Tools:
Powered by AdinJava

Jangan Terlalu Khawatir dengan Setiap Keputusan, Mulai Lepaskan 5 Keyakinan Ini Menurut Psikologi

Daftar Isi
AdinJavaDalam kehidupan sehari-hari, kita semua sering menghadapi berbagai pilihan—mulai dari yang kecil seperti memilih hidangan makan siang, hingga yang penting seperti menerima tawaran pekerjaan atau berhenti dalam sebuah hubungan.
 
Namun, bagi beberapa orang, proses pengambilan keputusan selalu terasa berat.
 

Mereka terjebak dalam pola pikir yang berlebihan, meragukan setiap keputusan, dan merasa cemas tentang kemungkinan melakukan kesalahan.

Psikologi menggambarkan kecenderungan ini sebagai kekakuan dalam pengambilan keputusan, yang sering tidak berasal dari situasi itu sendiri, melainkan dari keyakinan yang salah yang telah tertanam sejak lama.

   

Dilaporkan oleh Geediting pada Senin (14/7), jika Anda benar-benar ingin berhenti terlalu memikirkan setiap keputusan, langkah pertama adalah mengenali dan melepaskan lima keyakinan mental berikut ini:

1. "Saya perlu mengambil keputusan yang sempurna"

Keyakinan bahwa hanya keputusan yang sempurna yang boleh diambil merupakan penghalang terbesar bagi ketenangan pikiran.
 

Di bidang psikologi, hal ini sangat berkaitan dengan sikap perfeksionis yang tidak sehat, di mana seseorang memiliki harapan yang terlalu tinggi dan tidak realistis terhadap dirinya sendiri.

Namun, tidak pernah ada keputusan yang benar-benar sempurna—selalu terdapat risiko, ketidakpastian, dan hal-hal di luar kendali.

 

Terlalu menekankan kesempurnaan menyebabkan kita terjebak dalam analisis yang tidak berujung (analysis paralysis), dan justru memperbesar rasa takut akan kegagalan.

Gantilah keyakinan ini dengan:

Keputusan yang baik bukanlah yang sempurna, melainkan yang memadai mengingat informasi yang saya miliki saat ini.
 
Keyakinan ini memperkuat pengaruh dari sebuah keputusan seolah-olah keputusan tersebut akan menentukan seluruh masa depan Anda.
 

Dalam bidang psikologi kognitif, hal ini dikenal sebagai pikiran katarsis—sebuah pola berpikir yang cenderung memperkirakan keadaan paling buruk.

Padahal kenyataannya, sebagian besar keputusan bersifat bisa dibatalkan atau disesuaikan kembali.

 
Bahkan keputusan penting pun jarang mengakhiri segalanya.
 

Hidup bersifat dinamis, dan manusia memiliki kemampuan luar biasa dalam menyesuaikan diri.

Gantilah keyakinan ini dengan:

Tidak ada keputusan tunggal yang menentukan seluruh perjalanan hidup saya. Saya mampu beradaptasi dan belajar dari pengalaman yang saya alami.

3. "Saya perlu mempertimbangkan berbagai kemungkinan sebelum mengambil keputusan"

Pandangan pertama, keyakinan ini terlihat masuk akal. Namun bila diperparah, hal tersebut justru mengakibatkan kekakuan pikiran.
 
Otak kita tidak dirancang untuk menghitung semua faktor.
 

Semakin banyak opsi yang tersedia, semakin besar kemungkinan terjadinya kelelahan dalam proses pengambilan keputusan (decision fatigue).

Psikolog Barry Schwartz menggambarkan hal ini sebagai paradoks pilihan, di mana jumlah pilihan yang terlalu banyak justru mengurangi kepuasan dan meningkatkan penyesalan setelah seseorang membuat keputusan.

Gantilah keyakinan ini dengan:

Saya akan mempertimbangkan hal yang paling sesuai dan mengambil keputusan berdasarkan prioritas, bukan pada kemungkinan yang tidak berkesudahan.

4. "Orang lain akan menilai saya berdasarkan keputusan yang saya ambil"

Manusia secara alami memperhatikan penilaian dari orang lain.
 

Namun jika setiap keputusan yang Anda ambil didasarkan pada ketakutan akan penilaian orang lain, Anda sedang menyerahkan kendali hidup Anda kepada mereka.

Keyakinan ini muncul dari bias spotlight, yakni ilusi bahwa orang lain lebih memperhatikan kita daripada kenyataannya.

 

Ternyata, kebanyakan orang lebih fokus pada urusan pribadi mereka dan jarang mengamati keputusan kita secara mendetail.

Gantilah keyakinan ini dengan:

Saya hidup untuk mengembangkan diri yang terbaik, bukan untuk memenuhi harapan semua orang.

5. "Saya perlu merasa 100% yakin sebelum mengambil keputusan"

Pada kenyataannya, hampir tidak ada keputusan yang muncul dengan rasa yakin sepenuhnya.
 

Keyakinan bahwa kita perlu merasa pasti sebelum mengambil tindakan merupakan bentuk ketidakmampuan menerima ketidakpastian atau ambiguitas.

Menunggu sampai "saya benar-benar yakin" sering kali hanya mempercepat dan memperparah rasa cemas.

 

Di bidang psikologi, individu yang mampu menerima ketidakpastian cenderung lebih fleksibel dan berani mengambil langkah maju.

Gantilah keyakinan ini dengan:

Tidak masalah merasa sedikit ragu. Saya tetap bisa mengambil tindakan sambil terus belajar.

Penutup: Latihan Kekuatan di Tengah Ketidaksempurnaan

Berhenti terlalu memikirkan setiap pilihan tidak berarti menjadi tidak hati-hati.
 

Artinya adalah melatih diri untuk percaya pada perasaan hati, menerima ketidaksempurnaan, serta yakin bahwa kesalahan merupakan bagian dari proses perkembangan.

Berani mengucapkan perpisahan dengan lima keyakinan yang menghambat ini.

 
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tenang merupakan salah satu contoh kekuatan mental terbaik.
 

Dan berita baiknya: ini adalah sesuatu yang dapat dipelajari.

Mulailah dengan pilihan kecil pada hari ini. Biarkan dirimu mencoba, mengalami kegagalan, belajar, dan berkembang—tanpa perlu memikirkan terlalu berlebihan.

Posting Komentar