Tools:
Powered by AdinJava

Hanya Punya Satu Siswa Baru, Kepala Sekolah Sementara Gabung ke Kelas 2 Agar Ada Teman

Table of Contents
Hanya Punya Satu Siswa Baru, Kepala Sekolah Sementara Gabung ke Kelas 2 Agar Ada Teman

AdinJavaMeskipun hanya seorang diri sebagai siswa kelas 1 di SD Negeri Wates, Shofi tetap merasa nyaman dan tidak takut mengikuti pelajaran di sekolah.

Shofi adalah seorang siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Shofi tidak memiliki teman sekelas karena tidak ada yang mendaftar.

Pengamatan jurnalis, dia berada di kelas satu sendirian pada hari pertama sekolah yang jatuh pada Senin (14/7/2025).

Terlihat Shofi mengenakan seragam putih dan celana merah yang bersih, mengikuti proses pembelajaran.

Ia duduk di kursi paling depan.

Terkadang, ia berbincang dengan kakak kelas yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran, tidak terlalu jauh dari tempat duduknya.

"Anak ini, meskipun satu-satunya siswa, memiliki saudara kandung di sini yang saat ini duduk di kelas 5 SD," ujar Kepala SDN 1 Wates, Arif Wijayanto, seperti dikutip dari TribunBanyumas.

Arif, yang menjabat sebagai Kepala SDN 1 Wates, secara langsung mengajar siswa di kelas 1.

Arif juga memastikan, proses pembelajaran akan berjalan seperti biasa, sebanyak apa pun siswa yang mengikuti.

Bagaimanapun, ia memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada siswa.

Pada hari pertama kegiatan belajar mengajar, Shofi diperkenalkan kepada kakak kelas di kelas 2.

Sementara itu, Arif menggabungkan kelas 1 dan kelas 2 agar Shofi tidak merasa kesepian.

Setelah dianggap mampu, ia akan kembali membagi kegiatan belajar bagi siswa-siswinya.

"Biarkan mereka lebih akrab dan memiliki teman," ujar Arif.

Arif mengakui, dalam dua tahun terakhir ini, jumlah siswa baru di SDN 1 Wates mengalami pengurangan.

Pada tahun sebelumnya, sekolah dasar ini hanya menerima dua siswa baru. Dan sekarang, hanya terdapat satu siswa baru.

"Mungkin, penyebabnya karena kami belum cukup melakukan sosialisasi kepada masyarakat karena ini masih dalam proses penggabungan, jadi juga bingung," ujar Arif.

Arif menyampaikan, awalnya terdapat tiga Sekolah Dasar di Desa Wates, yakni SDN 1 Wates, SDN 2 Wates, dan SDN 3 Wates.

Selanjutnya, SDN 2 Wates dilebur atau digabung dengan SDN 3 Wates.

Sekarang, muncul kembali wacana tentang penggabungan SDN 1 Wates dan SDN 3 Wates yang masih tersisa.

Terlebih lagi, SDN 1 Wates dan SDN 3 Wates berada di dalam satu kompleks.

"Info mengenai penggabungan perusahaan yang kami terima, saat ini masih dalam proses," ujar Arif.

Arif mengakui, mengenai rencana penggabungan sekolah tersebut, pihaknya telah siap.

Meskipun rencana tersebut terpaksa ditunda atau dibatalkan, pihaknya akan mengambil tindakan agar tetap mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain.

Saat ini, SDN 1 Wates memiliki jumlah siswa sebanyak 24 orang, yang mencakup kelas 1 hingga kelas 6.

Selanjutnya, tujuh orang guru, yang terdiri dari empat guru kelas, satu guru agama, satu guru olahraga, kepala sekolah, serta satu petugas kebersihan.

"Apapun situasinya, kami tetap akan mengajar dan aktivitas belajar di sekolah bisa terus berjalan," ujar Arif.

Di sisi lain, momen serupa juga terjadi saat pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SD Negeri 27 Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah, pada Senin (14/7/2025).

Hanya satu siswa baru, Abrizam, yang menghadiri acara tersebut.

Pengamatan Kompas.com di tempat kejadian, Abrizam duduk sendirian di dalam kelas, didampingi oleh wali kelasnya, Sri Handayani, yang tetap menemani seluruh proses penyesuaian diri dengan sekolah.

"Abrizam berasal dari Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon. Dia diantar oleh ayahnya dan didampingi oleh kakaknya yang juga bersekolah di sini," kata Sri Handayani.

Meskipun hanya terdapat satu peserta, kegiatan MPLS tetap dilaksanakan seperti biasanya.

Guru tetap memberikan pengenalan mengenai sekolah dan suasana belajar seperti yang dilakukan di tahun-tahun sebelumnya.

“Kita tetap menjadikan anak sebagai prioritas, yang saat ini hanya seorang siswa,” kata Sri Handayani.

Ia menyebutkan, satu siswa tersebut diterima melalui jalur afirmasi, sedangkan pendaftar dari wilayah zonasi dan mutasi tidak ada.

"Ya sudah cukup memperhatikan, untuk saat ini hanya satu siswa dari jalur afirmasi. Alamat kosong, mutasi kosong," lanjutnya.

Berdasarkan situasi tersebut, pihak sekolah belum mampu memastikan apakah proses pembelajaran akan dilanjutkan secara mandiri atau digabung (grouping) dengan sekolah lain.

"Sudah kami periksa tadi. Sisanya nanti kami ikuti aturan dari dinas. Untuk selanjutnya kami belum bisa mengatakan apa-apa," katanya.

Berdasarkan pendapat Sri Handayani, posisi geografis sekolah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah pendaftar.

SDN 27 Kauman berada di tengah kota Solo, yaitu di Jalan Alun-Alun Lor Keraton, dikelilingi oleh area perkantoran, pasar, serta pusat kegiatan ekonomi.

"Geografisnya tidak mendukung. Meskipun berdekatan dengan balai kota, namun ironisnya seperti itu. Banyak perkantoran dan pasar, sehingga kemungkinan penduduk tidak ada," katanya.

Keadaan ini semakin memburuk sejak penerapan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru (PPDB), yang menghalangi siswa dari luar daerah untuk mendaftar.

"Kebijakan zonasi semakin memperburuk situasi akibat Covid. Dulu, siswa dari luar kota masih bisa masuk ke sini. Namun setelah adanya zonasi, orang tua mulai berpikir lebih matang," ujarnya.

(*/AdinJava)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti pula informasi lainnya diFacebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Posting Komentar