Mengapa Kita Bertahan Meski Disakiti?
Table of contents
[Show]
Penjelasan Psikologi di Balik Cinta Buta
Pernahkah kamu atau seseorang yang kamu kenal terus bertahan dalam hubungan yang menyakitkan, meskipun sudah jelas-jelas tersakiti, diabaikan, atau bahkan dikhianati? Fenomena ini dikenal luas dengan istilah cinta buta.
Namun, apa sebenarnya yang membuat seseorang terus bertahan dalam hubungan yang menyakitkan? Jawabannya terletak dalam sisi gelap psikologi cinta.
Cinta Buta: Ketika Logika Tidak Lagi Digunakan
Cinta buta adalah kondisi ketika seseorang tetap mencintai tanpa melihat kenyataan atau tanpa mempertimbangkan logika. Dalam cinta buta, perasaan mengalahkan akal sehat.
Seseorang bisa memaafkan kesalahan besar berkali-kali, berharap pasangan akan berubah, dan menutup mata terhadap fakta yang menyakitkan.
Namun ini bukan semata soal "bodoh karena cinta". Ada mekanisme psikologis kompleks yang terjadi di baliknya.
Alasan Psikologis Mengapa Seseorang Bertahan Meski Disakiti
1. Ketergantungan Emosional (Emotional Dependency)
Cinta bisa menciptakan kecanduan emosional. Ketika seseorang sangat bergantung pada pasangannya untuk merasa dihargai, dicintai, atau merasa “berarti”, maka kehilangan pasangan akan terasa seperti kehilangan jati diri. Ini membuat mereka bertahan meski penuh luka.
2. Efek Investasi Emosional (Sunk Cost Fallacy)
Semakin lama seseorang berada dalam sebuah hubungan, semakin besar pula investasi emosional yang ditanamkan—waktu, perasaan, pengorbanan. Ini membuat mereka sulit meninggalkan hubungan, karena merasa semua perjuangan akan sia-sia jika berakhir.
3. Trauma Masa Lalu dan Inner Child yang Terluka
Orang yang memiliki luka batin sejak kecil atau terbiasa hidup dalam hubungan yang tidak sehat bisa menganggap disakiti sebagai hal yang "biasa". Mereka tak sadar bahwa apa yang mereka alami adalah bentuk ketidaknormalan dalam hubungan.
4. Harapan Pasangan Akan Berubah
Cinta membuat seseorang melihat “potensi” dalam pasangannya, bukan realita. Harapan bahwa pasangan akan kembali seperti dulu—manis, peduli, perhatian—menjadi pengikat yang membuat seseorang terus bertahan meski disakiti berkali-kali.
5. Ketakutan Akan Kesepian
Takut sendiri sering kali lebih menakutkan daripada terus bersama orang yang menyakiti. Pikiran seperti, “lebih baik ada seseorang daripada tidak ada sama sekali” sering menghantui mereka yang sulit melepaskan.
Dampak dari Terus Bertahan dalam Cinta Buta
Hubungan yang menyakitkan tidak hanya meninggalkan luka di hati, tapi juga bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental seperti:
-
Depresi
-
Kecemasan kronis
-
Hilangnya kepercayaan diri
-
Perasaan tidak berharga
-
Kesulitan membangun hubungan sehat di masa depan
Bagaimana Cara Keluar dari Jeratan Cinta Buta?
-
Sadari kenyataan, bukan hanya kenangan
Berhenti memutar ulang momen indah, dan hadapi kondisi nyata hubunganmu hari ini. -
Bangun harga dirimu kembali
Kamu berhak bahagia tanpa harus disakiti atau ditinggalkan terus-menerus. -
Bicarakan dengan orang terpercaya atau profesional
Konseling bisa menjadi jalan keluar untuk memahami apa yang sebenarnya kamu butuhkan. -
Tentukan batasan cinta yang sehat
Cinta bukan pengorbanan yang menyiksa. Hubungan yang sehat saling menghargai dan membahagiakan.
Penutup
Cinta sejati tidak menyakitimu berulang kali. Jika kamu terus bertahan hanya karena takut kehilangan, maka kamu sudah kehilangan dirimu lebih dulu. Belajar mencintai diri sendiri adalah langkah pertama untuk keluar dari jeratan cinta buta.
Karena cinta bukan tentang siapa yang paling lama bertahan dalam luka, tetapi siapa yang cukup kuat untuk menyelamatkan dirinya dari luka itu.
Posting Komentar untuk "Mengapa Kita Bertahan Meski Disakiti?"