5 Jenis Karyawan Berbahaya yang Perlu Diwaspadai di Tempat Kerja

AdinJava- Di lingkungan kerja, kehadiran karyawan yang memiliki sikap dan perilaku yang tidak sehat dapat memberikan dampak negatif baik terhadap suasana hati maupun kinerja seluruh tim.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan rekan kerja untuk memahami berbagai jenis karyawan yang bersifat toksik agar dapat mengambil tindakan pencegahan sebelum masalah semakin memburuk.
Karyawan yang bersifat toksik umumnya menunjukkan perilaku merugikan, seperti sering menyebarkan berita palsu, enggan berkolaborasi, atau cenderung menyalahkan rekan kerja atas kesalahan.
Dilansir dari Work Human, berikut beberapa jenis karyawan toksik di lingkungan kerja yang perlu diwaspadai agar tidak terjadi masalah yang lebih buruk.
1. Si pengganggu
Beberapa karyawan kesulitan merasa senang ketika rekan kerja mereka diberi apresiasi. Mereka cenderung menginginkan perhatian penuh dan selalu ingin menjadi yang terbaik.
Sikap ini sering tampak melalui tindakan yang tidak bersahabat, suka menyalahkan orang lain, atau merasa berhak atas segala sesuatu. Dalam kehidupan kerja, mereka sering mengabaikan gagasan rekan dan tidak memberikan dukungan.
Akibatnya, suasana kerja menjadi tidak nyaman, dan rekan-rekan enggan menyampaikan pendapat karena takut mendapat kritik yang keras. Lingkungan kerja dengan sikap demikian menimbulkan ketidak nyamanan psikologis yang bisa menghambat kreativitas dan efisiensi tim.
Oleh karena itu, mengenali serta menangani perilaku tersebut sejak dini sangat penting agar suasana kerja tetap sehat dan efektif. Atau: Sebagai akibatnya, suasana kerja menjadi tidak nyaman, sehingga rekan-rekan enggan menyampaikan pendapat karena takut dikritik secara tajam.
Lingkungan kerja yang seperti ini menciptakan ketidaknyamanan mental yang dapat mengurangi kreativitas dan produktivitas tim.
Maka dari itu, mengidentifikasi dan menangani perilaku tersebut sejak awal sangat penting agar suasana kerja tetap sehat dan produktif. Atau: Akibatnya, suasana kerja menjadi tidak nyaman, dan rekan-rekan tidak berani menyampaikan pendapat karena takut dihakimi secara keras.
Lingkungan kerja dengan sikap demikian memicu rasa tidak aman secara psikologis yang bisa menghambat inovasi dan hasil kerja tim. Oleh karena itu, mengenali dan menangani perilaku tersebut sejak dini sangat penting agar suasana kerja tetap sehat dan efisien.
2. Si pemalas
Karyawan yang tidak rajin sering menghindari tugas, datang terlambat, atau tidak hadir tanpa alasan yang jelas. Kebiasaan ini tidak hanya memengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga mengganggu kelompok kerja dan perusahaan.
Menunda pekerjaan serta melewatkan tenggat waktu membuat rekan kerja harus menyesuaikan jadwal atau bekerja lebih keras, sehingga mengurangi semangat dan efisiensi tim.
Dalam layanan pelanggan, sikap tidak aktif bisa menyebabkan tanggapan yang terlambat dan merusak citra perusahaan.
Oleh karena itu, penting untuk segera mengidentifikasi serta menangani perilaku ini melalui komunikasi yang efektif, tujuan yang jelas, dan motivasi yang sesuai agar karyawan menjadi lebih efisien dan memberikan kontribusi yang baik.
3. Gunung berapa
Seperti gunung berapi yang tiba-tiba meletus setelah lama diam, di kantor terdapat pegawai yang emosinya mudah meledak dan menyebabkan perselisihan yang tidak perlu.
Sikap mereka yang tidak mau mengubah pendapat dapat menciptakan ketegangan di tempat kerja dan membuat rekan-rekan enggan bekerja sama. Perilaku ini mengganggu rasa aman secara emosional, sehingga komunikasi dalam tim menjadi terkendala.
Jika tidak segera ditangani, konflik ini dapat merusak hubungan antar tim dan membuat klien merasa tidak nyaman, yang akhirnya berdampak pada hilangnya kepercayaan dan kerugian bagi perusahaan.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali serta mengelola sifat-sifat seperti ini sedini mungkin agar lingkungan kerja tetap sehat, nyaman, dan efisien bagi semua pihak.
4. Si pesimis
Orang yang pesimis sering menjadi sumber energi negatif yang tersembunyi di lingkungan kerja. Mereka cenderung memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang gelap, menganggap semua tugas membosankan dan selalu meragukan kemampuan rekan kerjanya.
Perilaku demikian membuat suasana kerja terasa menyulitkan dan tidak nyaman. Kondisi ini dapat mengurangi semangat serta motivasi tim, karena adanya keluhan yang terus-menerus membuat rekan kerja merasa kelelahan secara emosional.
Menariknya, penelitian yang dilakukan oleh Tamar Icekson, Marieke Roskes, dan Simone Moran menunjukkan bahwa sikap pesimis atau fokus pada kemungkinan hasil negatif tidak hanya memengaruhi pikiran orang yang pesimis, tetapi juga dapat mengurangi kreativitas dan semangat orang-orang di sekitarnya, meskipun tanpa sengaja.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan mengelola energi negatif ini agar lingkungan kerja tetap positif, mendukung, serta mampu mendorong inovasi dan kolaborasi yang lebih baik.
5. Sang martir
Para Pekerja Setia di kantor adalah karyawan yang sangat tekun dan sulit menolak tugas baru yang diberikan. Tampaknya seperti karyawan yang sempurna, bukan?
Namun sebenarnya, kebiasaan mengambil terlalu banyak pekerjaan dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka.
Berdasarkan laporan dari WHO dan ILO, individu yang bekerja lebih dari 55 jam setiap minggu memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan jantung dan stroke dibandingkan mereka yang bekerja dalam jam kerja normal yaitu 35-40 jam. Oleh karena itu, bekerja terus-menerus tanpa batasan tidak selalu menunjukkan hal yang baik.
Selain ancaman kesehatan, sikap terlalu ambisius ini juga dapat menyebabkan beban kerja berlebihan, seringkali melewatkan tenggat waktu, serta menghambat rekan-rekan dalam belajar dan berkembang.
Oleh karena itu, penting bagi para "Martir" untuk belajar mengatur batasan dan menjaga keseimbangan agar tetap sehat dan efektif.
Posting Komentar