Tools:
Powered by AdinJava

Tanda Tubuh Kekurangan Karbohidrat, Mudah Lelah

Table of Contents

AdinJava,JAKARTA - Karbohidrat adalah salah satu zat gizi yang penting, yang berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh. Namun, konsumsi berlebihan karbohidrat dapat memicu tanda-tanda penyakit dankelelahan.

Dilansir dari Medical News Today,Rabu (16/7/2025), karbohidrat terbagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Karbohidrat kompleks terdiri dari rantai gula yang panjang dan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna oleh tubuh. Jenis karbohidrat ini mengandung serat, vitamin, dan mineral yang berperan dalam menjaga keseimbangan kadar gula darah serta memberikan rasa kenyang yang lebih tahan lama. Contoh karbohidrat kompleks meliputi sayuran, buah-buahan utuh, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

2. Karbohidrat sederhana memiliki bentuk gula yang pendek dan dapat dengan mudah dicerna oleh tubuh. Hal ini menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah secara cepat, diikuti dengan penurunan yang signifikan.

Akibatnya, tubuh akan merasakan kelelahan yang cepatlelahdan perut mudah merasa lapar. Contoh dari karbohidrat sederhana adalah gula, minuman berpemanis, roti putih, kue, biskuit, serta makanan olahan lainnya. Jenis karbohidrat ini memiliki kandungan nutrisi dan serat yang rendah, serta cenderung hanya memberikan kalori tanpa manfaat jangka panjang.

Ini merupakan tanda-tanda tubuh yang mengalami kelebihan asupan karbohidrat:

1. Berat Badan Bertambah

Konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir dan minuman yang manis secara berlebihan dapat menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah, yang selanjutnya berubah menjadi lemak jika energi tidak digunakan.

Akibatnya, berat badan cenderung naik dan memicu kondisi obesitas. Konsumsi gula serta minuman manis tidak hanya menyebabkan kenaikan berat badan, tetapi juga meningkatkan risiko terkena diabetes hingga gangguan ginjal.

2. Kenaikan Gula Darah dan Ketahanan Insulin

Gula, yang termasuk dalam karbohidrat sederhana, dapat menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah secara cepat. Selain itu, kelebihan gula dalam tubuh bisa memicu pankreas untuk menghasilkan insulin berlebihan. Akibatnya, sel-sel di tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin), yang berpotensi meningkatkan risiko terkena diabetes sertafatty liver.

3. Tingginya kadar kolesterol dan trigliserida

Jika Anda mengonsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat dan gula, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida serta kolesterol jahat (LDL).

Kondisi ini dapat merugikan kesehatan jantung serta proses metabolisme di dalam tubuh. Risiko paling tinggi akibat peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida adalah penyakit jantung dan pembuluh darah.

4. Rasa Kelelahan dan Perubahan suasana Hati

Setelah mengonsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat olahan seperti roti, kue manis, atau minuman berkarbonasi, tubuh Anda akan mengalami peningkatan kadar gula dalam darah secara cepat.

Namun, keadaan ini tidak akan berlangsung lama dan menyebabkan penurunan signifikan dalam kadar gula darah. Akibatnya, Anda akan tiba-tiba merasa lemah, kehilangan tenaga, kesulitan untuk fokus, serta mengalami perubahan suasana hati. Jika dibiarkan dalam jangka panjang, hal ini dapat mengganggu produktivitas dan keseimbangan emosional.

5. Gangguan Pencernaan

Karbohidrat olahan yang rendah serat dapat memicu sembelit, kembung, serta gangguan metabolisme di usus. Jika asupan serat tidak cukup, jumlah bakteri baik dalam tubuh bisa berkurang, sehingga menyebabkan perut kembung, produksi gas berlebih, dan penurunan fungsi sistem pencernaan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan.

6. Dampak Buruk terhadap Kesehatan Jiwa

Menerapkan pola makan yang kaya akan karbohidrat olahan dan makanan yang sangat diproses bisa memicu peradangan menyeluruh dalam tubuh serta gangguan pada komunitas bakteri usus. Hal ini terjadi karena hubungan langsung antara usus dengan fungsi otak, sehingga kondisi tersebut mengakibatkan penurunan produksi hormon serotonin, yang berujung pada meningkatnya risiko stres, kecemasan, dan depresi. (Maharani Dwi Puspita Sari)

Posting Komentar