Mengapa Antarktika Tidak Dikuasai Negara?
AntarktikaHanya satu benua di Bumi yang memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Di sini saja, kita bisa menemukan dataran yang tertutup es seluas 13,68 juta km persegi, hampir dua kali luas Australia. Dengan ukuran tersebut, Antarktika menjadi benua kelima terbesar di dunia, melebihi Eropa dan Australia.
Banyak hal menarik yang bisa ditemukan di tempat ini, misalnya tidak ada permukiman tetap milik manusia di sepanjang Antarktika sehingga itulah benua yang paling sepi. Selain itu, lapisan es yang menutupi Antarktika sangat tebal. Menurut Australian Antarctic Program, rata-rata ketebalan es Antarktika sekitar 2,16 km sebelum mencapai tanah di bawahnya. Bahkan, di beberapa lokasi seperti Terre Adélie, ketebalannya bisa mencapai 4,77 km!
Oh, ya, kalau membicarakan sumber daya alam, wilayah sekitar Antarktika ternyata sangat kaya akan keanekaragaman hayati yang jelas bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan. Selain itu, es-ese yang ada di benua ini sebenarnya merupakan cadangan air tawar terbesar di Bumi, yang diperkirakan mencakup sekitar dua per tiga dari seluruh air tawar yang ada di dunia. Belum cukup sampai di sana, diperkirakan besar terdapat banyak cadangan mineral berharga, seperti batu bara, emas, besi, tembaga, hingga minyak bumi yang masih tersimpan di Antarktika.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat fakta menarik lain mengenai benua es ini. Hingga saat ini, tidak ada negara yang memiliki wilayah Antarktika maupun munculnya negara baru di sana. Meskipun demikian, dengan kondisi benua yang sepi, posisi geografis yang dekat dengan beberapa negara di belahan Bumi selatan serta cadangan sumber daya alam yang melimpah tentu sangat menarik bagi siapa pun untuk menguasainya. Apa sebenarnya alasan di balik hal tersebut? Simak jawabannya di bawah ini!
1. Awal penemuan Benua Antarktika
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kepemilikan Antarktika, sebaiknya dijelaskan kapan secara pasti benua ini terbentuk dan pertama kali ditemukan oleh manusia. Pada masa lalu, dataran yang akan menjadi cikal bakal Antarktika merupakan bagian dari satu superbenua bernama Gondwana sekitar 500 juta tahun yang lalu. Benua-benua lain yang juga terdapat dalam superbenua Gondwana antara lain Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar, (anak benua) India, serta Australia.
Setelah itu, Gondwana pecah sekitar 180 juta tahun yang lalu akibat pergerakan kerak bumi yang terus-menerus hingga dataran-datarannya terpisah ke berbagai arah. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dan Antarktika diperkirakan baru mencapai bagian selatan Bumi sekitar 34 juta tahun yang lalu, menurut Aurora Expedition. Menariknya, sebelum bergerak ke arah selatan, wilayah yang akan menjadi Antarktika sebenarnya berada di kawasan ekuator. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para peneliti kemudian menemukan bukti bahwa dahulu terdapat hutan besar di bawah lapisan es Antarktika.
Berpindah ke era sejarah manusia, ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama bagi kita untuk mencatat dan memverifikasi keberadaan Antarktika. Bukti penemuan tertua justru berasal dari Polinesia, khususnya masyarakat Māori yang pernah melakukan perjalanan hingga ke perairan yang sangat dingin di Antarktika sekitar abad ke-7, menurut laporan Royal Museum Greenwich. Penelitian mengenai pencapaian masyarakat Māori ini terdapat dalam jurnal karya Priscilla M Wehi dkk. yang berjudul "A short scan of Māori journeys to Antarctica" yang diterbitkan.Jurnal Royal Society of New Zealand.
Setelah catatan tertua tersebut, keberadaan Antarktika seakan lenyap selama 1.000 tahun. Hingga akhirnya, pada bulan Januari 1820, beberapa kelompok pelaut Eropa menemukan kembali dataran yang ditutupi oleh gletser besar. Sebenarnya, terjadi perdebatan mengenai kelompok mana yang pertama kali memastikan melihat Antarktika. Namun, klaim yang paling diterima berasal dari pelaut asal Rusia, yaitu Fabian Gottlieb von Bellingshausen. Kelompok lain yang juga menyatakan klaim serupa adalah pelaut asal Inggris, Edward Bransfield.
Sejak saat itu, sebagian besar pelaut dari barat "berlomba-lomba" dalam mencapai dataran es yang sangat misterius tersebut. Tujuannya jelas untuk menemukan sumber daya alam, melakukan penelitian, dan tentu saja berusaha menguasai Antarktika. Meskipun demikian, kesulitan akses menuju Antarktika bagi para pelaut di masa lalu menyebabkan dataran ini masih harus "menunggu" kedatangan manusia sekitar satu abad berikutnya.
2. Pernah terjadi banyak negara yang berkeinginan untuk menguasai Benua Antarktika
Selama periode penemuan AntarktikaHingga pertengahan abad ke-19, sebenarnya beberapa pihak telah berusaha mengklaim wilayah ini sebagai bagian dari negara mereka. Mayoritas negara yang mengklaim Antarktika memang memiliki kedekatan geografis dengan benua es ini, namun ada juga yang jaraknya sangat jauh. Secara keseluruhan, tujuh negara pernah menyatakan Antarktika sebagai wilayah mereka.
Dimulai dari Australia, Argentina, Chili, Selandia Baru, Prancis, Inggris Raya, dan Norwegia, semua negara tersebut saling bersaing untuk mengklaim kepemilikan atas benua es tersebut. Namun, klaim dari ketujuh negara tersebut tidak mencakup seluruh wilayah Antarktika, melainkan hanya beberapa bagian tertentu. Pada beberapa area, terjadi tumpang tindih dalam klaim, seperti yang terjadi di wilayah bernama Antartika Amerika Selatan yang sama-sama diklaim oleh Argentina, Chili, dan Inggris Raya, menurut laporan Natural Habitat Adventures.
Selain itu, Norwegia yang jelas merupakan negara dengan lokasi paling jauh—tanpa memperhitungkan Britania Raya dan Prancis karena keduanya telah memiliki wilayah jajahan di dekat Antarktika—menggunakan alasan penelitian sebagai dasar untuk menjelajahi Antarktika. DilansirScience Daily, kemudian, Norwegia mengklaim beberapa pulau yang berada dekat daratan utama Antarktika sebagai wilayahnya yang terdiri dari Bouvetøya, Peter I Øy, dan Dronning Maud. Selain untuk tujuan penelitian, diperkirakan kuat bahwa klaim Norwegia ini dilakukan agar dapat melindungi jalur perburuan paus yang sering dilakukan oleh nelayan Norwegia di Antarktika.
Tidak hanya tujuh negara tersebut, setelah Perang Dunia II, banyak negara lain yang ikut serta dalam "ekspedisi" ke Antarktika. Namun, tujuan utamanya adalah untuk mengekstrak keragaman hayati yang terdapat di sana. Akhirnya, negara-negara besar mulai berupaya mengadakan dialog dengan seluruh negara yang berselisih mengenai kepemilikan atau penggunaan Antarktika agar dapat mencapai kesepahaman bersama.
3. Namun, saat ini terdapat perjanjian khusus yang menjadikan Antarktika sebagai wilayah netral di Bumi
Pada Tahun Geofisika Internasional (TGI) yang berlangsung dari 1 Juli 1957 hingga 31 Desember 1958, Amerika Serikat, Uni Soviet, Jepang, Belgia, dan Afrika Selatan berupaya membawa isu Antarktika ke meja negosiasi. Mereka mengundang tujuh negara yang sebelumnya bersaing dalam klaim atas benua es ini. Hasil dari serangkaian pertemuan tersebut terwujud pada 1 Desember 1959 melalui sebuah perjanjian atau kesepakatan.
Perjanjian Antarktika atau Antarctic Treaty ditandatangani pada saat itu dengan menyertakan beberapa poin penting. Menurut laporan Secretariat of the Antarctic Treaty, terdapat tiga poin utama yang disepakati dalam perjanjian ini, yaitu Antarktika hanya boleh digunakan untuk tujuan damai tanpa adanya kehadiran militer, tidak diperbolehkan pembuangan limbah nuklir atau radioaktif, serta kebebasan untuk melakukan penelitian di Antarktika selama hasilnya bisa dipublikasikan secara luas. Oleh karena itu, klaim dari negara-negara sebelumnya sebenarnya sudah tidak berlaku lagi. Namun, terdapat kondisi khusus terkait hal tersebut.
Dilansir BBCSaat ini, terdapat sekitar 68 basis penelitian yang berada di berbagai wilayah Antarktika. Basis-basis tersebut dimiliki oleh berbagai negara dan tujuan utamanya adalah untuk keperluan penelitian. Namun, "kepemilikan" basis ini kadang terkesan seperti "klaim" atas wilayah tertentu di Antarktika meskipun tidak ada pihak yang secara resmi menguasai wilayah tersebut. Bahkan, terdapat perangko dan stempel khusus untuk masing-masing komunitas dari 12 negara pertama yang menandatangani Perjanjian Antarktika ketika berkunjung ke sana.
Setelah Perjanjian Antarktika, terdapat beberapa perjanjian lain yang turut menarik perhatian negara-negara lain, seperti CCAS, Madrid Protocol, dan Konvensi Konservasi Sumber Daya Hayati Laut Antartika. Hingga kini, telah ada 58 negara yang mendukung keberadaan Perjanjian Antartika, yang menunjukkan bahwa benua es ini tetap menjadi wilayah "netral" bagi berbagai negara di seluruh dunia. Saat ini, selain digunakan untuk penelitian, puluhan ribu wisatawan dari berbagai belahan dunia rutin mengunjungi...Antarktika tiap tahunnya.
Apakah Ada Piramida di Benua Antarktika? Ini Penjelasan Para Ilmuwan! Perubahan Iklim Menyebabkan Antarktika Menjadi Lebih Hijau, Ini Penjelasannya!
Posting Komentar