Jangan Tertinggal Sadar: Kesehatan Mental Rusak oleh Media Sosial

Perkembangan teknologi terjadi pada masa kini dengan sangat cepat. Inovasi muncul hampir setiap hari, mempermudah berbagai aspek kehidupan kita sebagai manusia. Segala kebutuhan mulai dari pekerjaan, hiburan, hingga komunikasi kini dapat diakses dengan mudah.
Namun di balik segala kemudahan tersebut, terdapat ancaman yang sering kali tidak kita sadari: bahaya terhadap kesejahteraan mental. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah cukup memperhatikan dampak dari kemajuan ini? Mari kita lihat beberapa poin berikut ini.
1. Ketergantungan pada Teknologi dan Dampaknya terhadap Masyarakat.
Istilah ketergantungan pada teknologi bukan lagi hal yang asing. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, hampir semua menggunakan perangkat elektronik setiap hari. Perangkat ini telah menjadi alat hiburan, bahkan pengalih perhatian. Media sosial juga menjadi jembatan antara kita dengan dunia luar. Namun ironisnya, hubungan dengan orang terdekat justru semakin renggang. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berbincang hangat, kini diisi dengan scrolling secara diam-diam. Bahkan, untuk mengundang tetangga ke suatu acara, kita tidak perlu datang langsung ke rumahnya. Cukup dengan menekan tombol kirim di WhatsApp. Meski memudahkan, hal ini mulai mengikis makna sosial yang dulu terasa hangat.
2. Media Sosial: Antara Pembenaran dan Tekanan.
Media sosial memang menjadi wadah untuk berekspresi. Namun, juga merupakan tempat yang penuh dengan tekanan. Informasi menyebar dengan sangat cepat, tanpa adanya penapis. Fakta dan berita palsu bercampur menjadi satu. Komentar—baik itu pujian maupun kritikan—dapat membentuk pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Misalnya, seseorang bisa melakukan tindakan yang tidak wajar hanya demi mendapatkan popularitas. Atau seseorang yang mengalami depresi akibat komentar-komentar negatif. Bahkan menurut WHO (2023), satu dari tujuh remaja di dunia mengalami gangguan mental, sebagian besar disebabkan oleh tekanan dari media sosial.
3. Pendekatan untuk Mengelola Kesehatan Mental.
Terdapat 2 hal utama yang dapat kita manfaatkan untuk merespons situasi ini.
A. Mengatur waktu secara cerdas.
Sisihkan waktu untuk diri sendiri (me time), keluarga (family time), dan kegiatan sosial. Keseimbangan ini membantu menjaga hubungan, serta memberi ruang untuk menyadari kondisi batin.
B. Saring informasi.
Seperti yang kita ketahui, data yang beredar di dunia maya sangat banyak. Namun tidak semua dapat diandalkan. Untuk menghadapi hal tersebut, kita harus bersikap kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh judul yang menarik perhatian, atau materi yang dimanipulasi.
4. Tugas orang tua sebagai pendamping.
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan anak. Namun ingat, bukan dengan cara mengawasi secara ketat, tetapi dengan mendampingi dan menciptakan ikatan emosional yang kuat. Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai orang tua.
1. Mengajak anak bermain.
Melalui kegiatan fisik, anak akan menjadi lebih aktif sehingga mengurangi ketergantungan terhadap perangkat elektronik.
2. Meminta mereka bercerita.
Bagi para orang tua, coba untuk mendengarkan kisah tentang perasaan, pengalaman, atau pikiran mereka tanpa memberikan penilaian.
3. Memantau aktivitas digital.
Lihat riwayat pencarian, tontonan, jenis permainan, dan durasi penggunaan layar dengan cara yang ramah.
4. Membentuk nilai sosial dan keluarga
Ajarkan nilai pentingnya komunikasi langsung, empati, serta ikatan keluarga. Dengan demikian, anak akan lebih percaya dan lebih terbuka kepada kita.
Dengan pendekatan yang penuh perhatian, anak akan merasa dianggap tanpa merasa dibatasi.
Mari kita kembali mengingat, bahwa kesadaran merupakan langkah awal dalam perlindungan diri. Kesehatan mental menjadi dasar dari kebahagiaan dan efisiensi kerja. Dalam dunia yang bergerak cepat, kita membutuhkan waktu untuk berhenti, menghirup napas, dan bertanya: "apakah aku benar-benar dalam kondisi baik?"
Jangan menunggu sampai semuanya sudah terlambat. Perhatikan lingkungan sekitar. Karena sering kali masalah terbesar datang bukan dari luar, melainkan dari ketidaktahuan kita sendiri. Jangan menantikan keadaan menjadi terlambat. Perhatikan sekelilingmu. Karena terkadang masalah terbesar muncul bukan dari luar, tetapi dari kelalaian kita sendiri. Jangan tunggu sampai semuanya terlambat. Perhatikan sekitar. Karena sering kali masalah terbesar tidak berasal dari luar, melainkan dari kurangnya perhatian kita sendiri.
Posting Komentar