Tools:
Powered by AdinJava

Hari Pertama Sekolah Rakyat, Siswa Lari 1,6 Km, Dinsos: Standar Cek Kesehatan

Daftar Isi

YOGYAKARTA, AdinJava–Sekolah Rakyat (SR) secara resmi diresmikan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada hari pertama pelaksanaan Sekolah Rakyat Menengah, dimulai dengan pemeriksaan kesehatan, termasuk lari sejauh 1,6 kilometer mengelilingi area sekolah.

Kegiatan ini diikuti oleh 200 siswa SR Menengah 19 Sonosewu, Kabupaten Bantul, dan 75 siswa SR Menengah 20 Purwomartani, Kabupaten Sleman, pada hari Senin (14/7/2025).

Sejak pagi, para siswa telah memenuhi area Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kemensos RI di DIY.

Langkah awal dari kegiatan dimulai dengan pemeriksaan kesehatan, seperti pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan mata, hingga pengukuran tekanan darah.

Kemudian, peserta mengambil nomor punggung, lalu diarahkan untuk berlari sejauh 1,6 km dengan dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 hingga 8 orang.

Orang tua siswa tampak setia menemani anak-anak mereka selama proses pemeriksaan kesehatan berlangsung. Beberapa di antaranya juga membawa dokumen administratif yang dibutuhkan untuk keperluan sekolah anaknya.

Bukan sekolah semi militer

Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, menegaskan bahwa Sekolah Rakyat bukan sistem pendidikan yang bersifat semi militer, meskipun ada aktivitas fisik seperti lari.

"Tidak (semi militer). Anak-anak ini, maaf, berasal dari keluarga yang kurang mampu, sehingga pasti kebutuhan gizinya tidak memadai. Pemeriksaan kesehatan tidak cukup, tetapi kita perlu mengetahui kondisi kesehatannya," ujar Endang kepada AdinJava, Senin (14/7/2025).

"Diperintahkan untuk berlari bukanlah semi militer. Itu adalah standar pemeriksaan kesehatan, mereka harus berlari sejauh 1,6 kilometer," tambahnya.

Endang menyampaikan bahwa siswa Sekolah Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta berasal dari keluarga yang kurang mampu dan memerlukan pendekatan khusus, termasuk masa pengenalan selama dua bulan.

Masa pengenalan ini bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan sekolah, teman-teman, guru, pembimbing, serta kepala sekolah.

"Ini adalah orientasi selama dua bulan. Mereka berasal dari lingkungan keluarga yang kurang beruntung, sehingga mengenal lingkungan ini sangat penting. Mereka pindah ke rumah baru, membutuhkan penyesuaian untuk mengenal lingkungan, teman, guru, wali kelas, dan pengasuh. Semua hal ini harus dilakukan dengan disiplin," katanya.

Endang memastikan bahwa orang tua tetap diberi izin untuk mengunjungi anaknya, namun waktu kunjungannya akan diatur.

Fasilitas siswa sekolah rakyat

Selama menjalani pendidikan di SR, siswa memperoleh berbagai fasilitas pendukung, mulai dari asrama, makanan tiga kali sehari, seragam, sepatu, tas, alat belajar seperti laptop atau tablet, hingga pembalut untuk siswi perempuan.

"Pendidikan memberikan laptop, tablet atau komputer, makan tiga kali sehari, sepatu, dan tas. Sampai perempuan mendapatkan pembalut. Menggunakan seragam, ini adalah orientasi selama dua bulan dengan semua orang berpakaian seragam. SR mirip dengan SMA pada umumnya, bisa mendapatkan ijazah, dan dapat melanjutkan ke perguruan tinggi," kata Endang.

Total ada 13 kelompok belajar (rombel), yaitu 10 rombel di SR Menengah Sonosewu dan 3 rombel di SR Menengah Purwomartani.

Setiap kelas di SR Menengah Sonosewu beranggotakan 20 siswa, sedangkan setiap kelas di SR Menengah Purwomartani terdiri dari 25 siswa.

SR Menengah 19 Sonosewu dilengkapi denganruang kelas yang baru berjumlah 20, ruang laboratorium kimia, laboratorium biologi, laboratorium fisika, ruang guru, ruang tata usaha, serta ruang kepala sekolah.

Sementara asrama SR Menengah 19 Sonosewudilengkapi dengan tempat tidur laci, kipas angin, kamar mandi, serta lemari. Selain itu juga tersedia ruangan wali asuh di setiap asrama.

Secara keseluruhan, terdapat 10 kamar di asrama SR Menengah 19 Sonosewu. Kamar 1 hingga 4 digunakan untuk siswi, sedangkan kamar 5 hingga 10 digunakan untuk siswa.

 

Staf Ahli Gubernur DIY di bidang Sosial, Budaya, dan Kemasyarakatan, Didik Wardaya menyampaikan bahwa SR Menengah 19 Sonosewu dan SR Menengah 20 Purwomartani adalah program transisi, karena saat ini Pemerintah DIY sedang dalam tahap persiapan lahan untuk pembangunan SR.

Didik menyampaikan rencana pembangunan SR akan dilakukan di kawasan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY. Namun, mengenai lokasi pastinya dia belum mengetahui secara rinci.

"Letaknya di Moyudan, tapi secara pasti saya belum ini tapi letaknya sudah ada," katanya.

Lokasi baru tersebut rencananya akan digunakan untuk menampung 2 SR di DIY.

"Pertama, ini untuk provinsi. Nanti kita sesuaikan, termasuk yang idealnya karena nantinya yang membangun adalah Kementerian PU. Jadi semua berasal dari pusat," ujarnya.

Posting Komentar