Tools:
Powered by AdinJava

Penelitian: Penggunaan Ganja Sering Ganggu Memori dan Kemampuan Belajar

Table of Contents
Penelitian: Penggunaan Ganja Sering Ganggu Memori dan Kemampuan Belajar

● Penggunaan ganja secara berlebihan dapat mengganggu fungsi otak.

● Konsumsi ganja dapat mengurangi kemampuan memori jangka pendek, sehingga menyulitkan seseorang untuk fokus dan belajar.

● Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi jenis senyawa ganja yang memengaruhi fungsi otak serta durasi kerusakannya.

Beberapa dekade terakhir, semakin banyakbukti ilmiah mengenai manfaat ganja medis dalam pengobatan terapi.

Senyawa cannabidiol (CBD) dalam ganja bisa dimanfaatkan untuk mengobati kejang akibat epilepsi(gangguan ritme listrik di otak),anoreksiamasalah makan akibat takut mengalami kegemukan,mual-muntah, hingga kecemasan.

Sejumlah negarapun melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan medis. Beberapa negara (seperti Belanda dan beberapa wilayah di Amerika Serikat/AS) bahkan memperbolehkanpenggunaan ganja secara rutin setiap hari.

Namun seperti pedang yang memiliki dua mata, legalisasi ganja ternyata meningkatkan kasus penyalahgunaan yang menimbulkan dampak negatif, sepertisindrom hiperemesis(mual dan muntah berlebihan) hingga gangguan jantung dan pembuluh darah.

Selain itu, dampak buruk penggunaan berlebihan tanaman ganja seringterkait dengan penurunan kemampuan otak.

Beberapa penelitian (2016-2018) yang memiliki jumlah peserta terbatasmengira bahwa dampak sampingan sementara dari ganja (dalam 72 jam) mungkin mengganggukemampuan mengingat pengalaman tertentu, berkonsentrasi, maupun belajar.

Belum lama ini, penelitian tahun 2025 dengan cakupan yang lebih luasmemverifikasi efek buruk ganja terhadap fungsi otak. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ganja secara berlebihan dapat mengurangi kemampuan memori jangka pendek yang berkaitan dengan proses belajar, fokus, pemikiran logis, serta kemampuan berbahasa.

Seperti apa temuannya?

Penelitian inimengandung 1.003 peserta berusia 22 hingga 37 tahun di Missouri, Amerika Serikat. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan riwayat penggunaan ganja sepanjang hidup.

Pengguna berat mengonsumsi ganja lebih dari seribu kali, sedangkan pengguna sedang mengonsumsinya antara 10 hingga 999 kali. Sementara itu, mereka yang menggunakan ganja kurang dari 10 kali dianggap sebagai nonpengguna.

Beberapa peserta telah lama mengonsumsi ganja, namun terdapat juga pengguna yang baru saja memulai.

Partisipan kemudian diminta mengerjakan tujuh tes kognitifuntuk menguji kemampuan otak dalam hal memori sementara, motivasi dan penghargaan, emosi, bahasa, kemampuan motorik, keterampilan berinteraksi, serta kemampuan memahami dan merespons secara psikologis terhadap orang lain.

Para peneliti selanjutnya mengamati respons saraf otak peserta dengan menggunakanmagnetic resonance imaging (MRI)sebuah alat pemindaian yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar detail struktur otak.

Akibatnya, efek samping penggunaan ganja yang paling terlihat (baik pada pengguna pemula maupun berpengalaman), adalah menurunkan kemampuanmemori kerjaIni adalah bagian dari sistem otak yang membantu kita menyimpan dan memproses informasi sementara saat melakukan tugas-tugas rumit, seperti berbicara, berpikir, belajar, dan menyelesaikan masalah.

Contoh pemanfaatan memori kerja dalam kehidupan sehari-hari misalnya mengingat nomor telepon yang baru saja disebutkan ataumenyelesaikan soal matematika.

Penurunan kemampuan memori yang paling mencolok terjadi pada pengguna yang sering menggunakan aplikasi tersebut.

Para ilmuwan mengira penggunaan ganja secara berlebihan dapat menurunkan aktivitas otak di area tertentu (seperti korteks prefrontal dorsolateral, korteks prefrontal dorsomedial, dan insula anterior). Tiga wilayah otak ini terkait dengan fungsi kognitif penting yang berkaitan dengan memori kerja, seperti pengambilan keputusan, ingatan, fokus, dan emosi.

Sayangnya, penelitian ini belum meneliti lebih lanjut jenis senyawa ganja yang memengaruhi memori kerja.

Sebelumnya, sejumlah ahli meyakinibahwa senyawa lain yang terdapat dalam tanaman ganja disebutdelta 9-tetrahydrocannabinol(THC) dapat mengikat reseptor kanabinoid (zat alami yang membantu otak tetap stabil saat menghadapi tekanan). Akibatnya, kita mungkin merasa bahagia, mengalami halusinasi,mengalami ketergantungan, serta gangguan ingatan jangka pendek yang berkaitan dengan fokus dan pembelajaran.

Diperlukan penelitian lanjutan

Temuan awal yang luas mengenai pengaruh ganja terhadap fungsi otak ini sangat signifikan. Namun, diperlukan penelitian tambahan dengan skala yang lebih besar dan jangka panjang untuk memahami pertanyaan yang belum terjawab.

Misalnya, bagaimana ganja memengaruhi memori sementara, senyawa apa yang berperan, seberapa lama dampak sampingnya berlangsung, dan apakah ada perbedaan dampak antar kelompok dengan latar belakang sosial dan usia yang berbeda.

Dengan meninjau manfaat serta dampak negatif ganja terhadap kesehatan, kita dapat mempertimbangkan ulang kebijakan kesehatan masyarakat mengenai penggunaan ganja di masa depan. Dengan demikian, ganja dapat dimanfaatkan secara efektif untuk kesehatan, bukan justru merugikan.

Artikel ini pertama kali diterbitkan diThe Conversation, situs berita nonprofit yang menyebarkan ilmu pengetahuan akademis dan para peneliti.

  • Mengapa anggota ASEAN sebaiknya tidak mengikuti langkah Thailand dalam melegalkan ganja medis?
  • Ganja berpotensi mengurangi rasa sakit, serta dapat menurunkan kebutuhan akan obat penghilang nyeri opioid

Sharon Susanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi apa pun yang akan memperoleh keuntungan dari artikel ini, serta telah menyatakan bahwa ia tidak memiliki hubungan afiliasi selain yang telah disebut di atas.

Posting Komentar