Tools:
Powered by AdinJava

Belasan Siswa Sekolah Rakyat di Cibinong Sakit Mendadak

Daftar Isi

AdinJava, Jakarta- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mencatat sebanyak 18 siswa diSekolah RakyatPusat Inten Soewono, Cibinong, Kabupaten Bogor, menghadapi kendala kesehatan pada hari pertama pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

Kementerian Kesehatan mengadakan pemeriksaan kesehatan pada hari pertama MPLS di sekolah menengah pertama tersebut. "Masalah yang paling sering ditemukan adalah gigi, kemudian mata," ujar Budi di Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Inten Soewono, Cibinong, pada Senin, 14 Juli 2025.

Selain masalah gigi dan penglihatan, Budi terkejut mengetahui siswa sekolah dasar mengalami prahipertensi. Prahipertensi adalah kondisi tekanan darah sedikit lebih tinggi dari biasanya, namun belum mencapai tahap hipertensi (tekanan darah tinggi). "Saya juga kaget dengan tingkat prahipertensinya," katanya.

Kementerian Kesehatan, menurut Budi, bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan siswa sekolah umum agar selalu dalam kondisi baik dan jarang mengalami sakit. Kementerian Kesehatan, misalnya, akan memberikan bantuan perawatan bagi siswa yang mengalami gangguan penglihatan dengan pemberian kacamata. "Jika tidak, sayang bagi mereka saat belajar," kata Budi.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyetujui pernyataan Budi mengenai banyaknya siswa sekolah rakyat yang mengalami gangguan kesehatan. Salah satunya adalah seorang siswa yang mengalami masalah penglihatan dan membutuhkan kacamata. "Kacamata sangat penting," ujar Gus Ipul - panggilan akrab Saifullah.

Siswa baru Sekolah Rakyat telah tiba di Sentra Terpadu Inten Soeweno yang sebelumnya dikenal sebagai Balai Besar Vokasional khusus penyandang disabilitas Cibinong, Kabupaten Bogor. Peserta mengikuti pembukaan MPLS yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBNU.

Siswa-siswa diantar oleh orang tua mereka untuk mengantarkan anak-anak mereka bersekolah di sekolah umum. Mulai pukul 6.00 WIB, para wali dan calon siswa tiba dengan membawa tas, koper ataugoodie bag yang berisi pakaian atau perlengkapan yang disiapkan dari rumah.

Siswa diberi bekal oleh orang tua mereka, karena selama masa pembelajaran penuh mereka akan tinggal di asrama yang disediakan oleh Kementerian Sosial. Orang tua siswa diperkenankan mengunjungi anaknya pada waktu yang telah ditentukan atau saat libur akhir pekan.

"Mendidik anak di sini mirip dengan mengirimkan anak ke pesantren karena mereka akan tinggal di asrama. Pada hari Minggu atau libur akhir pekan, orang tua diperbolehkan untuk menjenguk," ujar Ahmad Rojaj, 55 tahun, warga Kota Bogor setelah menghadiri acara pembukaan MPLS.

Rojaj menyebutkan bahwa putra tunggalnya mengikuti MPLS sekolah rakyat untuk jenjang menengah pertama atau SRMP, setara dengan SMP. Hal pertama yang disiapkan oleh Rojaj pada hari pertama anaknya masuk asrama sekolah rakyat adalah mempersiapkan mental karena harus berpisah dari anak yang biasanya tinggal bersama di rumah.

Meskipun harus terpisah, Rojaj mengatakan dengan keterbatasan diri dan kondisi ekonominya, ia bersyukur anaknya dapat melanjutkan pendidikan tanpa biaya di sekolah umum. Terlebih setiap hari, semua siswa di sekolah umum tersebut diberi makan tiga kali dan camilan dua kali sesuai dengan kebutuhan gizinya.

"Jujur terhadap sekolah ini, kami sebagai orang tua sangat terbantu. Saya hanya seorang pekerja kasar di pasar Bogor dan istri saya adalah ibu rumah tangga. Hal pertama yang saya persiapkan adalah mental untuk melepaskan anak di sini," kata Rojaj.

Seorang pengasuh atau guru menyampaikan bahwa MPLS sekolah rakyat akan berlangsung selama dua minggu. Pada akhir pekan pertama, orang tua siswa diperbolehkan mengunjungi anaknya. Namun, selama masa pembelajaran atau masa sekolah, siswa tidak diperkenankan pulang ke rumah karena masih ada kegiatan ekstrakurikuler di akhir pekan. Seorang wali atau guru menjelaskan bahwa pelaksanaan MPLS sekolah rakyat akan berlangsung selama dua minggu. Pada akhir pekan pertama, orang tua siswa dapat mengunjungi putra-putrinya. Namun, selama masa belajar, siswa tidak diperbolehkan pulang ke rumah karena masih ada kegiatan tambahan di akhir pekan. Salah satu pengasuh atau guru menyebutkan bahwa MPLS sekolah rakyat akan dilaksanakan selama dua minggu. Di akhir pekan pertama, orang tua siswa diberi izin untuk menemui anaknya. Namun, selama proses pembelajaran atau masa sekolah, siswa tidak diperkenankan kembali ke rumah karena masih ada kegiatan ekstrakurikuler pada akhir pekan.

"Seluruh siswa tinggal di asrama selama masa belajar. Terdapat waktu khusus bagi orang tua untuk mengunjungi, kami telah menyiapkan ruangan dan jadwalnya. Jika masa liburan sekolah tiba, mungkin diperbolehkan pulang ke rumah hingga saatnya kembali ke sekolah," kata perempuan berkerudung tersebut yang enggan menyebutkan namanya.

Mahfuzulloh Al Murtadhomembantu dalam penyusunan artikel ini

Posting Komentar