Tools:
Powered by AdinJava

Tiru YouTube, Meta Pantau Kreator Palsu di Facebook

Table of Contents

AdinJava, Jakarta - Meta menyatakan akan mengambil langkah terhadap materi yang tidak asli yang beredar di platform Facebook. Kebijakan ini akan dijalankan secara terus-menerus sebagai bagian dari usaha untuk mengatasi konten spam yang menyesatkan, termasuk yang memanfaatkan tagar secara berlebihan dan tidak sesuai dengan konteks.

Akun yang sering kali memanfaatkan ulang video, foto, atau pesan teks milik orang lain secara tidak pantas tidak hanya akan kehilangan kesempatan untuk bergabung dalam program monetisasi Facebook selama sementara waktu, tetapi juga akan menerima pengurangan penyebaran untuk semua konten yang mereka bagikan,” demikian pernyataan Meta dalam blog resmi mereka pada Senin, 14 Juli 2025.

Meta menyadari bahwa masih banyak akun yang berpura-pura sebagai kreator dengan mengunggah ulang meme atau video yang sama secara berulang di berbagai akun. Menurut Meta, akun-akun tersebut tidak memberikan penghargaan kepada pembuat asli, merusak pengalaman pengguna secara keseluruhan, serta menghambat munculnya kreator baru.

Meta menghargai konten yang diulang jika kreator memberikan sentuhan khas, seperti menambahkan komentar dalam video reaksi atau mengikuti tren dengan cara sendiri. Oleh karena itu, tindakan akan diberlakukan terhadap konten yang diunggah ulang tanpa izin atau tanpa perubahan yang signifikan.

Meta juga menegaskan, jika sistem mengenali video yang duplikat di Facebook, jangkauan penyebarannya akan dibatasi agar pencipta asli tetap mendapatkan audiens yang seharusnya. Selain itu, Meta sedang mengembangkan metode baru untuk memberikan pengakuan yang lebih tepat kepada kreator asli.

"Sebagai contoh, kami sedang menguji pemasangan tautan pada video yang salinannya mengarahkan penonton ke konten asli," tulis Meta. Dalam hal ini, Meta akan memberi label akun kreator asli dari video yang telah direproduksi. Pada format video vertikal, akan muncul keterangan seperti “Original by Deborah Jones”.

Sejalan dengan Kebijakan YouTube

Tindakan Meta ini sejalan dengan kebijakan terbaru Google untuk YouTube, yang menetapkan bahwa monetisasi hanya berlaku untuk konten yang asli. "Perubahan ini lebih mencerminkan bagaimana konten yang 'tidak otentik' saat ini," tulis Google dalam halaman bantuan YouTube pada Selasa, 8 Juli 2025.

Kepala Editorial dan Juru Bicara YouTube, Rene Ritchie, mengatakan bahwa aturan baru ini hanyalah perubahan kecil dari kebijakan Program Partner YouTube (YPP). Ia menegaskan bahwa konten yang bersifat berulang atau repetitif sejak lama tidak memenuhi syarat untuk dimonetisasi. “Penonton sering melihatnya sebagai spam,” kata Ritchie.

Untuk memaksimalkan konten di Facebook, pengguna harus mengunggah materi yang asli. Konten dari sumber lain masih diperbolehkan, selama telah diubah dengan penambahan yang penting, misalnya melalui perbaikan kreatif atau komentar yang memberikan makna baru. "Hanya menggabungkan potongan video atau menambahkan tanda air tidak cukup dianggap sebagai penyempurnaan yang berarti," tulis Meta.

Meta menyarankan para kreator agar tidak memuat video yang terlalu pendek dan tidak memberikan manfaat bagi penonton. Sebaliknya, lebih baik menyampaikan kisah yang asli dan mampu menciptakan hubungan emosional dengan penonton. Meta juga tidak menyarankan penggunaan watermark dari pihak ketiga atau konten yang berisi tanda air.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa tulisan dan hashtag sesuai dengan isivideo, membatasi jumlah tagar maksimal lima, serta menghindari penggunaan huruf besar yang berlebihan. “Kami akan mengeluarkan perubahan ini secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang untuk membantu memastikan proses peralihan yang lancar bagi para kreator,” tulis Meta.

M. Faiz Zaki membantu dalam penulisan artikel ini.

Posting Komentar