Tools:
Powered by AdinJava

Perang Bosnia: Tragedi Etnis Terbesar di Eropa Pasca Perang Dunia II

Table of Contents

AdinJava - Perang Bosnia merupakan salah satu konflik paling ganas di Eropa pada masa modern. Pertikaian yang terjadi di kawasan Balkan ini berlangsung antara tahun 1992 hingga 1995. 

Dalam jangka waktu 3 tahun 7 bulan, perang ini mengakibatkan berbagai pelanggaran berat, termasuk tindakan militer, pembatasan akses kota, serta pembunuhan massal berdasarkan etnis.

Perang Bosnia dapat dianggap sebagai krisis kemanusiaan. Peristiwa ini muncul akibat jatuhnya Yugoslavia dan keinginan Bosnia & Herzegovina untuk menjadi sebuah negara yang merdeka. 

Pihak Serbia, yang berada di pusat Yugoslavia, tidak puas dengan hal itu, sehingga memilih jalur perang untuk menyelesaikan konflik.

1. Kematian Josip Broz Tito menjadi awal dari kejatuhan Yugoslavia

Bosnia dan Herzegovina dahulu merupakan bagian dari Yugoslavia. Wilayah ini dihuni oleh mayoritas penduduk Muslim Bosnia (Bosniak), Serbia-Bosnia, dan Kroasia-Bosnia. 

Setelah kematian pemimpin Yugoslavia, Josip Broz Tito, pada tahun 1980, semangat nasionalisme etnis mulai muncul di seluruh republik, termasuk di wilayah Bosnia.

Pada tahun 1991, Slovenia dan Kroasia mengumumkan kemerdekaan dari Yugoslavia. Pemecahan kedua negara ini memicu gelombang perpecahan yang besar di berbagai daerah. Hal ini juga mendorong Bosnia & Herzegovina untuk menyatakan diri sebagai negara yang merdeka.

Bosnia mengadakan pemungutan suara kemerdekaan pada 29 Februari hingga 1 Maret 1992. Pada masa itu, 99 persen pemilih mendukung pemisahan Bosnia & Herzegovina dari Yugoslavia. 

Meskipun demikian, sebagian besar penduduk etnis Serbia-Bosnia tidak ikut serta dalam referendum tersebut. 

Namun, akhirnya, Presiden Alija Izetbegovic tetap mengumumkan kemerdekaan Bosnia & Herzegovina pada 3 Maret 1992, yang kemudian diakui oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 22 Mei 1992.

2. Pengepungan Sarajevo

Komunitas Serbia-Bosnia menolak hasil pemungutan suara. Mereka segera mengumumkan wilayah Republik Srpska sebagai unit yang berdiri sendiri dari Bosnia dan Herzegovina. 

Pengumuman tersebut juga didukung oleh pemerintah Yugoslavia yang berkedudukan di Beograd (sekarang ibu kota Serbia).

Tidak berhenti sampai di situ, penolakan terus berlanjut hingga muncul serangan militer yang besar. Dengan dukungan Tentara Rakyat Yugoslavia (JNA), 

etnis Serbia-Bosnia menyerang kota Sarajevo dan melakukan pemboman di berbagai kota besar lainnya. Namun, tindakan tersebut terus berkembang menjadi pembersihan etnis yang sistematis.

Pada tanggal 6 April 1992, pasukan Serbia-Bosnia berhasil melancarkan pengepungan terhadap Sarajevo. Pengepungan ini berlangsung hingga 29 Februari 1996. Hal ini menjadi pengepungan kota terlama dalam sejarah modern.

Selama periode pengepungan yang berlangsung selama 1.425 hari, desa-desa yang dihuni sebagian besar oleh etnis Bosniak dan Kroasia-Bosnia hancur. Banyak warga sipil tewas, ribuan orang ditahan di berbagai kamp tahanan, dan puluhan ribu lainnya melarikan diri ke wilayah aman.

3. Pembunuhan massal Srebrenica, puncak dari kekerasan dalam Perang Bosnia

Konflik mencapai puncak kekerasan pada Juli 1995. Pada masa itu, pasukan Serbia-Bosnia yang dipimpin Jenderal Ratko Mladic menguasai kota Srebrenica. 

Padahal, kota ini telah ditetapkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai wilayah aman yang tidak boleh digunakan sebagai tempat pertempuran. 

Saat itu, Srebrenica juga dijaga oleh ratusan prajurit penjaga perdamaian PBB (UNPROFOR) dari pasukan Belanda.

Namun, pada 11 Juli 1995, pasukan dari Yugoslavia (Serbia-Bosnia) melakukan pembunuhan besar-besaran. 

Sekitar 8.000 orang dibunuh dan jenazah mereka dikuburkan di tempat pemakaman umum. Kejadian yang dikenal sebagai Pembantaian Srebrenica ini diakui sebagai tindakan genosida oleh Pengadilan Internasional.

4. Tindakan NATO dan PBB serta berakhirnya Perang Bosnia

Setelah peristiwa Srebrenica, NATO dan PBB mulai terlibat secara aktif dalam Perang Bosnia. Kedua organisasi tersebut melakukan serangan militer yang diberi nama Operation Deliberate Force pada bulan Agustus hingga September 1995. 

Serangan ini dilakukan melalui udara dengan skala besar terhadap pasukan Serbia-Bosnia. Kejadian ini memaksa pasukan Serbia-Bosnia dan pemerintah Yugoslavia untuk setuju mengikuti pembicaraan perdamaian.

Sebagai bentuk perundingan damai, sebuah pertemuan diadakan di Dayton, Ohio, Amerika Serikat. Pertemuan tersebut menghasilkan Kesepakatan Dayton pada bulan Desember 1995. 

Isi dari kesepakatan ini adalah pengakuan terhadap Bosnia dan Herzegovina sebagai negara yang merdeka. 

Namun, wilayahnya dibagi menjadi dua entitas, yaitu Federasi Bosnia dan Herzegovina (untuk Bosniak dan Kroasia-Bosnia) serta Republik Srpska (untuk Serbia-Bosnia).

Untuk memastikan keadilan, Pengadilan Pidana Internasional untuk Mantan Yugoslavia (ICTY) didirikan di Den Haag, Belanda. 

Pengadilan ini menuntut tokoh-tokoh utama perang di Bosnia, seperti Radovan Karadzic dan Ratko Mladic. Keduanya dihukum karena tindakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama konflik Bosnia.

Perang Bosnia menyisakan luka yang dalam bagi semua pihak terlibat. Sekitar 100 ribu jiwa hilang, 2 juta penduduk terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya, infrastruktur rusak parah, dan adanya trauma kolektif yang merusak hubungan antar etnis. 

Peristiwa ini menjadi pengingat bagi komunitas global bahwa rasa benci antar etnis tidak boleh dibiarkan berkembang.

Posting Komentar