Hari Pertama Sekolah di Tangsel Dihiasi Penutupan Jalan oleh Warga
AdinJava, Tangerang Selatan - Hari pertama masuk sekolahpada semester baru 2025/2026 di KotaTangerang Selatan, Banten, hari ini, Senin 14 Juli 2025, dihiasi penutupan akses jalan oleh warga setempat. Penutupan ini mirip dengan yang terjadi pada SMAN 6 dan 3. Selain itu, terdapat juga SMPN 17.
Penutupan akses sekolah ini diketahui dilakukan karena meningkatnya kekecewaan warga yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di sekolah yang berada di sekitar lingkungan mereka. Penyebabnya, aturan baru Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada tahun ini yang mengurangi kuota jalur zonasi atau tempat tinggal. Juga dugaan tindakan jual beli kursi sekolah yang sangat kental di kota tersebut dari tahun ke tahun hingga mengurangi jumlah kuota yang tersedia.
Di SMAN 6 dan SMPN 17, akses jalan utama menuju kedua lingkungan sekolah tersebut ditutup dengan rantai. Siswa baru maupun yang kembali memulai tahun ajaran baru di sekolah-sekolah tersebut hanya bisa melewati jalur sempit dan berjalan sejauh sekitar 200 meter menuju sekolah.
Berdasarkan keterangan seorang petugas di SMAN 6, Agus, penutupan jalan utama menyebabkan kemacetan pada jalur-jalur lain. Demikian pula kemacetan terjadi di depan akses jalan utama yang ditutup. Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa aktivitas pada awal masa masuk sekolah tetap berjalan seperti biasa.
"Seluruh siswa berada di dalam kelas. Namun memang hari ini belum dimulai proses pembelajaran, baru Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS," katanya.
Di SMAN 3, gerbang utama di depan sekolah masih ditutup oleh warga dari kedua sisi. Siswa yang sebelumnya telah diberi imbauan untuk datang tanpa membawa kendaraan bermotor hanya bisa berjalan di tepi gerbang agar dapat memasuki sekolah tersebut.
Kemarin sempat akan dibuka tetapi dibatalkan karena tidak ada kesepakatan," kata Agung D., petugas keamanan SMAN 3 Kota Tangsel. Ia menambahkan, permintaan pembukaan gerbang menjelang MPLS, "Ditolak oleh warga setempat.
Penguncian pintu dilakukan oleh kelompok warga yang mengaku sebagai 'Warga Wong Pitu RW 010 hingga 016'. Mereka memasang spanduk dengan pesan, "Mohon maaf atas ketidaknyamanan jalan dan pintu ditutup sementara bukan bermaksud mengganggu tetapi untuk diperhatikan dan didengar. Berikan hak pendidikan yang adil bagi anak-anak lingkungan kami yang bersekolah di SMA Negeri 3."
Pejabat Dinas Pendidikan Menyangkal Adanya Praktik Siswa yang Diatur Khusus Pejabat dari Dinas Pendidikan Menolak Tuduhan Mengenai Adanya Praktik Siswa yang Dibuat Khusus Pejabat Dinas Pendidikan Membantah Isu tentang Siswa yang Diatur Secara Khusus Pihak Dinas Pendidikan Menyangkal Keberadaan Praktik Siswa yang Diperlakukan Khusus Pejabat Dinas Pendidikan Tidak Mengakui Adanya Praktik Siswa yang Diatur dengan Cara Khusus
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Lukman telah memberikan pernyataan mengenai penutupan akses SMAN 6. Ia menyatakan bahwa masalah tersebut telah diselesaikan dan sembilan siswa yang tidak diterima di sekolah tersebut telah dialihkan ke sekolah swasta sesuai dengan aturan yang berlaku.
Ia berharap distribusi tersebut menjadi solusi sementara terhadap perubahan SPMB di daerah yang padat penduduk. “Insya Allah masalah ini sudah bisa terselesaikan,” katanya pada Rabu lalu, dilansir dariAntara.
Selanjutnya, Lukman menyoroti kurangnya sosialisasi mekanisme SPMB sebagai salah satu penyebab utama ketidakpuasan masyarakat. Menurutnya, banyak warga sekitar sekolah tidak mendapatkan informasi yang memadai mengenai tahapan serta sistem zonasi atau domisili.
Ia juga menegaskan bahwa tidak boleh ada seorang calon siswa pun yang ditolak dari sekolah selama kuota penerimaan masih tersedia. Ia membantah adanya praktik jual beli kursi atausiswa titipandi beberapa sekolah, khususnya di kawasan Tangerang Raya.
"(Siswa) Bukan tanggungan. Silakan diperiksa. Jika memang ada buktinya, surat tanda terima, bawa ke sini. Langsung laporkan kepada Pak Gubernur," katanya.
Posting Komentar