Koperasi Merah Putih Jadi Distributor LPG dan Pupuk, Cepat Untung?
Jakarta, IDN Times - Pemerintah akan mengumumkan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih minggu depan, yaitu pada tanggal 21 Juli 2025.
Terdapat 103 koperasi unggulan (mock-up) yang siap dipamerkan dalam peluncuran tersebut. Berikutnya, sebanyak 80 ribu koperasi diharapkan beroperasi pada 28 Oktober 2025, atau delapan hari setelah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memasuki usia satu tahun.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan, nantinya Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih akan mengelola enam unit usaha, mulai dari agen kebutuhan pokok, LPG 3 kilogram (kg), pupuk subsidi, BRILink, dan lainnya.
"Satu itu adalah gas LPG. Ada peraturan Menteri SDM yang harus segera diselesaikan agar nanti Kopdes dapat menjadi pangkalan. Saat ini sudah ada, tetapi aturannya perlu diselesaikan," ujar Zulhas dalam konferensi pers di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa (15/7/2025).
1. Didukung oleh seluruh perangkat pemerintah
Informasi terkait peluncuran tersebut diumumkan Zulhas kepada para jurnalis setelah menghadiri rapat koordinasi yang diikuti oleh banyak perangkat pemerintah.
Setelah rapat, Zulhas memberikan pernyataan pers di dalam ruang rapat. Terlihat Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono duduk di sebelah kiri Zulhas, sedangkan di sampingnya adalah Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto.
Di sebelah kanan Zulhas berada Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, dan di belakangnya adalah Menteri BUMN, Erick Thohir.
Hadiri acara tersebut Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin; Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono; Wakil Menteri ESDM, Yuliot; Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo; Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Ahmad Riza Patria; serta Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi.
Tidak hanya itu, sejumlah jajaran direksi BUMN juga hadir. Ruang rapat penuh dengan para tamu undangan.
Dalam sesi konferensi pers tersebut, Zulhas hanya menyampaikan informasi selama 3 menit 40 detik. Tidak ada sesi tanya jawab mengenai peluncuran yang dilakukan.
Dana Rp3 Miliar untuk Koperasi Merah Putih Menunggu Persetujuan Sri Mulyani2. Alasan di balik pemilihan model bisnis Koperasi Merah Putih
Setelah rapat tersebut, Zulhas berpindah ke ruangan lain bersama beberapa Menteri dan Wakil Menteri, antara lain Erick, Tito, Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko, Ferry, serta Riza Patria untuk melanjutkan pembicaraan.
Sementara itu, Trenggono, Budi Gunadi Sadikin, Yuliot, dan Arief tidak hadir dalam pertemuan tersebut.
Setelah itu, Zulhas bersedia memberikan penjelasan tambahan kepada para jurnalis. Zulhas menyatakan bahwa model bisnis enam toko yang dijalankan oleh Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dipilih karena paling menguntungkan.
Yang pertama kali dipikirkan adalah usaha itu sendiri. Bukan modalnya terlebih dahulu, melainkan usahanya. Kita harus mempertimbangkan usaha apa yang paling menguntungkan sekaligus memberikan dampak positif. Apa? Sembako, sembako ini mampu memangkas rantai pasok," ujar Zulhas.
Ia didampingi Tito, Yandri, Ferry, dan Riza Patria ketika memberikan pernyataan kepada para jurnalis.
Menurut Zulhas, model bisnis ini menawarkan berbagai keuntungan. Contohnya dalam mengatasi praktik tengkulak. Demikian pula dengan agen BRILink, yang dianggapnya mampu memberikan akses pembiayaan resmi.
"Koperasi ini akan mengelola pupuk. Mengapa harus pupuk? Untuk mengurangi peran tengkulak yang selama ini ada. Termasuk nanti akan ada BRILink, BNI Link, BSI Link, semuanya akan berada di sana, lembaga keuangan, agar lebih dekat dengan masyarakat," kata Zulhas.
Secara santai, ia menyampaikan bahwa metode tersebut juga mampu menghalangi masyarakat desa dalam mendapatkan dana dari pihak rentenir atau pinjaman online (pinjol).
"Kalau tidak, nanti yang muncul di desa-desa itu, yaitu makelar, apa namanya? Pinjol, lalu tengkulak, seperti itu. Ini yang kita potong," kata Zulhas.
3. Terus dukung Koperasi Merah Putih dalam mengembangkan usaha dengan ciri khas lokal
Zulhas menyatakan, setelah usahanya menghasilkan keuntungan, Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dapat mengajukan kredit usaha rakyat (KUR). Jumlah plafon yang diberikan sebesar Rp3 miliar dengan tingkat bunga 6 persen.
"Sudah untung, tapi bagaimana dengan modalnya? Modalnya nanti akan mendapatkan pinjaman dari Himbara, yaitu plafon. Bukan diberi uang langsung, melainkan plafon. Misalnya, koperasi ingin mengambil pupuk, pasti butuh modal, jadi nanti meminjam," kata Zulhas.
Zulhas mengungkapkan, model bisnis enam toko tersebut diterapkan pada tahap awal. Dengan tegas ia menyatakan, setelah itu koperasi dapat menjalankan usaha sesuai dengan potensi daerah setempat. Contohnya, pemeliharaan sapi, peternakan, desa wisata, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa variasi dari teks tersebut: 1. "Yang pertama, jika koperasi sudah sehat dan berkembang, maka potensi lokal sangat banyak. Ada penggemukan sapi, peternakan, desa wisata, tanaman buah-buahan, serta berbagai macam hal lainnya. Selain itu, ada perikanan, kerajinan, batik, dan lain sebagainya," ujar Zulhas. 2. "Pertama-tama, bila koperasi dalam kondisi baik dan berkembang, maka potensi lokal sangat melimpah. Terdapat penggemukan sapi, peternakan, desa wisata, tanaman buah-buahan, dan masih banyak lagi. Ada pula perikanan, kerajinan, batik, serta berbagai jenis lainnya," kata Zulhas. 3. "Yang pertama, apabila koperasi sudah sehat dan bagus, maka potensi lokal sangat besar. Ada penggemukan sapi, peternakan, desa wisata, tanaman buah-buahan, dan banyak lagi. Termasuk perikanan, kerajinan, batik, serta berbagai bentuk lainnya," ujar Zulhas. 4. "Awalnya, jika koperasi dalam keadaan baik dan berkembang, maka potensi lokal sangat banyak. Misalnya, ada penggemukan sapi, peternakan, desa wisata, tanaman buah-buahan, dan lainnya. Juga terdapat perikanan, kerajinan, batik, serta berbagai macam usaha lainnya," tutur Zulhas. 5. "Yang pertama, jika koperasi sudah sehat dan kuat, maka potensi lokal sangat banyak. Ada penggemukan sapi, peternakan, desa wisata, tanaman buah-buahan, dan berbagai hal lainnya. Selain itu, ada juga perikanan, kerajinan, batik, serta beragam jenis lainnya," ucap Zulhas.
4. Khawatirnya bisnis milik rakyat kecil tergerus
Sayangnya, model bisnis yang diusung mendapat kritik. Menurut Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam dari fraksi PDIP, model bisnis tersebut selama ini telah menjadi sumber penghidupan masyarakat desa/kelurahan. Jika Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih juga menjalankan usaha tersebut, dikhawatirkan bisnis milik warga kecil akan tergerus.
"Jika hal ini terjadi, rakyat biasa akan menjadi korban. Terlebih jika mereka bergabung sebagai agen pupuk atau LPG, padahal agen-agen tersebut selama ini telah beroperasi dan mampu memberikan penghidupan bagi ribuan keluarga di desa-desa," ujar Mufti kepadaIDN Times.
Mutfi mengakui kaget ketika mengetahui Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih akan melakukan pendistribusian LPG subsidi, pupuk subsidi, sembako, dan lainnya. Ia menegaskan, proyek yang lahir dari Prabowo seharusnya meningkatkan perekonomian masyarakat, bukan menghancurkan usaha yang sudah ada.
"Jika koperasi ini hadir, seharusnya tidak hanya mengambil bagian dari yang sudah ada, tetapi membuka pasar yang baru; daerah yang belum terjangkau, desa-desa yang tertinggal, serta wilayah perbatasan," kata Mufti.
Sebaliknya, Zulhas percaya bahwa penerapan model bisnis tersebut di Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih akan membantu pengembangan usaha di tingkat desa/kelurahan.
"Tidak (sebagai kompetitor), justru mendukung. Bahkan nanti koperasi ini juga bisa menyuplai toko-toko di desa," kata Zulhas.
5. Berpotensi menyebabkan terciptanya pengangguran baru
Di sisi lain, Direktur Fiscal Justice Desk Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Media Wahyudi Askar menyatakan, model bisnis yang diterapkan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih berpotensi menggulingkan pengusaha lokal yang sudah ada. Akibatnya, akan muncul pengangguran baru karena usaha mereka terkikis.
"Maka para pelaku usaha lokal nanti bisa terguling, dan dampaknya bisa menyebabkan munculnya pengangguran baru, meskipun ada usaha baru yang dihasilkan oleh Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih," kata Media Wahyudi saat dihubungiIDN Times.
Menurutnya, model bisnis enam toko yang dikelola Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih saat ini mungkin tidak akan memberikan keuntungan secara cepat.
"Maka belum tentu langsung mendapatkan keuntungan, meskipun menjadi pengumpul produk-produk atau komoditas pangan, termasuk juga LPG dan layanan-layanan pemerintah," ujar Media Wahyudi.
Secara keseluruhan, ia mengkritik pendekatan pemerintah dalam menentukan model bisnis Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. Menurutnya, model bisnis tersebut seharusnya ditetapkan oleh anggota koperasi di desa/kelurahan, sesuai dengan potensi ekonomi yang ada di wilayah tersebut.
"Koperasi harus bersifat dari bawah, secara bottom up. Jadi model bisnisnya harus ditentukan sendiri oleh koperasi desa tersebut," kata Media Wahyudi.
Peluncuran Koperasi Merah Putih Ditunda Hingga 21 Juli 2025
Posting Komentar