12 Contoh Cerita Pendek MPLS untuk Tugas Sekolah
Sesi Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan momen yang tak terlupakan bagi setiap siswa baru. Mulai dari rasa cemas saat berjumpa dengan teman-teman baru, hingga keseruan mengikuti berbagai kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Semua pengalaman ini bisa menjadi cerita menarik.lho!
Coba, jika Ibu sedang mencari ide cerita pendek (cerpen) mengenai pengalaman selama MPLS untuk tugas sekolah Anak Kecil,AdinJavaTelah disiapkan kumpulan contoh cerita yang dapat membantu anak dalam menyusun tugasnya dengan lebih mudah dan menarik. Ayo, lihat contohnya!
3 Contoh kisah mengenai pengalaman mengikuti MPLS yang singkat dan menarik
Berikut tiga contoh cerita pendek mengenai pengalaman selama mengikuti kegiatan MPLS yang bisa menjadi sumber inspirasi menarik untuk tugas sekolah anak, Bu!
Hari pertama yang mendebarkan
Hari pertama MPLS di SMP Dharma Bangsa adalah hari yang paling membuat jantungku berdebar kencang. Sejak malam sebelumnya, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikiran tentang teman-teman baru, guru-guru yang belum kukenal, dan aturan sekolah yang katanya "lebih ketat dibanding SD" terus menghiasi pikiranku.
Aku bangun lebih awal dari biasanya, mengenakan seragam putih biru yang masih kaku dan bercampur aroma sabun. Ibu telah menyiapkan makan pagi, namun aku hanya memakan beberapa suapan. Perutku terasa penuh karena rasa cemas.
Saat tiba di sekolah, halaman depan sudah penuh dengan siswa-siswa baru. Beberapa terlihat tenang, sementara yang lain justru terlihat lebih cemas dibanding diriku. Aku berada di tengah kerumunan sambil mencari papan pembagian kelompok. Setelah upacara pembukaan, kami diajak ke aula sekolah untuk mengikuti sesi pengenalan. Aula tersebut luas dan sejuk, tetapi tetap tidak cukup mengurangi detak jantungku.
Saat kelompokku diminta untuk tampil memperkenalkan diri secara bergiliran, aku hampir terpaku. Ketika namaku dipanggil, aku melangkah maju dengan langkah tidak percaya diri dan suara yang bergetar. Aku bahkan lupa menyebutkan nama sekolah dasar tempatku dulu belajar!
Namun yang membingungkan saya, alih-alih ditertawakan, teman-teman justru memberikan tepuk tangan dan senyum hangat. Salah satu dari mereka berbisik, "Aku juga sangat gugup tadi." Kami pun tertawa ringan bersama.
Pada hari itu, aku mulai merasa lebih tenang. Kegiatan demi kegiatan membuatku melupakan rasa takut, mulai dari permainan kelompok, menyusun teka-teki, hingga sesi "kenalan unik", di mana kami diminta mencari teman yang memiliki minat yang sama. Aku menemukan beberapa teman yang ternyata juga menyukai membaca dan bermain.game.
Saat kembali ke rumah menggunakan sepeda motor ojekonline, aku memandang jalanan kota sambil tersenyum ringan. Rasanya seolah baru saja melewati ujian berat dan aku berhasil.
MPLS yang awalnya terasa menakutkan, justru memberiku keberanian untuk lebih terbuka. Hari pertama yang penuh dengan rasa gugup menjadi awal dari sebuah petualangan baru yang lebih menyenangkan.
Sahabat tak terduga di area sekolah
Hari kedua MPLS di SMP Pertiwi dimulai dengan sinar matahari yang menyengat. Kami semua berkumpul di lapangan belakang untuk mengikuti kegiatanoutbond dan pengenalan antar kelompok. Aku berdiri sedikit jauh dari keramaian, memegang topi yang hampir terlempar oleh angin. Aku belum memiliki teman dekat dan merasa sangat kaku berada di tengah banyak orang asing.
Saat sedang mencari kelompok tiga yang tercantum di kartu nama saya, seorang anak perempuan mendekat. Wajahnya agak berkeringat dan matanya menyipit karena terkena sinar matahari.
"Apakah ini kelompok tiga?" tanyanya sambil tersenyum dengan ragu.
Aku mengangguk dan kami berdiri berdampingan. Namanya Dita, seorang siswa pindahan dari kota lain. Ia juga belum mengenal siapa pun di sekolah ini, sehingga kami langsung merasa cocok karena sama-sama merasa bingung.
Kami berbincang sambil menunggu petunjuk dari kakak OSIS. Ternyata Dita menyukai menggambar, khususnya tokoh anime dan hewan imut. Saya langsung tertarik karena saya juga memiliki hobi menulis cerita.
Saat kami diminta untuk merancang logo kelompok, kami bekerja sama. Dita menggambar, sedangkan aku menyusun slogannya. Kakak OSIS memuji hasil kerja kami dan berkata, "Kalian tim yang benar-benar kreatif, ya!"
Saat istirahat, kami duduk di tepi lapangan, berbagi makanan dan cerita. Aku merasa sudah mengenal Dita selama bertahun-tahun, padahal baru bertemu beberapa jam saja. Pada hari terakhir MPLS, kami tampil bersama dalam lomba yel-yel kelompok dan berhasil masuk tiga besar. Setelah itu, kami sepakat akan saling memilih duduk sebangku ketika kelas telah dibagi.
Berdasarkan pengalaman MPLS ini, aku memahami bahwa terkadang teman muncul dari pertemuan yang tidak direncanakan. Tidak perlu banyak hal, cukup keberanian untuk menyapa atau menerima sapaan.
Pelajaran berharga dari Kakak OSIS
Aku tidak pernah membayangkan bahwa orang yang paling memotivasi selama MPLS di SMA Bhakti Mulia adalah kakak OSIS yang awalnya kucemaskan.
Namanya Kak Riko. Wajahnya tegas, suaranya keras, dan selalu berdiri dengan sikap siap seperti seorang tentara. Ketika melihat namanya sebagai pendamping kelompok lima, jujur saja aku langsung merasa takut. Aku berpikir, "Wah, pasti orangnya kasar."
Namun, semua pendapatku perlahan berubah. Pada hari pertama, Kak Riko memulai dengan memperkenalkan dirinya bukan hanya sebagai kakak OSIS, tetapi juga sebagai seseorang yang dulu merasa cemas saat masuk SMA.
"Kalian bukanlah satu-satunya yang takut. Aku juga pernah berada di posisi kalian, bahkan pernah hampir pingsan saat diminta berbicara di depan umum," katanya sambil tertawa. Suasana langsung menjadi lebih rileks dan kami mulai merasa lebih nyaman.
Tantangan muncul pada hari kedua ketika kelompok kami diminta untuk membuat tampilan yel-yel. Aku adalah satu-satunya yang enggan ikut karena merasa suaraku tidak bagus dan gerakanku kaku. Saat teman-teman berlatih, aku hanya duduk di sudut. Kak Riko mendekat dan duduk di sebelahku.
âKamu tahu enggakJika kamu terus diam di sini, kamu akan melewatkan momen menarik yang hanya datang sekali dalam hidupmu?" katanya sambil tersenyum. "Malu adalah hal yang wajar, tapi jangan biarkan itu menghalangi kamu untuk melangkah maju.
Ucapannya seperti mengangkatku dari ketidakpastian. Aku pun ikut berlatih, berusaha meniru gerakan meski belum sepenuhnya menghafalnya. Saat tampil di depan seluruh siswa, aku masih sedikit gugup, tetapi Kak Riko berdiri di belakang kami sambil memberikan isyarat dukungan. Setelah penampilan selesai, kami disambut dengan tepuk tangan yang meriah. Rasanya seperti terbang.
Sejak saat itu, aku menjadi lebih percaya diri. Bahkan setelah MPLS selesai, aku mendaftar untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berbicara di depan umum, sesuatu yang dulu tidak pernah kusanggup lakukan. Kak Riko mungkin hanya hadir selama tiga hari dalam hidupku, tetapi dampaknya akan bertahan lama.
3 Contoh kisah singkat pengalaman MPLS SD pada hari pertama masuk sekolah
Mengutip buku Kumpulan Cerita Anak "Jejak Cerita Tinta Emas"karya Laily Nurmaila, berikut tiga contoh cerita singkat mengenai pengalaman hari pertama sekolah dasar yang penuh kesan menarik!
Hari pertama sekolah
Hari pertama masuk sekolah, aku bangun dengan perasaan tidak nyaman di perut. Seperti ada kupu-kupu yang terbang kesana kemari. Aku mengenakan seragam putih merah baru, lengkap dengan tas yang memiliki gambar karakter kucing kesukaanku. Namun, entah kenapa, aku tidak terlalu antusias. Justru aku lebih banyak diam dan memegang tangan Ibu erat-erat.
Saat tiba di gerbang sekolah, banyak anak lain sudah berbaris. Ada yang sedang tertawa, ada yang mengantuk, dan ada juga seperti aku, yang memegang tangan orang tuanya dengan erat. Ibu mengusap kepalaku, kemudian membawaku masuk ke lapangan. Tapi, tiba-tiba bel berbunyi dan Ibu harus pergi. Aku mulai merasa cemas.
"Aku ikuti Ibu saja, ya..." bisikku, mencoba menahan air mata.
Namun, Ibu hanya tersenyum dan berlutut. "Kamu anak yang hebat, tidak perlu menangis. Belajar dengan semangat. Nanti Ibu akan menjemputmu lagi, ya."
Saat Ibu berjalan pergi, aku tidak mampu menahan air mata. Aku mulai menangis pelan. Tangisku semakin keras karena bingung harus duduk di mana dan tidak mengenal siapa pun. Segalanya terasa asing.
Tiba-tiba, seorang perempuan berpakaian batik mendekatiku. Ia membungkuk dan memelukku dengan lembut. "Tidak apa-apa menangis, tapi kamu pasti bisa memiliki teman di sini," katanya sambil tersenyum. Dia adalah Ibu Guru. Wajahnya ramah, dan suaranya menenangkan.
Perlahan, aku diajak masuk ke kelas dan duduk di kursi dekat jendela. Dari tempat itu, aku dapat melihat halaman depan di mana Ibu tadi berdiri. Aku masih merasa sedih, tetapi mulai berusaha menghapus air mata yang mengalir.
Tidak lama setelah itu, seorang anak laki-laki duduk di sampingku. Ia membuka kotak pensilnya dan menawarkan sebuah pensil berwarna biru kepadaku.
"Inginkah kau memakainya? Warna yang bagus, lho," katanya sambil tersenyum. Namanya Dika. Kami mulai berbincang tentang kartun yang kami sukai dan mainan yang kami bawa di tas.
Guru kemudian meminta kami untuk menggambar tentang keluarga. Aku menggambar diriku dan Ibu sedang berpegangan tangan, seperti yang terjadi pagi ini. Ketika melihat gambarku, Guru mengangguk dan berkata, "Bagus sekali. Ibu pasti akan bangga."
Hari pertama masuk sekolah memang berat. Namun berkat Bapak Guru dan Dika, aku merasa lebih percaya diri. Aku masih merindukan Ibu, tetapi sekarang aku menyadari bahwa sekolah bisa menjadi tempat yang menyenangkan.
Aku kembali ke rumah sambil tersenyum ringan, dan di dalam hati mengucapkan,besok aku akan kembali ke sekolah dan lebih berani dibandingkan hari ini.
Hari pertama masuk sekolah bertemu teman yang baru
Pada hari Senin, Rara merasa hari itu sangat istimewa. Itu adalah pertama kalinya ia mengikuti MPLS di SD Mekar Anggrek Jakarta. Sejak pagi hari, Ibu sudah sibuk membangunkan Rara dan saudaranya, Gilang, serta menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga. Meski masih mengantuk, Rara terlihat penuh semangat.
"Rara, bangunlah, Nak. Ini hari pertamamu di sekolah, jangan sampai terlambat," kata Bunda dengan lembut.
"Benar, Ibu... sebentar lagi," jawab Rara pelan sambil menarik selimut.
Setelah mandi dan mengonsumsi roti untuk sarapan, Rara berpamitan lalu pergi ke sekolah bersama Ayah dan Gilang. Selama perjalanan, ia terlihat penasaran dan tidak sabar ingin melihat langsung kondisi sekolah barunya. Tiba di SD Mekar Anggrek, Rara segera bergabung dengan barisan upacara bendera bersama siswa kelas 1 sampai 6.
Hari pertama MPLS telah dimulai. Ibu Guru Puput menyambut siswa-siswa dengan wajah ramah.
"Selamat datang, anak-anak! Ibu berharap kalian semangat hari ini," sambutnya.
Rara bersama teman-temannya menjawab dengan penuh semangat. Setelah bertemu dengan Bu Puput, para siswa diminta untuk maju satu per satu ke depan kelas guna memperkenalkan diri.
Pada waktu istirahat, Rara diajak oleh Putri, Lala, dan Soya ke kantin. Mereka membeli minuman, kemudian menyaksikan teman-teman laki-laki bermain sepak bola di lapangan. Sambil duduk bersama, mereka saling berbagi cerita dan mulai merasa akrab. Ternyata, tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh.
" Wah, nanti kita bermain bersama, ya! " ajak Putri, direspon dengan antusias oleh yang lain.
Setelah bel masuk berbunyi, Rara kembali ke ruang kelas. Kini gilirannya untuk memperkenalkan diri.
"Halo, nama saya Rara. Saya berusia tujuh tahun. Saya tinggal di Jalan Indah, dan impian saya adalah menjadi seorang dokter," katanya dengan percaya diri.
Kelas memberikan tepuk tangan yang kecil.
Saat menjelang akhir pelajaran, Bu Puput meminta para siswa untuk menulis cerita mengenai liburan mereka. Rara menuliskan pengalamannya berkunjung ke rumah Nenek di Jogja.
Setelah selesai sekolah, ia bercerita penuh antusias kepada Ibu mengenai teman-teman barunya serta betapa menyenangkannya hari pertamanya di sekolah.
âAlhamdulillah"Jika Rara senang," kata Ibu sambil tersenyum.
Setelah makan siang bersama, Rara membantu Bunda membersihkan meja makan, kemudian tidur siang bersama Gilang. Bunda merasa tenang dan gembira melihat anak-anaknya mulai beradaptasi dengan lingkungan baru serta memiliki teman-teman yang menyenangkan.
Aku berani perkenalan
Pada hari itu, aku bangun lebih awal dibanding biasanya. Aku masih merasa cemas karena belum mengenal siapa pun. Seragamku baru, sepatuku masih bersih, dan ransel berlogo robot kesukaanku sudah siap. Ibu membantuku menyiapkan perlengkapan sekolah serta memeriksa botol minum dan bekalku sebelum berangkat.
Sementara perjalanan berlangsung, aku terus memegang tangan Ibu.
"Nanti Raka berani ya, Nak. Di sana banyak teman yang juga baru. Semua sedang belajar bersama," kata Bunda sambil tersenyum.
Saat tiba di sekolah, suasana sangat ramai. Banyak anak yang mengenakan seragam putih merah seperti aku. Ibu menemani aku hingga gerbang sekolah, kemudian aku ditemani ke kelas oleh seorang kakak yang berpakaian seragam biru muda, tingginya hampir sama dengan Ibu.
Di dalam kelas, saya berada di kursi paling depan. Ibu Guru datang dengan wajah yang ramah dan tersenyum tulus.
"Selamat pagi, teman-teman. Selamat datang di Sekolah Dasar Cemerlang. Hari ini kita akan saling mengenal, ya!" ujarnya dengan antusias. Semua anak saling melirik, mungkin merasa malu seperti aku.
"Siapa yang ingin berkenalan terlebih dahulu?" tanya Ibu Guru.
Kondisi langsung menjadi sunyi. Beberapa anak menunduk, ada yang saling menendang pelan. Entah mengapa, aku tiba-tiba berdiri dan mengangkat tangan. Ibu Guru tersenyum.
âSilakan, Nak,â ujarnya lembut.
Aku maju ke depan kelas, memandang teman-teman sejenak, kemudian menghirup napas dengan dalam.
"Halo, nama saya Raka. Saya tinggal di Jalan Melati. Umurku enam tahun, dan impianku adalah menjadi seorang polisi," kataku dengan suara agak gemetar, tetapi aku berusaha menutupnya dengan tersenyum.
Sahabat langsung memberi tepuk tangan. Beberapa anak tersenyum ke arahku dan Ibu Guru mengangkat jempol.
"Bagus, Raka! Terima kasih telah berani maju lebih dulu," katanya.
Setelah itu, satu per satu teman-temanku mulai berani maju. Beberapa di antaranya bercita-cita menjadi guru, dokter, bahkan astronot. Aku mendengarkan mereka sambil tersenyum.
Ternyata, hari pertama sekolah tidak seburuk yang kuharapkan. Sekarang aku sudah tidak sabar lagi untuk pergi ke sekolah besok.
3 Contoh cerita pendek mengenai pengalaman MPLS SMP pada hari pertama sekolah
Berikut contoh cerita pendek mengenai pengalaman pada hari pertama MPLS SMP yang dapat menjadi inspirasi untuk tugas menulis di sekolah. Baca selengkapnya!
Kursi sebelah pada hari pertama
Langit pagi berwarna kelabu terang dan udara masih sejuk ketika aku berdiri di depan gerbang SMP Bina Jaya. Seragam baru yang kubawa terasa sedikit kaku, tas ransel terasa berat meskipun isinya tidak banyak, dan perasaan campuran antara cemas, takut, namun juga penuh rasa ingin tahu.
Barisan siswa baru mulai dibentuk di area lapangan. Anggota OSIS berlalu-lalang, memberikan perintah dengan suara yang keras. Aku berdiri sambil menunduk, berusaha mengurangi detak jantungku yang terasa kencang. Hari pertama masuk SMP, ini merupakan awal dari perjalanan selama tiga tahun ke depan.
Setelah upacara, kami diajak menuju kelas masing-masing. Aku memutuskan duduk di barisan tengah dekat jendela. Ruangan terasa asing, meskipun dindingnya penuh dengan hiasan berwarna-warni. Tidak lama setelah itu, seorang anak perempuan duduk di sampingku. Wajahnya cantik, dan senyumnya hangat.
"Halo, aku Dina," sambutnya sambil meletakkan tas.
Aku sedikit terkejut, tetapi segera menjawab, "Aku Ayu." Senyumku agak ragu, namun Dina langsung melanjutkan dengan mengajak berbincang. Ternyata kami berdua sama-sama menyukai menonton anime. Obrolan singkat itu membuatku merasa sedikit lebih rileks.
Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) telah dimulai. Terdapat kegiatan pengenalan guru, tayangan motivasi, hingga permainan kelompok. Dina duduk di sebelahku sepanjang hari.
Saat anggota OSIS mengajak berdiskusi mengenai aturan tata tertib, Dina berbisik kepadaku, "Ternyata menyeramkan, kalau terlambat tiga kali langsung dipanggil BK," katanya pelan. Aku tersenyum kecil, lalu kami mencatat dengan penuh perhatian.
Saat sore tiba, sebelum pulang, aku mengatakan, "Untung aku duduk di sampingmu."
Dina tersenyum. "Benar, untung kita bertemu jadi teman sekelas."
Pada hari itu, aku tidak hanya mengenal sekolah baru ku, tetapi juga mendapatkan teman pertama yang membuat segalanya terasa lebih ringan.
Yel-yel penuh kejutan
Suasana lapangan SMP Cahaya Bangsa pada pagi hari terasa penuh semangat. Musik senam menggema dari speaker, menyebabkan siswa baru yang masih mengantuk terpaksa bergerak mengikuti alunan tersebut. Aku salah satu yang kaku, berdiri di ujung barisan, berharap tidak terlalu diperhatikan.
Setelah melakukan senam, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Aku bergabung dengan kelompok 5. Anggotanya beragam, ada yang pendiam dan ada yang ramai. Rama, ketua kelompok, langsung bersuara keras. "Kita harus menjadi kelompok yang paling semangat!" katanya dengan lantang.
Ternyata ada lomba yel-yel antar kelompok. Aku langsung merasa cemas. Aku tidak mampu tampil di depan umum. Namun Rama tidak memperdulikan hal itu. Ia mulai menulis lirik dan gerakan yang lucu.
"Tenang, kamu hanya perlu bertepuk tangan. Mudah saja," katanya saat melihat wajahku yang pucat.
Kami berlatih di bawah pohon rindang di sisi lapangan. Meskipun awalnya merasa canggung, lama-kelamaan aku ikut larut dalam suasana. Anak-anak lain juga tertawa dan memberikan ide gerakan yang tidak biasa. Saat tampil, Rama memulai dengan gaya seperti robot, kemudian kami semua mengikuti alur dengan penuh antusiasme. Kami melakukan latihan di bawah pohon besar di tepi lapangan. Awalnya merasa malu, tetapi seiring waktu aku mulai menikmatinya. Teman-teman lain ikut tertawa dan memberikan gagasan gerakan yang konyol. Ketika tampil, Rama memulai dengan cara bergerak seperti robot, lalu kami semua mengikuti irama dengan penuh semangat. Kami sedang berlatih di bawah pohon besar yang berada di pinggir lapangan. Meski awalnya merasa malu, akhirnya aku bisa menikmati suasana tersebut. Anak-anak lain turut tertawa dan memberikan ide-ide gerakan yang tidak terduga. Saat tampil, Rama memulai dengan gaya robot, lalu kami semua mengikuti alunan dengan penuh antusias.
Tiba-tiba seluruh lapangan tertawa, termasuk para guru. Ternyata gaya robot Rama benar-benar menghibur. Kelompok kami mendapatkan tepuk tangan paling antusias.
Di akhir sesi, diketahui bahwa Kelompok Lima berhasil menjadi pemenang dalam lomba yel-yel. Aku terkejut. "Tidak pernah terpikir sama sekali..." bisikku.
"Makanya, jangan terus diam. Kamu mampu kalau berani mencoba," kata Rama sambil menepuk bahunya.
Bertemu teman satu hobi
Ponselku berbunyi lebih awal dari biasanya. Aku langsung bangun dengan penuh semangat. Setelah siap dan makan pagi, aku memeriksa kembali isi tas.
Buku catatan, alat tulis, botol minum, dan komik mini favoritku. Aku memang senang menggambar dan menyukai membaca komik, jadi komik selalu kubawa sebagai "teman" ketika merasa jenuh.
Saat tiba di sekolah, suasana terasa sangat sibuk. Siswa-siswi baru disusun di lapangan. Anggota OSIS terlihat sibuk mengarahkan jalannya acara. Mereka memakai ikat pinggang berwarna biru dan berbicara dengan nada keras, namun tetap ramah.
Aku dipanggil ke Kelompok Tiga. Di sana, aku melihat seorang anak laki-laki duduk sambil menggambar di buku kecil. Karena penasaran, aku duduk di sebelahnya dan melihat dengan hati-hati.
"Apakah kamu juga suka menggambar?" tanyaku.
Ia langsung tersenyum. "Benar! Aku sedang menggambar karakter. Aku Aldi. Kamu siapa?"
Aku Bima," kataku. "Wah, bagus sekali gambarmu!
Sejak saat itu, kami terus berbicara. Ternyata kami sama-sama menyukai anime, menggambar karakter, dan pernah mengikuti lomba komik online. Rasanya sangat menyenangkan bisa langsung cocok di hari pertama.
Kegiatan MPLS pada hari itu dimulai dengan perkenalan guru, pengenalan lingkungan sekolah, hingga bermain permainan kelompok. Aku dan Aldi tergabung dalam satu tim untuk permainan menebak gaya. Aldi bertugas menebak, sedangkan aku berperan sebagai orang yang menirukan gaya. Ketika aku menirukan karakter pahlawan super kesukaan kita, Aldi langsung bisa menebaknya dengan cepat dan akurat.
"Kita benar-benar hebat, ya!" ujar Aldi sambil tertawa. Kelompok kami menang dan mendapatkan permen dari kakak OSIS.
Saat tiba waktu makan siang, kami duduk di taman belakang sekolah sambil membuka bekal makanan. Aldi memperlihatkan buku sketsanya, dan aku juga menunjukkan beberapa gambar yang tersimpan di ponselku. "Kita ikut ekstrakurikuler seni nanti, ya!" seru Aldi. Aku langsung mengangguk penuh semangat.
Sore hari itu, setelah MPLS selesai, kami berdua sepakat untuk membawa karya masing-masing keesokan harinya. Hari pertama yang awalnya membuatku cemas ternyata berubah menjadi hari penuh kejutan dan awal dari pertemanan yang menyenangkan.
Aku pulang sambil tersenyum, merasa lebih percaya diri menghadapi hari-hari berikutnya di sekolah menengah pertama. Yang paling penting, aku menyadari bahwa aku tidak sendirian. Ada teman baru yang memiliki minat yang sama dan membuat segalanya terasa lebih menyenangkan.
3 Contoh pengalaman selama MPLS SMA pada hari pertama sekolah
Dikutip dari laman detikcom, berikut contoh cerita pendek mengenai kenangan kegiatan MPLS di SMA yang bisa menjadi sumber ide menarik untuk tugas sekolah.
Hari Pertama di Sekolah Baru
Cahaya matahari perlahan menembus celah jendela kamar. Aku membuka mata dengan jantung berdebar, campuran antara bahagia dan cemas. Hari ini merupakan awal dari petualangan baru, hari pertama MPLS di SMA Cakrawala Nusantara.
Saat tiba di sekolah, aku melihat halaman penuh dengan siswa yang berpakaian rapi. Suasana ramai namun menyenangkan, wajah-wajah baru terlihat penuh rasa ingin tahu sekaligus sedikit cemas. Kami semua dibawa ke lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan. Pak Herman, kepala sekolah, menyambut kami dengan penuh antusiasme.
"Selamat datang di keluarga besar SMA Cakrawala Nusantara! Jadilah siswa yang giat, berprestasi, dan memiliki kepribadian yang baik," katanya dengan lantang.
Setelah upacara selesai, kami dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Aku masuk ke kelompok tiga bersama lima teman lainnya. Pembimbing kami adalah Kak Rika, seorang siswi kelas XII yang ramah dan penuh semangat.
"Halo semua! Saya Kak Rika. Mari kita saling mengenal agar lebih dekat," katanya sambil tersenyum.
Sekali demi sekali, kami saling memperkenalkan diri. Ada Lina yang ahli dalam melukis, Bima yang gemar bermain futsal, dan Tania yang menyukai menulis cerita pendek. Ketika giliranku tiba, aku mengatakan, "Aku Arka. Aku suka bermain gitar dan tertarik untuk bergabung dengan band sekolah."
Hari pertama diisi dengan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Kami diajak melakukan tour ke seluruh bangunan, mengunjungi ruang kelas, laboratorium, hingga perpustakaan. Setiap lokasi, Kak Rika menjelaskan berbagai fasilitas dan tujuannya.
"Jika ini ruang komputer. Di sini kalian dapat memanfaatkan fasilitasnya untuk mengerjakan tugas atau mengikuti ekstrakurikuler multimedia," katanya dengan antusias.
Setelah selesainya pertunjukan, kami berkumpul di ruang pertemuan untuk bermain permainan. ice breakingPermainan ini mudah namun sangat menghibur. Tawa teman-teman mengisi ruangan, secara perlahan menghilangkan rasa canggung di antara kami.
"Masih hari pertama, tapi sudah sangat menarik!" kata Bima sambil tertawa.
Hari kedua, aktivitas mulai lebih berat. Kami mendengarkan semangat dari lulusan yang telah berhasil di bidangnya, mengenal beberapa kegiatan ekstrakurikuler, dan mengikuti sesi kreativitas. Mataku langsung tertarik pada stan klub musik. Tanpa ragu, aku mendaftar. Kak Rika terus membantu dan memastikan tidak ada dari kami yang merasa ditinggalkan.
Tak terasa, hari terakhir MPLS telah tiba. Kami diberi kesempatan untuk tampil dalam pertunjukan seni. Kelompokku sepakat mempersembahkan drama pendek mengenai persahabatan. Meskipun latihan hanya singkat, kami berhasil membuat penonton tertawa dan memberikan tepuk tangan. Rasanya sangat hangat melihat teman-teman tertawa bersama.
MPLS kali ini tidak hanya berisi tentang memahami sekolah, tetapi juga tentang membangun hubungan dan meningkatkan rasa percaya diri. Aku merasa lebih siap menghadapi hari-hari di SMA. Saat pulang ke rumah, langkahku terasa ringan dan hatiku dipenuhi kebahagiaan.
Pertemuan tak terduga
Hari pertama MPLS di SMA Nusa Banga menjadi pengalaman yang tidak terduga. Saat sibuk mengamati keramaian para siswa baru, pandanganku jatuh pada seseorang yang terasa akrab. Setelah beberapa detik berusaha mengingat, aku kaget. Rian, teman masa taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang sudah lama tidak kudengar kabarnya, ternyata diterima di SMA yang sama dengan aku.
Kami segera menyapa dan ikut serta dalam berbagai kegiatan bersama. Mulai dari diskusi kelompok, permainan menarik, hingga tugas orientasi, semuanya terasa lebih ringan karena adanya Rian. Keheningan di hari pertama perlahan hilang. Kami banyak bercerita tentang masa lalu, mengingat kembali masa kecil yang penuh cerita, sekaligus memperkuat kembali hubungan persahabatan yang sempat terputus.
Tidak hanya itu, salah satu momen paling berkesan selama MPLS adalah saat sesi pertunjukan bakat. Awalnya aku tidak berani tampil di depan banyak orang. Namun dorongan dari teman-teman, termasuk Rian, membuatku berani tampil dengan membawakan lagu menggunakan piano.
Saat jariku menekan setiap tombol, aku hanya berharap bisa menyelesaikannya dengan lancar. Ternyata, penampilanku justru mendapat sambutan yang hangat. Kakak pembina bahkan menyarankan aku untuk bergabung dengan klub musik sekolah. Dari situ, aku mulai menyadari bahwa aku memiliki bakat yang selama ini tersembunyi.
Selain aktivitas yang menyenangkan, terdapat tantangan fisik seperti perjalanan melalui alam yang cukup membuatku khawatir. Aku bukan seorang penggemar kegiatanoutdoor, apalagi harus berjalan jauh melewati jalur yang cukup sulit.
Meskipun demikian, semangat dan dukungan dari teman-teman dalam kelompok MPLS membantuku menyelesaikan segalanya tanpa menyerah. Keringat dan kelelahan itu terganti dengan rasa bangga karena mampu melewati batas kemampuan diri sendiri.
Pengalaman MPLS
Memasuki masa pengenalan lingkungan sekolah di SMA yang kuinginkan, aku merasa seperti sedang memulai hal baru. Lingkungan sekolah yang megah, aula yang luas, dan koridor-koridor yang belum kukenal membuatku agak cemas. Namun, perasaan itu segera berubah menjadi antusias saat aku bertemu beberapa teman lama yang sudah lama tidak kujumpai. Rasanya menyenangkan bisa kembali berada bersama mereka di sekolah yang sama.
Kegiatan pada hari pertama dimulai dengan upacara pagi. Kami diperkenalkan kepada guru-guru yang akan menjadi pembimbing kami selama tiga tahun ke depan. Setelah itu, kami diajak ke aula untuk menghadiri berbagai presentasi mengenai program dan peraturan sekolah.
Awalnya aku mendengarkan dengan cukup serius, namun lama-kelamaan isi materi terasa terlalu panjang dan mulai membosankan. Aku sempat berbicara pelan dengan temanku untuk menghilangkan rasa bosan.
"Sepertinya presentasinya masih belum selesai juga, ya?" bisikku kepada Rani yang duduk di sampingku.
Rani mengangguk sambil tersenyum, "Ya, aku hampir tertidur."
Kami tertawa pelan, berusaha mempertahankan konsentrasi meskipun mata mulai terasa mengantuk.
Kegiatan serupa berlangsung selama empat hari berturut-turut. Pada hari kelima, suasana mulai berubah. Kami diajak ke kelas masing-masing dan diberi tugas membuat mading kelompok. Terdapat juga sesi makan siang bersama, yang ternyata sangat menyenangkan karena membuat kami lebih dekat satu sama lain.
Pada saat istirahat, siswa dilarang berada di dalam kelas, sehingga banyak yang memilih untuk bermain atau bersantai di halaman. Aku sendiri biasanya menghabiskan waktuku dengan bermain.game bersama teman-teman sebelum kembali ke ruang pertemuan mengikuti sesi berikutnya.
Meskipun ada beberapa bagian yang terasa membosankan, MPLS membantuku beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Melalui kegiatan ini, aku semakin memahami sistem dan aturan di sekolah, dapat berkomunikasi dengan kakak kelas melalui lomba tanda tangan, serta mulai merasa lebih siap menghadapi hari-hari sebagai siswa SMA.
Berikut adalah kumpulan contoh cerita pendek yang berisi pengalaman dan kenangan selama kegiatan MPLS. Mudah-mudahan bermanfaat, ya!
Pilihan Redaksi
|
Untuk Ibu-ibu yang ingin berbagi tentang parenting dan bisa mendapatkan banyak hadiah menarik, ayo bergabung dengan komunitas AdinJavaSquad. Daftar sekarang dengan klik diSINI. Gratis!
Posting Komentar