Tools:
Powered by AdinJava

Beras Oplosan Ancam Kesehatan dan Ekonomi

Table of Contents

JAKARTA, AdinJava - Beredarnya beras campuran di pasar menyebabkan dampak negatif terhadap masyarakat umum.

Tidak hanya berpotensi merugikan konsumen hingga Rp 99 triliun setiap tahun, tetapi juga berisiko terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara terus-menerus.

Beras campuran merupakan kombinasi dari berbagai jenis beras yang memiliki kualitas berbeda, yang umumnya dilakukan oleh pedagang tidak jujur atau kelompok pengusaha makanan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebutkan, kerugian yang dapat terjadi mencapai Rp 99 triliun setiap tahunnya.

"Contoh terdapat volume yang menyatakan berat 5 kilogram, padahal hanya 4,5 kg. Selanjutnya ada yang menyebutkan bahwa ini adalah premium, padahal itu hanya beras biasa. Artinya, satu kilogram bisa memiliki perbedaan harga antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000," kata Amran dalam video yang diterima redaksi, dikutip Minggu (13/7/2025).

"Ini pasti merugikan masyarakat Indonesia, sekitar Rp 99 triliun, hampir Rp 100 triliun, karena kejadian ini terjadi setiap tahun. Misalnya dalam 10 tahun atau 5 tahun, jika 10 tahun maka mencapai Rp 1.000 triliun, sedangkan jika 5 tahun maka sekitar Rp 500 triliun, ini adalah kerugian," katanya.

Senada, Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah menyebutkan, masyarakat menjadi pihak yang paling merugi akibat tindakan beras campuran.

Sebagai pengguna, masyarakat kehilangan haknya untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang layak.

Pelanggan menghabiskan sejumlah dana untuk mendapatkan beras berkualitas tinggi, sayangnya mereka justru mendapat produk yang berasal dari tindakan pengemasan ulang.

"Karena kemudian itu dimanipulasi dari yang asli, bahkan mungkin atau media terus diunggah menjadi berbayar. Manipulasinya terjadi di sana dan itu melanggar hak konsumen," kata Said kepada AdinJava.

Ia menegaskan bahwa pemerintah menjamin warga mendapatkan makanan yang bernutrisi, sehat, dan aman. Sayangnya, beras campuran dapat merugikan konsumen karena selain mengurangi kualitas, juga berisiko menyebabkan masalah kesehatan.

"Setiap orang berhak mendapatkan makanan yang tidak hanya bernutrisi tetapi juga sehat dan aman. Jadi, tentu muncul pertanyaan, apakah bahan makanan yang diunggah tersebut memenuhi tiga kriteria tersebut. Itu adalah pertanyaan yang harus dijawab dan dibuktikan," ujarnya.

Tidak hanya konsumen, para petani padi juga mengalami kerugian. Said menyebutkan, pendapatan petani stagnan akibat tindakan para mafia beras.

“Ini soal impactdalam hal keadilan bagi petani. Jangka panjang tentu kita bisa melihat semakin sedikit petani muda di sana karena jika pendapatnya biasa saja maka semakin memburuk," katanya.

Selanjutnya, ahli teknologi industri dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Tajuddin Bantacut menyatakan, ciri-ciri beras campuran bisa dilihat dengan mata telanjang, baik sebelum maupun setelah dimasak.

Ciri-ciri beras palsu sebelum dimasak bisa dikenali melalui warna yang tidak merata dan ukuran butiran yang berbeda-beda.

Di sisi lain, salah satu ciri dari beras campuran dapat terlihat setelah dimasak, yakni nasi menjadi lebih lunak.

"Jika menemukan nasi yang berbeda dari biasanya, seperti warna, aroma, tekstur, dan butiran, maka bisa dicurigai sebagai beras yang telah dicampur dengan benda asing atau mengalami penurunan kualitas," kata Tajuddin dalam pernyataan resmi yang diterima AdinJava.

Ia menjelaskan berbagai macam beras palsu yang beredar di kalangan masyarakat. Jenis pertama adalah beras campuran yang dicampur dengan bahan lain, seperti jagung.

Jenis beras campuran tersebut umumnya ditemui di berbagai wilayah.

Jenis kedua adalah beras campuran, yang terdiri dari berbagai jenis beras. Pedagang tidak jujur melakukan hal ini agar meningkatkan tekstur dan rasa.

Sementara itu, jenis ketiga dari beras campuran adalah beras yang dicampur dengan bahan yang rusak atau tidak biasa.

Nasi tersebut selanjutnya dihaluskan atau dibuat mengilap agar terlihat menarik meskipun kualitasnya telah menurun atau berada di bawah standar.

Tajuddin menjelaskan, masyarakat perlu waspada terhadap beras palsu karena beras tersebut dicampur dengan bahan tambahan yang tidak alami, termasuk pengawet berbahaya atau zat pewarna.

Bahan-bahan tersebut dapat berisiko merusak kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Posting Komentar