Tools:
Powered by AdinJava

Mengapa Orang Tertarik Berita Palsu? Ini Penjelasannya Secara Psikologis

Table of Contents

AdinJava Meningkatnya penggunaan teknologi terutama smartphone membuat seseorang lebih mudah dalam mengakses berbagai jenis informasi, termasuk berita hoax.

Apa itu berita hoax?

Berita hoax adalah informasi yang tidak benar atau palsu yang disebarluaskan secara sengaja dengan maksud untuk memengaruhi dan/atau menipu pendapat masyarakat.

Berita hoaxjuga banyak beredar di media sosial yang memiliki banyak pengguna.

Dilaporkan dari situs Komdigi pada hari Rabu (16/7), disebutkan bahwa hingga sepanjang tahun 2024 telah terdapat 1.923 konten hoax berita palsu, serta data yang tidak benar, yang telah dijelaskan dan dikenali oleh Kementerian Komunikasi dan Digital.

Dilansir dari laman Columbia Business School Pada hari Rabu (16/7), disampaikan bahwa menghentikan penyebaran informasi palsu menjadi sebuah tantangan seiring upaya platform untuk melakukan verifikasi fakta terhadap aliran informasi yang terus-menerus diunggah di media sosial.

Penelitian terbaru dari Sekolah Bisnis Columbia yang dilakukan oleh Gita Johar, Meyer Feldberg Professor of Business bersama rekan-rekannya mengamati berbagai unggahan pengguna media sosial Twitter (sekarang X) untuk menemukan pola bahasa yang dapat memprediksi pengguna berdasarkan demografi sosial, aktivitas media sosial, tingkat emosi, dan kepribadian yang paling mungkin menyebarkan informasi palsu. Kriteria ini bisa menjadi bantuan dalam upaya verifikasi fakta yang beredar di media sosial.

Mengapa Seseorang Cenderung Membaca Berita Palsu?

Dilansir dari laman Thompson Rivers Universitypada hari Rabu (16/7), dijelaskan mengapa berita hoaxdapat dipercaya oleh seseorang antara lain:

1. Menurunnya tingkat kepercayaan terhadap media dan pemerintah.

2. Kemudahan dalam menyusun konten atau informasi tanpa perlu melalui proses penyuntingan dan verifikasi kebenaran yang harus dilakukan oleh media atau organisasi berita.

3. Jangkauan perhatian yang lebih rendah.

4. Berita hoaxemosi seseorang cenderung terpicu oleh hal-hal yang palsu.

5. Proliferasi bot internet.

Dilansir dari laman UC San Diego Today dan Thompson Rivers University pada hari Rabu (16/7), disampaikan bahwa ketika seseorang melihat timeline media sosial, biasanya tidak selalu mempertanyakan kebenarannya, dan ketika menghadapi penilaian tentang kebenaran, orang sering kali mengikuti perasaan hati.

Seseorang cenderung memakai "jalan pintas" kognitif yang dianggap lebih efisien dalam hal waktu dan energi.

Misalnya, materi yang berulang dianggap lebih mudah dipahami dibandingkan dengan materi yang baru.

Sifat ini membuat seseorang salah memahami kemudahan subjektif sebagai tanda kebenaran meskipun hal tersebut bertentangan dengan fakta yang sudah diketahui.

Kondisi emosi seseorang juga menjadi hal yang rentan terhadap pengaruh berita hoax Satu kata yang mengandung makna emosional dalam unggahan media sosial mengenai topik yang kontroversial bisa meningkatkan penyebarannya hingga 20 persen.

Sementara itu, seseorang mengabaikan sumber informasi yang sah dan apakah media tersebut dapat dipercaya. Di samping itu, penggunaan berita hoaxoleh seseorang juga disebabkan oleh adanya prasangka tersirat dan bias konfirmasi.

Sikap seseorang yang secara tidak sadar memengaruhi pemahaman, tindakan, dan keputusan dikenal sebagai bias implisit. Bias ini muncul dari kecenderungan alami manusia untuk mengelompokkan dunia sosial.

Seseorang cenderung percaya pada seseorang yang dianggap sebagai bagian dari kelompok yang sama dibandingkan dengan orang dari kelompok lain yang mungkin dianggap berbeda.

Sosial media sering kali membentuk lingkaran informasi, teman dan keluarga serta kelompok orang yang memiliki nilai dan perspektif yang mirip.

Kebiasaan konfirmasi didefinisikan sebagai kecenderungan pikiran untuk mencari, memahami, mendukung, dan mengingat data yang sesuai dengan keyakinan atau hipotesis yang sudah ada sebelumnya.

Seseorang tidak melihat situasi secara objektif, sehingga memilih data atau informasi yang membuatnya merasa nyaman. Pemilihan data atau informasi ini merupakan bentuk dari prasangka seseorang mengenai bagaimana segala sesuatu seharusnya berjalan. (*)

Posting Komentar