Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Jauh dari Target Global

AdinJava.CO.ID, JAKARTA – Kesehatan ibu yang mencakup masa penting selama kehamilan, persalinan, hingga masa nifas, menjadi fondasi utama dalam kesehatan reproduksi wanita. Tiga tahap ini bukan hanya proses biologis, tetapi juga perjalanan rumit yang memerlukan perhatian menyeluruh, baik secara medis, psikologis, maupun sosial.
Meskipun Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam sepuluh tahun terakhir, tetapi posisi negara ini masih ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara-negara sekitar di ASEAN. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), AKI di Indonesia turun dari 346 pada tahun 2010 menjadi 189.
Per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020 (turun 45 persen dalam satu dekade). Namun, menurut laporan WHO, angka ini masih dianggap tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia (21), Thailand (29), dan Singapura (7). Sesuai dengan AKI, AKB di Indonesia juga mengalami penurunan, berdasarkan data BPS 2023, dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi 16,85.
seper seribu kelahiran hidup pada tahun 2020.
Makin pentingnya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) kembali ditegaskan oleh Manajer Program Expanding Saving Lives at Birth (ESLAB) dari Yayasan Project HOPE, dr Tutut Purwanti. "Target AKI dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 adalah 183, namun hingga semester pertama tahun 2024, tercatat 4.151 kematian ibu secara nasional, rata-rata 691 kasus per bulan, setara dengan satu kereta penuh."
Penumpang kereta cepat Whoosh. Capaian ini masih jauh dari target global SDGs, yaitu kurang dari 70 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2030," kata dr Tutut dalam pembukaan acara Diseminasi Hasil Evaluasi Akhir ESLAB di Jakarta, dalam keterangan tertulis yang diterimaAdinJava.co.id pada Rabu (16/7/2025).
Situasi ini menunjukkan bahwa diperlukan pendekatan yang lebih kreatif dan kolaboratif dari berbagai pihak guna mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Untuk menghadapi tantangan ini, Yayasan Project HOPE (YPH) bekerja sama dengan Project HOPE US meluncurkan dan menerapkan Program ESLAB sejak tahun 2022. Inisiatif ini fokus pada empat kabupaten utama yaitu Indramayu, Grobogan, Sumedang, dan Sampang, dengan dukungan dana dari Johnson & Johnson Foundation yang disalurkan melalui Give2Asia.
Perwakilan Yayasan Project HOPE Indonesia menegaskan bahwa ESLAB bukan hanya sebuah proyek, tetapi merupakan gerakan peningkatan kualitas layanan yang menjadikan ibu dan bayi sebagai fokus utama. Visi ini didasarkan pada keyakinan bahwa perubahan sistem kesehatan nasional dapat dimulai dari penguatan kapasitas di tingkat lokal serta perasaan empati yang mendalam dari masyarakat.
Pendekatan holistik ESLAB mencakup penguatan kemampuan tenaga kesehatan serta pemberdayaan masyarakat, yang hingga saat ini telah menjangkau lebih dari 6.600 tenaga kesehatan, termasuk dokter, perawat, bidan, dan kader. Program ESLAB dilaksanakan melalui lima strategi utama yang saling mendukung. Strategi-strategi ini meliputi pelatihan rutin dan intensif bagi tenaga kesehatan serta kader guna meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi dini komplikasi, menangani kegawatdaruratan, dan memberikan perawatan untuk bayi berisiko tinggi.
Selain itu, ESLAB juga menyediakan bimbingan klinis setelah pelatihan oleh dokter spesialis kandungan dan anak, yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan lapangan secara terus-menerus. Pendukung peralatan medis sesuai standar nasional juga tersedia untuk pemeriksaan dan penanganan darurat.
Di tingkat masyarakat, ESLAB menggabungkan kelompok bantuan sesama dalam kelas ibu hamil, langkah penting untuk memperkuat pendidikan, rasa persatuan, dan dukungan emosional antar ibu. Terakhir, model "Satu Klien Satu Petugas" diterapkan, yaitu pendekatan bimbingan pribadi yang juga mencakup bantuan psikososial selama masa kehamilan hingga setelah melahirkan. Model ini menjadi dasar penting dalam menciptakan kepercayaan dan dukungan yang berkelanjutan.
Pembimbing Negara Myriad USA, Juanita Theodora, sebagai mitra pendistribusi dana, mengapresiasi inisiatif ini. “ESLAB merupakan contoh bagaimana bantuan bisa diwujudkan menjadi tindakan yang sesuai, berkelanjutan, dan dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Dampak positif dari penerapan ESLAB terlihat jelas di lapangan. Di Indramayu, misalnya, perwakilan Dinas Kesehatan melaporkan bahwa angka rujukan darurat mengalami penurunan yang signifikan karena kader di tingkat bawah kini mampu mengidentifikasi tanda bahaya secara lebih baik sejak dini. “Perubahan ini tidak hanya memengaruhi kinerja individu, tetapi juga berdampak langsung pada kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di wilayah kami. Rasa percaya diri para kader dan tenaga kesehatan menjadi dasar kuat dalam memberikan pelayanan yang responsif dan tepat sasaran, serta telah mengubah pandangan masyarakat terhadap kehamilan sebagai proses yang harus dijaga bersama,” kata perwakilan Dinas Kesehatan Indramayu.
Salah satu perhatian utama dari program ESLAB adalah kesehatan mental ibu. Masa kehamilan dan tahun pertama setelah melahirkan merupakan periode yang rentan secara fisik dan emosional bagi wanita. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 10-20 persen perempuan mengalami gangguan kesehatan mental selama atau setelah masa kehamilan. Angka ini cenderung lebih tinggi di negara-negara dengan akses layanan kesehatan terbatas seperti Indonesia. Tekanan emosional ini dapat meningkatkan risiko komplikasi bahkan kematian, serta berdampak buruk pada perkembangan bayi, termasuk risiko bunuh diri dan gangguan ikatan emosional.
Menghadapi tantangan ini, YPH melalui ESLAB menciptakan inisiatif One Cadre One Client serta pelatihan Peer Support Group (PSG), terutama di Kabupaten Sampang. Ibu Siti Rohmah, seorang Kader Desa Ombe di Kabupaten Sampang, berbagi pengalamannya setelah mengikuti pelatihan kepekaan psikososial yang diselenggarakan oleh tim Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
"Saya sekarang lebih memperhatikan kondisi ibu hamil di desa saya, sehingga saya merasa penasaran dengan keadaan ibu hamil yang saya dampingi. Bahkan sebelum kunjungan, saya sering menghubungi mereka untuk menanyakan kondisinya," ujarnya.
Intervensi serupa juga telah dilakukan di Grobogan, Indramayu, dan Sumedang. Sampai saat ini, sebanyak 244 bidan dan 244 kader telah mengikuti pelatihan intensif di keempat kabupaten tersebut.
Melanjutkan komitmennya, sejak Juli 2025, YPH akan menerapkan program baru yang bernama HER Way (Healthy, informEd, and Resilient for every girl and woman) atau dalam bahasa Indonesia disebut SEKAR (SEhat, Kaya Pengetahuan, dan Resilien). Program ini didukung oleh Kimberly-Clark Corporation dan secara khusus ditujukan untuk memberdayakan remaja perempuan serta wanita muda di Indonesia.
Tujuan dari ini adalah memastikan mereka mampu menjalani perubahan hidup dengan percaya diri, memiliki pengetahuan yang cukup, serta mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang baik. Program SEKAR akan dilaksanakan di Kota Tangerang, Kabupaten Bandung, Sidoarjo, dan Banyuwangi, guna mendukung kesehatan reproduksi dan kesejahteraan perempuan di Indonesia secara menyeluruh.
Posting Komentar