Tools:
Powered by AdinJava

Alasan Adhi Commuter Properti Tunda Penerbitan Surat Utang

Table of Contents

AdinJava, Jakarta - PT Adhi Commuter PropertiTbk (ADCP) menyatakan bahwa peringkat idBBB terhadap obligasi perusahaan memengaruhi minat investor dalam membeli surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan. Pada 20 Mei 2025, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) juga menurunkan rating ADCP menjadi idBBB- dengan prospek negatif.

Sekretaris Perusahaan ADCP Bayu Purwana menyatakan penerbitansurat utangmerupakan langkah satu perseroan dalam menjaga likuiditas perusahaan. ADCP sebelumnya juga telah melakukan upaya internal dan eksternal berupa program penagihan piutang, efisiensi, serta negosiasi dengan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

"Namun, kurangnya minat para investor terhadap peringkat idBBB pada ADCP menyebabkan penundaan pelaksanaan penerbitan surat utang tersebut," ujar Bayu dalam pengungkapan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 16 Juli 2025.

Tingkat idBBB merujuk pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau utang jangka panjang. Jika tingkat perusahaan menurun, berarti kemampuannya untuk membayar kewajibannya semakin buruk, sehingga sulit mendapatkan pinjaman.

Karena rendahnya minat investor terhadap obligasi perusahaan, Bayu menyatakan bahwa ADCP akhirnya melakukan transaksi afiliasi dengan induk perusahaan, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Pada 31 Januari 2025, ADCP menerima pinjaman dari Adhi Karya sebesar 82 miliar dengan suku bunga pinjaman sebesar 9,02 persen.

Bayu menyatakan tanpa bantuan dariAdhi Karya, ADCP menghadapi tantangan dalam likuidasi. "Jika pendanaan dari pemegang saham (ADHI) tidak dilakukan, maka ADCP akan mengalami keterbatasan likuiditas yang dapat mengganggu kelancaran operasional dan perkembangan proyek," katanya.

Dengan pinjaman ini, Bayu menyatakan bahwa ADCP mampu mempertahankan stabilitas operasional, mendukung kelangsungan proyek strategis, serta memperkuat posisi keuangan dan daya saing di pasar. Menurut Bayu, besaran pinjaman ditentukan sesuai dengan kebutuhan modal kerja perusahaan untuk memastikan kelancaran operasional dan kelangsungan proyek strategis.

"Pemutusan besarnya pinjaman mempertimbangkan rencana penggunaan dana yang telah dibuat oleh perusahaan," katanya.

Adhi Commuter Properti: Penjualan Aset Properti Menurun

Bayu menyampaikan bahwa perusahaan juga menghadapi permintaan pasar terhadap properti yang menurun akibat melemahnya daya beli masyarakat, ketidakpastian ekonomi, serta perubahan suku bunga. Kondisi ini dinilai memengaruhi kemampuan konsumen dalam mendanai pembelian.

Menurut Bayu, isu ini juga menyebabkan penurunan tajam dalam permintaan sektor properti. "Perusahaan sedang menghadapi berbagai tantangan yang cukup besar. Permintaan pasar terhadap properti, baik untuk keperluan tinggal maupun bisnis, mengalami penurunan yang cukup nyata dalam beberapa bulan terakhir," ujarnya.

Bayu menyebutkan bahwa perusahaannya juga menghadapi tantangan internal yang membuat pengelolaan proyek menjadi lebih rumit. Perusahaan harus menyesuaikan anggaran agar proyek dapat berjalan sesuai rencana dan tetap berkelanjutan.

Di sisi lain, Bayu menambahkan, ADCP berfokus pada pencapaian target serta mengambil langkah strategis dalam menghadapi kondisi saat ini. ADCP melakukan diversifikasi produk, memonetisasi aset yang tidak terpakai agar menghasilkan pendapatan tetap, menyesuaikan strategi pemasaran, serta meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis. “Perusahaan juga sedang melakukan evaluasi menyeluruh terhadap portofolio properti yang dimiliki, dengan tujuan untuk fokus pada segmen pasar yang lebih menjanjikan dan memberikan nilai tambah jangka panjang,” ujarnya.

Pada kuartal pertama tahun 2025, pendapatan perusahaan ADCP tercatat mengalami penurunan dari Rp 81,9 miliar menjadi Rp 70,4 miliar. Laba bersih ADCP juga mengalami penurunan drastis sebesar 99,8 persen, turun dari Rp 7,11 miliar menjadi hanya Rp 16,27 juta.

Selama tahun 2024, pendapatan usaha ADCP mengalami penurunan sebesar 63,1 persen, turun dari Rp 651,9 miliar menjadi Rp 300,3 miliar. Laba bersih perusahaan berkurang dari Rp 116,1 miliar menjadi Rp 42,8 miliar.

Pada 31 Januari 2025, ADCP menerima dana pinjaman dari perusahaan induknya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 82 miliar rupiah dengan tingkat bunga 9,02 persen. Aturan mengenai hal ini tercantum dalam Perjanjian Peminjaman Dana antara ADHI dan ADCP Nomor 031-2/2025/039 serta Nomor 112-1/3/ADCP/I/2025 yang ditandatangani pada tanggal 31 Januari 2025. Fasilitas pinjaman ini mencakup pemberian dana pokok beserta bunga yang bersifataflopend (non-revolving), rollover, dan uncommited.

Posting Komentar