya belajar tentang budaya, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi yang hampir terlupakan. Makanan khas daerah, permainan tradisional, dongeng, hingga seni pertunjukan menjadi sarana yang menyenangkan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air.

Dengan cara ini, generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, berkarakter, sekaligus bangga akan identitas bangsanya.

Posting Komentar