Tools:
Powered by AdinJava

5 Fakta Menarik tentang Sempur-Hujan Darat, Ritual Tari Unik Sebelum Kawin

Table of Contents

AdinJava - Nama burung sempur-hujan darat (Eurylaimus ochromalus) mungkin masih asing di telinga sebagian orang. Mereka merupakan salah satu dari 14 jenis burung yang termasuk dalam keluarga Eurylaimidae atau dikenal sebagai burung madi atau sempur-hujan. 

Jika melihat foto-foto yang tersedia, penampilan luar sempur-hujan darat pasti mampu memikat mata karena keindahan warna bulunya.

Di bagian perut, bulu burung ini umumnya berwarna putih atau krem, sedangkan bagian kepala dan punggung lebih dominan berwarna hitam. 

Terdapat pola garis putih di leher dan sayapnya. Selain itu, bagian bawah ekornya tampak agak hijau kekuningan. Bagian menarik lain dari tubuh burung hujan darat terletak pada paruhnya yang berwarna biru dan sklera berwarna kuning.

Kemudian, ukuran burung ini tergolong kecil. Karena tubuhnya hanya berkembang sekitar 13—15 cm dan beratnya 31—39 gram. 

Pada kesempatan ini, kita akan membahas bersama mengenai fakta burung hujan darat. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui bagaimana spesies burung indah ini, ikuti penjelasan berikut hingga selesai, ya!

1. Peta penyebaran dan lingkungan pilihan

Burung hujan darat ternyata tinggal tidak jauh dari kita karena peta penyebarannya ada di kawasan Asia Tenggara. 

Burung ini ditemukan mulai dari bagian selatan Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatra dan Kalimantan), serta Brunei. 

Menurut data BirdLife DataZone, luas wilayah yang menjadi tempat tinggal burung indah ini sekitar 4,2 juta kilometer persegi.

Selain itu, jenis habitat hutan hujan darat meliputi hutan hujan tropis, hutan sekunder, hutan campuran, daerah rawa, dan sebagainya. 

Ketinggian tempat tinggal mereka berkisar antara 0—1.300 meter di atas permukaan laut. Oh ya, mereka tidak termasuk burung yang melakukan migrasi, sehingga bisa ditemukan di lokasi yang sama sepanjang tahun.

2. Makanan kesukaan serta metode mereka mendapatkan makanan

Sempur-hujan darat ternyata merupakan hewan yang memakan serangga. Mereka terutama mengonsumsi serangga, kumbang, semut, lebah, tawon, moluska, serta hewan kecil lainnya. 

Menariknya, di beberapa wilayah dan dalam kondisi yang jarang terjadi, mereka juga pernah memakan buah-buahan jika tersedia.

Burung ini merupakan hewan yang aktif pada siang hari, sehingga kegiatan mencari makan lebih sering dilakukan saat hari terang. Earth Endangered Creatures melaporkan bahwa burung sempur-hujan berburu di antara pepohonan atau di permukaan tanah. 

Mereka mahir dalam mencari makanan yang tersembunyi di tumpukan daun, dalam tanah, atau di dalam batang pohon. Bahkan, mereka sering mencari lubang pohon yang dibuat oleh burung pelatuk karena kemungkinan besar lubang tersebut berisi ulat atau serangga lain. 

Di sisi lain, jika makanan yang menjadi target bisa terbang, burung sempur-hujan mampu menangkap mangsanya sambil terbang di udara.

3. Berkelompok dalam kehidupan, namun terkadang terjadi perselisihan

Sebenarnya, sempur-hujan darat tergolong hewanyang hidup dalam kelompok. Jumlah anggota kelompok ini tidak terlalu besar, sekitar 2—5 individu saja. Sebenarnya, kelompok burung ini cukup solid karena sering kali mereka berburu makanan bersama. 

Selain itu, terdapat berbagai bentuk komunikasi suara yang digunakan untuk memanggil atau memberi peringatan kepada rekan lain. Namun, pada saat tertentu, anggota kelompok burung ini ternyata bisa terlibat perkelahian, lho.

Dilansir Animalia, jika kelompok burung ini terdiri dari beberapa pasangan, sesekali antar pasangan tersebut saling bertengkar untuk memperebutkan wilayah tertentu menjelang musim kawin. 

Yang menarik, sebelum mulai bertengkar, burung ini akan memulai dengan mengangguk-anggukkan kepala sambil bersiul dengan nada tertentu sebagai tanda peringatan. 

Jika tidak dihiraukan, serangan bisa terjadi. Bentuk serangan yang umum dilakukan oleh burung sempur-hujan darat adalah terbang cepat sambil saling mengejar.

4. Sistem reproduksi

Musim kawin untuk burung sempur-hujan darat terjadi saat musim kemarau tiba atau antara bulan Januari hingga Oktober. Burung ini termasuk hewan yang setia, karena setelah satu pasangan terbentuk, mereka akan tetap bersama selama bertahun-tahun. 

Untuk menarik perhatian betina yang menjadi calon pasangan, jantan melakukan tarian sambil menyanyi, membuka dan menutup sayap, mengibaskan ekornya, serta membuka mulutnya di sekitar calon pasangan. Menariknya, jika betina tertarik, ia juga akan menirukan gerakan yang sama.

Setelah pasangan terbentuk, keduanya bekerja sama untuk membangun tempat tinggal.Animalia menurut laporan, sarang burung ini memiliki ukuran yang cukup besar dan tebal. 

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sarang hujan darat terdiri dari lumut, jamur, daun, rumput, serat tumbuhan, akar, dan cabang pohon yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai buah pir. 

Sarang ini berada di atas pohon dengan ketinggian antara 5 hingga 18 meter, dan terkadang dibuat dekat dengan sarang lebah untuk mendapatkan perlindungan tambahan.

Setelah sarang selesai dibangun dan proses perkawinan selesai, betina mulai bertelur dengan jumlah 2—3 butir. 

Telur tersebut mengalami masa inkubasi selama 17—18 hari. Setelah menetas, anak sempur-hujan darat akan diperhatikan dan dirawat oleh kedua induknya, setidaknya hingga mereka mampu terbang pada usia 22—23 hari. 

Di alam liar, burung ini dapat hidup hingga berusia enam tahun. Namun, dalam perawatan manusia, umur mereka bisa mencapai 19 tahun.

5. Status konservasi

Berdasarkan Daftar Merah IUCN, burung sempur-hujan darat saat ini termasuk dalam kategori hewan yang hampir terancam (Near Threatened). 

Jumlah populasi mereka terus menurun setiap tahunnya sehingga statusnya bisa saja berubah menjadi lebih mengkhawatirkan. Sebenarnya, penyebab penurunan jumlah burung cantik ini cukup mudah diperkirakan.

Dikutip dari IUCN Red List, kerusakan habitat akibat aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan dan pengambilan kayu oleh manusia menjadi penyebab utama penurunan populasi burung indah ini. 

Bahkan, dalam satu generasi terakhir, populasi burung hujan darat telah menurun sekitar 20—29 persen, angka yang sangat cepat hingga membuat mereka mendapat status konservasi yang lebih tinggi. 

Belum lagi, perubahan iklim dan perburuan untuk dijadikanhewanhewan peliharaan membuat tempat tinggal bagi burung ini semakin tidak nyaman untuk dihuni.

Jika tidak segera bergerak, spesies sempur-hujan darat bisa saja punah sepenuhnya dalam beberapa generasi ke depan. Oleh karena itu, upaya konservasi khusus terhadap spesies ini jelas diperlukan. Namun, ada sesuatu yang jauh lebih penting lagi. 

Diperlukan usaha untuk melindungi hutan dari segala kerusakan yang sengaja dilakukan agar tidak hanya sempur-hujan darat yang dapat bertahan, tetapi juga seluruh makhluk hidup lain yang tinggal di sana.

Posting Komentar